Skuad Indonesia mampu menembus panggung Asia berkat proses konsisten bersama pelatih Shin Tae-yong. Namun, pembinaan pemain harus terus digiatkan demi regenerasi lebih baik.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Shin Tae-yong telah menyemai citra sebagai ”pahlawan” sepak bola Indonesia saat ini. Meskipun belum mampu memberikan trofi, pelatih asal Korea Selatan itu telah membawa tim ”Garuda” terbang kembali ke kancah Asia.
Di tengah perdebatan tepat atau tidaknya Shin disebut pelatih terbaik tim Garuda dalam dua hingga tiga dekade terakhir, ia setidaknya telah mengangkat derajat Indonesia. Shin satu-satunya pelatih yang bisa membawa Indonesia menembus babak utama Piala Asia di tiga level berbeda, yaitu Piala Asia U-20 2023, Piala Asia U-23 2024, dan Piala Asia 2023 yang bakal berlangsung Januari hingga Februari 2024.
Indonesia perlu menunggu sembilan tahun lamanya untuk bisa lolos dari kualifikasi Piala Asia U-20. Tim ”Garuda Muda” pernah menembus perempat final edisi 2018, tetapi itu dicapai tanpa melalui kualifikasi karena Indonesia berstatus tuan rumah.
Adapun di Piala Asia, Shin membawa Indonesia mencapai babak utama setelah terakhir kali sebelumnya tampil dengan status tuan rumah bersama pada 2007. Kali terakhir tim Garuda lolos dari babak kualifikasi adalah pada 2003 untuk tampil di Piala Asia China 2004.
Shin juga mengukir sejarah dengan membantu skuad U-23 lolos ke babak utama Piala Asia U-23 untuk kali pertama. Setelah selalu gagal di lima edisi sebelumnya, Indonesia akhirnya akan tampil dua kali di Qatar pada tahun depan. Setelah mendampingi timnas senior di Piala Asia pada Januari-Februari 2024, Shin juga akan menangani skuad muda Indonesia di Piala Asia U-23 pada April-Mei 2024.
Lolos ke babak utama Piala Asia U-23 terasa istimewa karena ajang itu juga menjadi babak kualifikasi menuju Olimpiade Paris 2024. Tiga tim terbaik di Piala Asia U-23 berhak menjadi wakil Konfederasi Sepak Bola Asia tampil di Paris. Maka, Indonesia hanya berjarak lima kemenangan untuk mengulangi capaian tampil di Olimpiade Melbourne 1956.
”Kami masih berusaha meningkatkan diri, sehingga saya yakin tim (U-23) ini dan tim senior akan terus berkembang ke arah lebih baik lagi,” ujar Shin setelah membawa Indonesia mengalahkan Turkmenistan, 2-0, di laga kualifikasi Piala Asia U-23 2024, Selasa (12/9/2023).
Apresiasi kepada Shin juga selalu hadir dari suporter yang menyaksikan langsung laga Indonesia. Pada dua laga kualifikasi Piala Asia U-23 2024 di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, lebih dari 15.000 pendukung meneriakkan nama Shin pada awal dan akhir kedua laga itu. Mantan pemain dan pelatih timnas Korsel itu pun membalasnya dengan lambaian tangan ke tribune.
Presiden Joko Widodo, yang sering menyaksikan laga Indonesia, juga mengakui perubahan signifikan timnas bersama Shin. ”Kita melihat semua lini saling mendukung dengan baik. Kerja sama, tim saya lihat sudah saling mengerti,” ucap Presiden yang menjadi salah satu saksi sejarah Indonesia menembus Piala Asia U-23.
Sejak menandatangani kontrak dengan PSSI pada Desember 2019, Shin membentuk fondasi dasar tim dengan kekuatan skuad remaja demi mengikuti Piala Dunia U-20. Sayangnya, Shin dua kali gagal memimpin Garuda Muda di ajang dunia karena pandemi Covid-19 pada 2021, lalu dicabutnya status Indonesia sebagai tuan rumah pada 2023.
