Veda Ega Pratama Bertekad Mengunci Gelar Juara ATC di Sepang
Veda Ega Pratama, yang kini memuncaki klasemen sementara Idemitsu Asia Talent Cup, bertekad mempertahankan konsistensi performanya supaya bisa mengunci gelar juara secepatnya. Peluang terbesar Veda juara ada di Sepang.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pebalap tim Astra Honda Racing, Veda Ega Pratama, berpeluang mengunci gelar juara Idemitsu Asia Talent Cup dalam seri kelima di Sepang, Malaysia. Veda sudah mengumpulkan 145 poin dari lima kemenangan beruntun dan unggul 57 poin atas pebalap Jepang, Zen Mitani, di posisi kedua. Jika Veda konsisten finis terdepan, dalam dua seri berikutnya di Thailand dan Malaysia, yang memperebutkan maksimal 100 poin, dia berpotensi juara di Sepang, 12 November mendatang.
”Insya Allah, saya bisa mengunci juara di Malaysia. Kalau tidak, yang di seri terakhir (di Qatar). Semoga bisa secepatnya mengunci gelar juara. Saya harus percaya diri agar bisa juara,” tegas Veda seusai memenangi balapan di Sirkuit Mandalika.
Veda tampil sangat solid sejak awal musim ini, yakni dia finis di podium kedua dalam balapan pertama dan memenangi balapan kedua pada seri pembuka di Sepang, Malaysia, Agustus lalu. Dia kemudian meraih enam kemenangan dalam seri Jepang di Sirkuit Motegi dan seri Indonesia di Sirkuit Mandalika, 13-15 Oktober 2023.
Veda, dengan perolehan 145 poin, kini memiliki peluang besar mengunci gelar juara sebelum Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) berakhir di Lusail, Qatar, 17-19 November mendatang. Saat ini, IATC menyisakan tiga seri di Thailand, Malaysia, dan Qatar, dengan poin maksimal yang bisa diraih 150 poin. Dengan selisih 57 poin dari peringkat kedua, Zen Mitani, peluang terbesar Veda juara ada di Malaysia.
Namun, itu juga masih tergantung dengan hasil pebalap lain, terutama lima pebalap yang kini selisih poinnya ketat di posisi kedua hingga keenam. Mereka adalah Mitani (88 poin), Riichi Takahira (70), Jakkreephat Phuettisan (66), Amon Odaki (65), dan Ryota Ogiwata (59). Persaingan kelima pebalap itu untuk memperebutkan posisi kedua klasemen sangat ketat, dan terus berubah di setiap seri.
Jika Veda konsisten finis terdepan dalam empat balapan di Thailand dan Malaysia, dia berpeluang besar meraih gelar juara IATC untuk pertama kali pada musim ini. Pada musim 22, Veda finis di posisi ketiga klasemen akhir.
”Kalau juara, berarti kerja keras selama ini, dan pengalaman-pengalaman yang saya punya, sudah terbayar. Namun, ini baru awal, karena perjalanan saya masih panjang, masih jauh,” tegas pebalap asal Gunung Kidul, DI Yogyakarta, itu.
Terkait dengan kunci performa dirinya musim ini, yang bisa langsung meraih poin maksimal sejak seri pertama, bahkan meraih lima kemenangan beruntun, Veda menilai itu berkat pengalaman dan usaha memperbaiki diri dari pengalaman musim lalu.
Kalau juara, berarti kerja keras selama ini, dan pengalaman-pengalaman yang saya punya sudah terbayar.
”Tahun kemarin, saya juga sudah ikut Asia Talent Cup dan saya memaksimalkan pengalaman saya tahun kemarin dengan mempraktikkan itu pada tahun ini. Saya pun bisa cepat beradaptasi di berbagai sirkuit,” ujar Veda.
Musim ini, dia juga lebih presisi dalam menentukan titik pengereman, titik memasuki tikungan, serta penyesuaian dalam gaya berkendara.
”Peningkatan dari tahun kemarin terutama pada cara bawa motor, poin-poin menikung dan mengerem. Jika semakin hafal dengan motornya dan sirkuit, akan semakin kuat dalam mengerem,” tegas Veda.
Peningkatan dalam pengereman itu sangat krusial untuk memenangi persaingan dengan Odaki dalam balapan pertama di Mandalika, Sabtu (14/10/2023). Mereka bersaing ketat di lap terakhir di mana terjadi perubahan posisi di tiga tikungan terakhir. Veda melakukan manuver sangat berani, tetapi terukur di tikungan ke-16 untuk mendahului Odaki. Veda melakukan pengereman sangat terlambat supaya bisa memasuki tikungan ke-17 lebih dulu dan memenangi balapan.
Sementara dalam balapan kedua di Mandalika, dia melesat sendirian di depan sejak lap pertama. Dia memperbaiki strategi dari pengalaman balapan pertama sehingga bisa membuat jarak dengan rombongan pebalap di belakangnya.
”Dalam balapan pertama, ada salah satu pebalap Jepang yang bisa mengikuti saya, tetapi saya berusaha melakukan yang terbaik. Pada balapan kedua, rencananya memang langsung meninggalkan pebalap lain sejak lap pertama, dan berhasil,” ujar Veda.
”Ada penyesuaian (dari balapan pertama), saya melihat video (balapan pertama) dan saya perbaiki lagi di balapan dua,” ungkap pebalap lulusan Astra Honda Racing School itu.
Dalam balapan kedua, Veda bisa lebih maksimal memacu motor NSF250R karena kondisi trek jauh lebih baik daya cengkeramnya dibandingkan pada hari Sabtu. ”Sirkuitnya semakin ke sini semakin enak, semakin bersih, dan semakin enak grip-nya. Tidak ada masalah dengan ban,” ungkap Veda.
Seusai balapan di Mandalika, Veda terus berusaha memperbaiki diri untuk persiapan balapan di Thailand, 27-29 Oktober. Sumber perbaikan bukan hanya dari hasil analisis data balapan, melainkan juga dengan mempelajari gaya berkendara pebalap idolanya, Casey Stoner.
”Pebalap yang menjadi inspirasi saya adalah Casey Stoner karena dia kencang di berbagai motor, dan dia juga memiliki riding style yang bagus,” ungkap Veda.