Peraturan yang hanya menempatkan empat unggulan dalam undian nomor ganda membuat persaingan bulu tangkis Asian Games Hangzhou 2022 akan ketat sejak babak awal. Kompetisi perseorangan ini akan berlangsung 2-7 Oktober.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
HANGZHOU, MINGGU —Undian terkadang menjadi bagian dari penentu perjalanan atlet dalam sebuah kejuaraan. Persaingan bulu tangkis nomor ganda Asian Games Hangzhou 2022 bisa dikatakan “berantakan” dengan adanya persaingan sesama pemain elite pada babak-babak awal, tetapi di sisi lain, ada pula pemain yang mendapat jalur mudah.
Warna persaingan itu akan terjadi dalam perebutan lima medali emas kategori perseorangan yang akan berlangsung di Binjiang Gymnasium pada 2-7 Oktober. Momen ini menjadi lanjutan dari persaingan beregu yang berakhir pada Minggu (1/10/2023).
Tim China menjuarai beregu putra setelah membalikkan keadaan ketika berhadapan dengan India pada final. China tertinggal 0-2 dari kekalahan Shi Yu Qi dan Wang Chang/Liang Wei Keng, tetapi setelah itu memenangi tiga pertandingan beruntun. Kemenangan tersebut membayar kekalahan tim putri China yang kalah 0-3 dari Korea Selatan di final, tanpa bisa memenangi satu gim pun.
Dari hasil undian untuk kategori perseorangan, Minggu, terdapat beberapa ganda putra elite dunia harus bertemu sejak babak pertama. Pada paruh atas undian, empat pasangan top harus memperebutkan satu tiket perempat final.
Keempat pasangan tersebut menyajikan “big match” pada babak pertama, salah satunya antara Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia) dengan Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan). Berdasarkan daftar peringkat BWF pada 5 September, yang digunakan sebagai patokan undian, Ong/Teo menempati peringkat kedelapan dunia, sementara Lee/Wang di urutan ke-14.
Setelah itu, pemenang di antara mereka akan berjumpa pemenang “big match” lainnya antara Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang/5) dan M R Arjun/Dhruv Kapila (India/34). Pada perempat final, salah satu di antara keempat pasangan itu bisa bertemu ganda Indonesia unggulan teratas, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Di paruh bawah undian, juara dunia asal Korea Selatan, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae (ranking keempat), harus melewati jalur curam sejak laga awal, yaitu bertemu Akira Koga/Taichi Saito (Jepang/17). Pemenang persaingan itu hampir pasti bertemu andalan tuan rumah, Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (7), di babak kedua, lalu Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia/6) pada perempat final.
Berbeda dengan nama-nama tersebut, unggulan kedua dan ketiga, yaitu Satwikrairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India) dan Wang Chang/Liang Wei Keng (China), akan melalui jalur yang cenderung lebih mudah. Lawan terberat Rankireddy/Shetty untuk ke semifinal adalah Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang berpeluang menjadi lawan pada babak kedua. Setelah itu, lawan yang akan dihadapi adalah salah satu dari empat pasangan yang memiliki ranking 100 hingga 300-an dunia.
Wang/Liang, juga, hanya memiliki satu lawan berat untuk lolos ke babak empat besar, yaitu Choi Sol-gyu/Kim Won-ho (Korea Selatan/15). Adapun lawan-lawan lainnya berada pada peringkat ke-70 hingga 300-an dunia.
Situasi serupa terjadi pada ganda putri, salah satunya seperti yang akan dialami wakil Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (8). Jika bisa mengalahkan pasangan Hong Kong, Lui Lok Lok/Ng Wing Yung, pada babak pertama, finalis Kejuaraan Dunia itu akan bertemu Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang, 8) di babak kedua.
Selain persaingan yang merata di antara negara-negara tradisional bulu tangkis, seperti China, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Malaysia, ada faktor lain yang membuat beberapa wakil mendapat undian berat nomor ganda di Hangzhou. Panitia hanya memberlakukan adanya empat unggulan, alih-alih delapan unggulan dengan format undian 32 seperti yang digunakan dalam turnamen BWF World Tour. Dengan hanya empat unggulan yang langsung mendapat tempat tersendiri, pemain lain ditempatkan secara acak dalam daftar undian.
Nomor tunggal memberlakukan delapan unggulan, tetapi dengan format undian 64. “Big match” pada babak-babak awal pun memungkinkan tetap terjadi seperti yang akan dialami Jonatan Christie. Peraih emas tunggal putra Asian Games Jakarta Palembang 2018 ini menjadi unggulan kedelapan dan mendapat bye di babak pertama, tetapi, Jonatan harus bersiap untuk bertemu Chou Tien Chen di babak berikutnya.
Pemain Taiwan yang dikalahkan Jonatan pada final Asian Games 2018 itu bukan lawan sembarangan. Meski Jonatan delapan kali menang dari 12 pertemuan, Chou selalu memberikan perlawanan ketat karena dia memang dikenal sebagai pemain yang ulet. Dalam pertemuan terakhir kedua pemain, pada perempat final India Terbuka, Januari, Jonatan menang setelah bertanding selama 1 jam 12 menit dengan skor 21-15, 13-21, 22-20.
Jika bisa mengalahkan Chou, perjalanan Jonatan akan lebih mudah pada babak ketiga sebelum berpeluang bertemu Shi Yu Qi (China) di perempat final. Sementara, Anthony Sinisuka Ginting akan melawan Wang Tzu Wei (Taiwan) pada babak kedua dan bisa bertemu Li Shi Feng (China) pada perempat final.
Sebagai pelatih, saya harus membuat pikiran mereka nyaman supaya bermainnya lebih semangat dan berani.
"Menurut saya, hasil undian oke saja, yang penting Anthony dan Jonatan harus fokus dalam pikiran. Mereka tidak boleh membebani diri sendiri hingga takut kalah. Ini yang bisa mengacaukan permainan. Jadi, sebagai pelatih, saya harus membuat pikiran mereka nyaman supaya bermainnya lebih semangat dan berani,” tutur pelatih tunggal putra Irwansyah.
Hal serupa dikatakan Apriyani pada masa persiapan di pelatnas Cipayung, Jakarta. Menurut peraih perunggu ganda putri Asian Games 2018 (bersama Greysia Polii) ini, dia tidak boleh mengingat ekspektasi orang lain saat bermain, melainkan harus fokus pada diri sendiri.
Pelatih ganda putri Eng Hian bercerita, harapan dari orang-orang di sekitar atlet, apalagi ketika performa atlet yang bersangkutan menanjak, terkadang menjadi beban. Seperti Irwansyah, Eng Hian pun selalu berhati-hati ketika berbicara tentang target pada anak-anak didiknya. “Toh, tidak ada atlet yang ingin kalah. Mereka sudah tahu tanggung jawabnya,” katanya.