Meski Kalah dari Korea Utara, Perjalanan Indonesia Belum Berakhir
Indonesia menutup babak penyisihan sepak bola Asian Games 2022 dengan kekalahan. Meskipun menelan hasil negatif dua kali beruntun, "Garuda Muda" tetap melaju ke babak 16 besar.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI JINHUA, CHINA
·4 menit baca
JINHUA, KOMPAS - Tim sepak bola Indonesia menelan kekalahan keduanya dalam laga terakhir penyisihan Grup F Asian Games Hangzhou, China 2022 di Stadion Timur Universitas Normal Zhejiang, Jinhua, Minggu (24/9/2023). Setelah kalah 0-1 dari Taiwan di laga kedua pada tiga hari lalu, tim ”Merah-Putih” takluk 0-1 dari Korea Utara.
”Kami sudah bekerja maksimal. Apa yang kami rancang sebenarnya bisa berjalan dengan baik dalam laga ini. Namun, kami lalai dalam bola-bola mati yang harusnya tidak menjadi gol,” ujar pelatih Indonesia Indra Sjafri dalam konferensi pers seusai laga.
Walaupun hanya meraup tiga poin dari tiga laga, Indonesia dipastikan menyegel satu tiket sebagai peringkat ketiga terbaik. Koleksi tiga poin menjadi bekal Indonesia dalam persaingan dengan lima tim merebut empat jatah peringkat ketiga terbaik.
Dari hitungan peluang, hanya Vietnam yang bisa menyamai torehan tiga poin Indonesia dalam persaingan peringkat ketiga terbaik. Itu pun asal Vietnam bisa menumbangkan Arab Saudi, pada laga terakhir Grup B, Minggu malam. Alhasil, Uzbekistan atau Hong Kong menjadi kandidat lawan "Garuda Muda" di babak 16 besar.
Pada awal babak pertama, Indonesia bukan hanya melawan permainan keras Korea Utara melainkan pula dukungan penonton yang mayoritas memihak ke tim lawan. Namun, Indonesia coba tidak terpancing dan fokus menjalankan strategi mereka. Bahkan, tim ”Merah-Putih” sempat membuat peluang emas lebih dahulu, yakni melalui tendangan terarah penyerang Ramai Rumakiek dari luar kotak penalti di menit ke-23.
Sayangnya, tendangan Ramai masih terlalu lemah sehingga mudah diantisipasi kiper lawan. Pemain asal Papua itu mendapatkan peluangnya usai menerima umpan dari rekannya di lini depan, Egy Maulana Vikri yang terlebih dahulu bermain satu-dua sentuhan dengan gelandang Muhammad Taufany Muslihuddin.
Sehabis itu, Korea Utara seperti tidak mau bermain-main lagi. Mereka tampil lebih ngotot. Dengan keunggulan postur tubuh dan kecepatan, mereka terus bermain keras untuk menghentikan pola permainan Indonesia yang cenderung pasif tetapi berbahaya kalau dibiarkan.
Pertahanan Indonesia sejatinya cukup baik saat Korea Utara memaksa menembus pertahanan Indonesia dengan umpan-umpan terobosan ke arah sayap ataupun langsung ke penyerang. Akan tetapi, tim ”Merah-Putih” tidak cukup baik dalam mengantisipasi taktik sepak pojok lawan yang unik.
Kami sudah bekerja maksimal. Apa yang kami rancang sebenarnya bisa berjalan dengan baik dalam laga ini.
Penendang sepak pojok Korea Utara melambungkan bola secara parabola untuk disundul pemain bukan ke arah gawang melainkan ke rekan mereka yang bergerak dari belakang pemain lawan. Taktik itu yang akhirnya menghasilkan gol melalui bek Kim Yusong di menit ke-40.
Tidak belajar dari pengalaman
Indonesia tidak belajar dari pengalaman tersebut. Di pengujung babak pertama, mereka nyaris tertinggal 0-2 oleh taktik sepak pojok lawan yang sama seperti skenario gol pertama. Beruntung, gol itu dianulir wasit karena pemain bersangkutan berada di posisi offside.
Bukan hanya tidak belajar cara untuk mengantisipasi taktik sepak pojok lawan, Indonesia pun tidak belajar untuk mencari pola serangan selain umpan silang ke kotak penalti. Dengan postur dua penyerang yang jauh lebih pendek daripada bek-bek lawan, para pemain sayap Indonesia malah berulang kali memberi umpan silang yang nyaris tidak pernah sampai ke pemain tujuan karena terlalu gampang diantisipasi lawan.
Memasuki babak kedua, Indonesia justru lebih banyak ditekan. Mereka tidak sedikit pun mendapatkan celah untuk melakukan serangan balik ataupun menciptakan peluang emas dengan tiba-tiba. Hal itu karena Korea Utara yang lebih percaya diri tidak menurunkan tempo untuk menambah keunggulannya. Sebaliknya, saat ditekan, para pemain Korea Utara lekas mengatur tembok kokoh nan rapat.
Hasil negatif dari laga yang disaksikan oleh 7.288 penonton itu membuat Indonesia tertahan di urutan ketiga klasemen dengan perolehan 3 poin dari tiga laga. Satu-satunya kemenangan Indonesia adalah 2-0 atas Kyrgyzstan di laga pertama pada Selasa (19/9/2023).
”Tim ini baru bergabung tiga hari untuk Asian Games. Saya yakin kalau ada pertandingan lebih banyak, tim ini akan bermain jauh lebih baik. Namun, memang ada hal yang perlu diperbaiki. Kalau bisa lolos ke babak berikutnya (16 besar), tentu kami akan berdiskusi dengan semua tim pelatih untuk menyiapkan tim lebih baik. Mungkin kami akan memanggil dua slot pemain tersisa yang belum hadir, tanpa mengecilkan hati pemain yang sudah bermain,” tegas Indra.
Sebaliknya, Korea Utara kokoh di puncak klasemen dengan perolehan sempurna 9 poin dari tiga laga. Negara jiran Korea Selatan itu secara beruntun menang 2-0 atas Taiwan dan 1-0 atas Kyrgyzstan sebelum menang atas Indonesia.
Tidak mencari kambing hitam
Kendati di atas kertas tidak memuaskan, Indra tidak mau mencari kambing hitam dari dua kekalahan tersebut. Baginya, para pemain dan pelatih sudah berusaha sebaik mungkin untuk memberikan hasil terbaik bagi Indonesia.
”Saya tidak suka menyalahkan keadaan. Semuanya, pemain dan pelatih sudah berusaha yang terbaik untuk menghadapi setiap lawan. Kami berusaha dengan segala cara untuk bisa menang,” ucap Indra.
Bahkan, menurut Indra, Indonesia tidak kalah kualitas dari Korea Utara. Di luar gol yang disarangkan, secara permainan, Indonesia justru dianggap lebih baik. ”Kita hanya kalah karena skema bola mati. Situasi seperti ini bisa dialami oleh semua tim,” katanya.
Yeyen Tumena, staf asisten pelatih yang mendampingi Indra turut memperkuat keterangan bahwa permainan Indonesia jauh lebih baik saat menghadapi Korea Utara daripada ketika kontra Taiwan. ”Tim telah berkembang, bermain lebih baik dibandingkan laga sebelumnya,” tuturnya.