”Steward” Memancarkan Sinar Humanis di Tribune Stadion
Perubahan nyata setelah Tragedi Kanjuruhan, setahun lalu, adalah hadirnya petugas keamanan sipil atau ”steward” di dalam stadion. Tak ada lagi petugas aparat keamanan berseragam di laga sepak bola.
Tragedi Kanjuruhan, setahun yang lalu, membuka lembaran baru dalam penyelenggaraan ajang sepak bola di Indonesia. Muncul kesadaran dari panitia pertandingan untuk membuat stadion menjadi ruang aman bagi semua kalangan. Ikhtiar itu dijalani bersama agar tragedi serupa tidak terulang di masa mendatang.
Gebukan drum terdengar konstan dan bertenaga. Chants dari belasan ribu suporter menyambutnya begitu meriah. Kaki-kaki pemain dari dua kesebelasan yang tengah berlaga seakan tak kenal lelah saling berebut bola dan mencari peluang untuk menjebol gawang lawannya. Suasana yang riuh itu tercipta di laga BRI Liga 1 Indonesia 2023-2024, yaitu antara Persis Solo versus Persija Jakarta, di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (30/9/2023) malam.
Di tengah kemeriahan itu, sebagian anak-anak muda yang mengenakan rompi khusus justru tidak menyaksikan laga. Mata mereka mengawasi gerak-gerik setiap penonton yang duduk di tribune stadion. Walau pertandingan berjalan seru, mereka sama sekali tidak tergoda untuk menoleh ke lapangan, walaupun sesaat.
Salah seorang pemuda itu ialah Zaidan (23). Ia merupakan satu dari sekian banyak steward (petugas keamanan) yang bertugas dalam laga tersebut. Steward menjadi bagian baru dalam gelaran sepak bola nasional.
Peran mereka kini dikedepankan untuk pengamanan laga setelah dikeluarkannya Peraturan Kepala Kepolisian RI Nomor 10 Tahun 2022. Tujuannya ialah menjamin pengamanan laga sepak bola mengutamakan aspek pencegahan.
Sepanjang laga, Zaidan terlihat sibuk menggunakan handy talkie yang ia genggam di tangan kanannya. Ia berkoordinasi dengan steward lainnya yang berada pada tribune-tribune lainnya. Sembari mengawasi, sesekali ia membantu penonton yang terlihat kebingungan mencari area kursi tempat mereka duduk.
”Jadi, tugas kami bukan sekadar pengamanan. Kami harus memastikan penonton merasa nyaman berada di tribune,” kata Zaidan di sela-sela tugasnya.
Sebelum menjadi steward di pertandingan bola, Zaidan biasa menjalankan tugas yang sama dalam acara-acara musik di sekitar Kota Surakarta. Ia terhubung dengan pekerjaan semacam itu lewat jejaring event organizer musik yang diikutinya terlebih dahulu.
Steward lainnya, Antok (38), berpandangan serupa. Ia punya tugas khusus untuk menjamin keamanan dengan berdiri sepanjang laga di sisi lapangan. Ia mesti mengedepankan aspek pencegahan.
”Tugas kami hanya melerai. Kami tidak boleh ambil tindakan, apalagi yang cenderung anarkis,” kata Antok yang merupakan anggota petugas keamanan swasta yang disewa pihak Panpel Persis.
Dihubungi terpisah, Ketua Panitia Panpel Persis Solo Ginda Ferachtriawan menjelaskan, ada dua jenis steward yang bertugas saat laga berjalan, yakni statis dan bergerak (mobile). Untuk steward statis, fungsinya lebih seperti petugas keamanan. Biasanya, mereka adalah anggota perusahaan jasa keamanan yang disewa.
Adapun steward bergerak terdiri dari anak-anak muda. Ginda membuka lowongan sukarelawan bagi mahasiswa untuk ikut bergabung. Tugas mereka bukan sekadar pengamanan, tetapi juga menjadi penunjuk jalan sekaligus pemberi informasi bagi penonton yang berada di dalam stadion.
”Kenapa anak muda? Utamanya, supaya humanis. Kami tidak mau steward itu terkesan kaku. Makanya, kami melibatkan anak-anak muda yang gaya komunikasinya lebih luwes dan paham persoalan yang ada. Mereka juga begitu fasih memanfaatkan teknologi,” kata Ginda.
Kecemasan memudar
Peran steward sangat terasa setahun setelah Tragedi Kanjuruhan yang terjadi seusai duel Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu. Kedua tim asal Jawa Timur itu kembali berduel pada pekan ke-13 Liga 1 2023-2024, Sabtu (23/9/2023), di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur. Kecemasan terulangnya kericuhan pada derbi Jatim itu tak terwujud.
Laga kandang skuad ”Green Force” yang dihadiri 27.000 penonton itu berakhir tanpa insiden berarti. Semua itu berkat koordinasi rapi hampir 5.000 petugas keamanan dan hampir 500 steward.
Pengawas laga itu berasal dari tiga unsur, yakni perusahaan jasa keamanan Big Force Guard (BFG), marshal atau petugas dari bonek, dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemerintah Kota Surabaya. BFG dan marshalbonek telah disewa manajemen Persebaya sejak 2017 atau ketika tim ini ”hidup lagi” untuk berkompetisi di Liga 2.
Tugas mereka memastikan laga sepak bola nihil insiden yang antara lain berupa hadirnya penonton tak bertiket, gangguan ke penonton terutama anak dan perempuan, nyanyian bernada SARA dan kebencian, menyalakan flare atau kembang api, serta perusakan sarana dan prasarana.
Sehari sebelum pertandingan, steward pun sudah mengecek stadion berkapasitas 45.000 kursi tersebut. Mereka memastikan tidak boleh ada senjata atau benda tertentu yang bisa merusak dan memicu insiden. Spanduk diperiksa, jangan sampai ada yang memuat tulisan atau pesan bernada SARA dan kebencian.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana Persebaya Ram Surahman, steward berperan penting dalam menjaga kondusivitas laga sepak bola. Namun, yang utama, penonton seperti bonek bisa menonton dengan tertib tanpa mengabaikan dukungan yang atraktif dan menarik.
Tribune keluarga
Ram melanjutkan, pola pengendalian massa oleh steward juga didukung oleh pengaturan di tribune. Persebaya telah menetapkan tribune naratama berdampingan dengan tribune keluarga. Di area keluarga, sudah lazim laga-laga dihadiri oleh orangtua dan anak-anak. Tribune keluarga telah dimulai saat pekan ke-11 Liga 1, yaitu saat Persebaya menjamu Borneo FC, Minggu (3/9/2023).
”Kehadiran penonton keluarga menandakan laga-laga sepak bola terus menjauh dari ancaman pelecehan, baik verbal atau fisik, terhadap penonton terutama perempuan dan anak,” kata Ram, Sabtu (30/9/2023).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pihaknya memang mengizinkan Satpol PP terlibat dalam pengamanan laga kandang Persebaya sekaligus sebagai ajang ”magang” untuk turnamen internasional atau laga-laga persahabatan tim nasional Indonesia.
”Mereka akan berpengalaman untuk memastikan keselamatan dan keamanan laga-laga krusial di Surabaya,” ujarnya.
Dengan kehadiran steward, tribune stadion kini terasa jauh lebih ramah. Semoga tidak ada lagi duka dari laga sepak bola. Sebab, sepak bola seharusnya menjadi hiburan untuk semua kalangan.