Ini jadi catatan PSSI untuk mempersiapkan pemain lebih banyak. Kami paling tidak harus punya stok 150 pemain yang bisa membela tim U-17 sampai tim senior. (Erick Thohir)
Meski begitu, Shin mengorbitkan dua generasi tim U-20 untuk menjadi andalan tim U-23 dan timnas senior yang mengantarkan Indonesia tampil di Piala Asia. Rizky Ridho, Ernando Ari, Pratama Arhan, dan Elkan Baggott adalah empat pemain yang dipromosikan Shin dari tim U-20 untuk Piala Dunia U-20 2021.
Lalu, Marselino Ferdinan, Ivar Jenner, Arkhan Fikri, dan Hokky Caraka merupakan representasi generasi yang pada awalnya disiapkan untuk Piala Dunia U-20 2023. Kehadiran pemain-pemain yang telah dibina Shin sejak remaja itu juga memberikan dampak pada level kualitas Indonesia. Mereka telah menampilkan mentalitas tangguh yang bisa bersaing di ajang kontinental.
Ketangguhan mental itu membuat beberapa pemain bisa meniti kariernya di luar negeri. Arhan, misalnya, telah dua musim membela tim Jepang, Tokyo Verdy. Sementara Marselino dikontrak klub Belgia, Deinze.
Taktik ”bunglon”
Selain itu, hal yang paling signifikan, Shin juga telah meningkatkan pemahaman taktik anak-anak asuhannya. Indonesia menjelma tim ”bunglon” yang bisa tampil dengan susunan formasi beragam dalam dua laga berbeda maupun dua babak dalam satu laga.
Pada duel kontra Taiwan di kualifikasi Piala Asia U-23 2024, misalnya, Shin menerapkan taktik yang amat baru di eranya, yaitu 4-4-2. Saat menyerang, formasi berubah, yaitu menjadi 4-2-4. Adapun pada laga versus Turkmenistan, formasi yang dijalankan selama 90 menit lebih beragam. Taktik 3-5-2 bisa bertransformasi menjadi 3-3-4 ketika bola dikuasai skuad Garuda Muda. Pada lima menit terakhir laga, Shin menerapkan taktik 3-4-3.
Kekayaan taktik itu menunjukkan perkembangan skuad Indonesia bersama Shin. Di awal kedatangannya, Shin masih terpaku formasi 4-3-3. Formasi tiga bek tengah sejajar baru mulai diperkenalkan Shin pada Piala AFF 2021 yang dimatangkan untuk menghadapi kualifikasi Piala Asia 2024 di Kuwait, Juni 2022.
Kekayaan taktik itu adalah sebuah ”anugerah” bagi sepak bola Indonesia. Beberapa pelatih asing tim Garuda sebelumnya memerlukan waktu lama untuk memainkan satu taktik yang diinginkannya. Peter Withe, misalnya, menghabiskan durasi kontraknya pada 2004 hingga 2007 untuk memperkenalkan formasi empat bek sejajar, terutama lewat pola taktik 4-4-2.
Adapun Ivan Kolev, yang datang pada periode kedua di tahun 2007, menerapkan formasi baku timnas, 4-3-3. Keputusan Kolev itu didasari melimpahnya pemain sayap cepat yang dimiliki Indonesia. Hasilnya, ia membantu Indonesia tampil apik di Piala Asia 2007 walaupun gagal menembus fase gugur.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan, capaian bersama Shin adalah kebanggaan. Meskipun begitu, ia menekankan, keberhasilan Indonesia menembus ajang Asia harus dibarengi program pembinaan yang lebih baik agar regenerasi bisa mulus dan kian banyak pemain bisa mengenakan jersei Indonesia.
”Hasil positif ini harus menjadi momentum membangun sepak bola dari akar rumput. Ini jadi catatan PSSI untuk mempersiapkan pemain lebih banyak. Kami paling tidak harus punya stok 150 pemain yang bisa membela tim U-17 sampai tim senior,” ucap Erick.
Shin membuktikan, sepak bola tidak bisa dibangun secara instan. Semua pihak harus saling mendukung proses pembinaan dan pengembangan timnas. In STY, we trust!