Brighton & Hove Albion menghadirkan kekhawatiran bagi Chelsea jelang duel di Piala Liga Inggris, Kamis. Tidak hanya performa buruk, ”Si Biru” juga diganggu oleh disharmoni internal klub.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LONDON, SELASA — Piala Liga Inggris menjadi satu-satunya ajang yang bisa menjadi obat pelipur lara bagi Chelsea di musim ini. Namun, ”Si Biru” justru memiliki kans besar tenggelam lebih jauh di periode buruk karena bakal menjamu Brighton & Hove Albion pada babak ketiga Piala Liga, Kamis (28/9/2023) pukul 01.45 WIB, di Stadion Stamford Bridge.
Hasil melawan Brighton, yang tampil impresif di awal Liga Inggris edisi 2023-2024, berpeluang menentukan penilaian pemilik Chelsea, Todd Boehly, kepada Manajer Mauricio Pochettino. Bukan tak mungkin, jika tersisih dari babak awal Piala Liga, kesabaran Boehly telah mencapai batas.
Imbasnya, Pochettino berpeluang mengikuti jejak Thomas Tuchel dan Graham Potter yang angkat koper dari Stamford Bridge sebelum merampungkan satu edisi kompetisi. Harapan besar berada di pundak Pochettino untuk membenahi tim yang rungkad atau hancur lebur di musim lalu akibat keluar dari persaingan zona Eropa.Namun, di tujuh laga awal musim ini tidak ada tanda-tanda membaik.
Kekalahan dari Aston Villa, 0-1, menyebabkan Si Biru telah menelan dua kekalahan beruntun di kandang. Sebelumnya, mereka juga tumbang dari Nottingham Forest dengan skor akhir serupa. Chelsea pun sudah tiga kali beruntun gagal menang sekaligus tak mampu menjebol gawang lawan.
Pochettino menilai, skuadnya harus sama-sama memetik pelajaran dari situasi rungkad di awal musim ini. Meski sulit, lanjut eks pelatih Paris Saint-Germain itu, semua pihak harus tetap memberikan kepercayaan dan dukungan kepada pemain-pemain muda yang menjadi tulang punggung Si Biru.
”Saya tidak bisa menyembunyikan situasi yang mengecewakan bagi semua fans, klub, kami (tim pelatih), dan pemain. Namun, kami harus tetap yakin dan percaya diri dengan skuad karena pemain membutuhkan dukungan untuk bisa tampil baik di atas lapangan,” ujar Pochettino menanggapi persiapan timnya kontra Brighton dilansir Daily Mail, Selasa (26/9/2023).
Keyakinan dari pendukung bisa tetap terjaga dengan melihat performa bertahan Chelsea. Si Biru memang baru mengemas lima poin dari enam duel di liga, tetapi penampilan lini belakang mereka cukup kokoh karena baru kemasukan enam gol. Catatan itu membuat mereka hanya kalah dari dua tim peringkat teratas, yaitu Manchester City (3 kali kebobolan) dan Liverpool (5).
Namun, ketika berbicara gol yang menjadi tolak ukur untuk meraih hasil positif di sepak bola, Chelsea menunjukkan statistik yang melempem. Mereka baru mencetak lima gol di Liga Inggris. Kuantitas gol itu menyejajarkan Chelsea dengan tim-tim semenjana, seperti Fulham, Everton, Bournemouth, dan Sheffield United. Hanya Burnley (4 gol) dan Luton Town (3) yang punya lini depan lebih buruk dari Raheem Sterling dan kawan-kawan.
Tak heran, Chelsea menjadi tim yang paling buruk dalam efektivitas peluang. Mereka mencatatkan selisih antara expected goals (xG) dan gol yang tercipta mencapai -7. Chelsea baru mencetak lima gol dari 12 xG yang dihitung dari potensi peluang berbuah gol.
Kami harus tetap yakin dan percaya diri dengan skuad karena pemain membutuhkan dukungan untuk bisa tampil baik di atas lapangan.
Krisis internal
Selain masalah taktik dan rencana permainan yang tidak berjalan baik, Chelsea juga mulai dihinggapi krisis internal yang makin akut. Ketidakpercayaan petinggi klub kepada jajaran pelatih yang dipimpin Pochettino terlihat setelah laga melawan Villa.
Behdad Eghbali, tangan kanan Boehly, mendatangi ruang ganti tim ketika pemain dan manajer telah meninggalkan lapangan. Menurut laporan The Telegraph, Eghbali hanya berbicara singkat kepada pemain untuk menjabat tangan satu per satu pemain serta tim pelatih Chelsea.
Keputusan Eghbali itu mendapat kecaman dari kelompok suporter Chelsea. Eghbali sebagai perwakilan pemilik dianggap telah terlampaui jauh ikut campur dalam sisi teknis tim. Hal itu tidak pernah dilakukan selama satu dekade Roman Abramovich memegang kepemilikan klub.
Di sisi lain, Pochettino juga telah ditinggalkan sosok-sosok penting di jajaran teknik Chelsea, awal pekan ini. Bruno Saltor, pelatih tim utama, memutuskan meninggalkan Stamford Bridge setelah bergabung dengan klub bersama Potter.
Chelsea juga kehilangan Claude Makelele yang berperan sebagai mentor teknis pemain-pemain muda setelah sepakat akhiri kontrak, Senin (25/9/2023). Makelele, legenda Chelsea, memegang jabatan itu sejak Agustus 2019.
Peran Makelele amat vital bagi pemain muda sebab ia menyusun program latihan tim yunior serta rutin mengunjungi pemain muda Si Biru yang dipinjamkan ke klub lain.
Semangat kolektif
Berbeda dengan Chelsea, situasi internal Brighton tengah amat positif. Di tengah persaingan antarpemain untuk mendapat kepercayaan sebagai pemain inti, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain kepada pemain yang tengah berlaga.
Itu ditunjukkan tiga pemain, yaitu James Milner, Pascal Gross, dan Jason Steele, yang absen pada laga melawan Bournemouh, akhir pekan lalu, akibat cedera. Adam Webster, bek tengah Brighton, mengungkapkan, semua pemain yang berada di sisi lapangan punya peran penting setara pemain yang tampil.
”Pascal (Gross), Millie (Milner), dan Steeley (Steele) mendorong kami serupa ketika mereka juga berada di atas lapangan bersama kami. Itu menunjukkan kebersamaan yang kami miliki. Pemain yang tidak bermain tetap menganggap mereka bagian dari tim di dalam gim,” kata Webster dilansir laman klub.
Di musim lalu, Brighton membawa pulang kemenangan 2-1 dari Stamford Bridge. Tak canggung, Webster menyebut target Brighton menyingkirkan Chelsea di Piala Liga.
”Tentunya, kami ingin melaju sejauh mungkin di setiap kompetisi. Sebab, kami ingin menunjukkan kepada manajer kemampuan kami dan semua orang berjuang untuk mendapatkan kesempatan bermain,” ucap Wesbter.