Ketika Fenomena "Groupie" Mengelilingi Timnas Indonesia U-23
Performa menanjak tim Indonesia U-23 melahirkan kultur baru pendukung. Mereka didominasi para perempuan muda yang selama ini buta tentang sepak bola.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Ana (22) menjadi salah satu dari sekitar 80 perempuan muda yang mendatangi Stadion Sriwedari, Surakarta, Jawa Tengah, Senin (11/9/2023) sore. Bersama seorang temannya, Ana bukan ingin berolahraga, melainkan menunggu pemain idolanya, Rizky Ridho, yang tiba untuk menjalani latihan bersama tim Indonesia U-23 jelang melawan Turkmenistan di Kualifikasi Piala Asia U-23 2024, Selasa (12/9/2023) pukul 19.00 WIB.
Kedua datang sekitar pukul 18.00 atau setengah jam jelang tim Indonesia U-23 memulai latihan terakhir sebelum menghadapi Turkmenistan pada laga perebutan tiket Piala Asia U-23 2024 di Qatar. Ketika bus skuad “Garuda Muda” terlihat memasuki kawasan stadion bersejarah itu, Ana dan sejumlah perempuan muda itu mendekati pintu masuk stadion yang telah dilingkari garis pembatas berwarna kuning-hitam.
Mereka berdiri di belakang garis sembari mengaktifkan fitur video di telepon pintar. Satu per satu pemain turun dari bus, Ana menanti harap-harap cemas untuk melihat langsung Ridho. Ia memanggil bek tengah Persija Jakarta itu ketika pemain idolanya itu berjalan melintas di depannya untuk masuk ke dalam Sriwedari.
Tidak hanya Ridho, Ana juga merekam dan memfoto pemain beken Indonesia U-23 lain, seperti Pratama Arhan, Elkan Baggott, Rafael Struick, Alfeandra Dewangga, serta Marselino Ferdinan. Suasana hati semringah terpancar dari bahasa tubuh Ana yang amat puas bisa mendapatkan video dan foto skuad Garuda Muda.
“Saya suka timnas Indonesia karena permainan dan pemainnya (Ridho). Selama mereka ada di Solo, saya selalu mencari informasi kegiatan mereka lewat akun-akun (sepak bola) di TikTok,” ucap Ana.
Karena Ridho dan Indonesia U-23, Ana akhirnya mengenyam pengalaman perdana menyaksikan langsung pertandingan sepak bola di stadion. Laga Indonesia melawan Taiwan di duel pertama Grup K Kualifikasi Piala Asia U-23 2024, Sabtu (9/9/2023), menjadi momen tak terlupakan bagi Ana karena akhirnya ia bisa menonton idolanya langsung dari sisi lapangan.
Duduk di tribune timur Stadion Manahan, Ana bersama sejumlah perempuan muda lainnya mewarnai suasana di tribune. Mereka memang tidak bernyanyi dengan lagu-lagu dukungan layaknya dua kelompok suporter timnas, La Grande Indonesia dan Ultras Garuda, yang memadati tribune utara dan selatan Manahan, tetapi mereka tidak berhenti berteriak untuk memanggil nama dan menyemangati pemain idola mereka.
Kehadiran mereka membuat tribune timur menjadi “sumber suara” berbeda yang belum pernah terdengar di laga-laga timnas sebelumnya. Pasalnya, mereka menghadirkan suara teriakan layaknya menyaksikan konser grup musik tersohor dari luar negeri. Teriakan mereka sungguh memekakan telinga.
“Untuk menonton timnas ini, saya merasa seperti ikut war ticket konser. Susah dan harus sabar. Namun, alhamdulillah, saya dapat tiket untuk pertandingan Taiwan dan Turkmenistan,” kata Ana.
Selama mereka ada di Solo, saya selalu mencari informasi kegiatan mereka lewat akun-akun (sepak bola) di TikTok.
Seperti musisi
Fenomena perempuan muda yang hadir dalam setiap momen skuad Indonesia U-23 di Surakarta serupa dengan groupie yang terkenal pada era musisi dan band pada era 1960-an. Menurut Kamus Oxford, groupie adalah orang, khususnya perempuan muda, yang rutin mengikuti figur publik terkenal dengan tujuan bertemu dan lebih mengenal idolanya.
Istilah itu pertama kali dipopulerkan kepada publik oleh majalah Rolling Stones pada edisi 15 Februari 1969. Jika merujuk artikel di Rolling Stones pada edisi itu dengan judul, “The Groupies and Other Girls”, para pendukung timnas itu masih dalam tahap awal groupie. Sebab, apabila sudah dalam tingkat fanatisme tinggi, groupie juga bakal mengorbankan kehidupannya demi bisa rutin nongkrong dengan idolanya.
Meski begitu, para pendukung timnas sudah berada di jalur untuk menjadi groupie sejati. Selain memantau media sosial, mereka juga bertanya langsung ke sumber primer untuk mengatahui aktivitas skuad Indonesia U-23, seperti latihan. Padahal, wartawan yang meliput agenda timnas pun perlu menunggu informasi dari tim media PSSI.
“Saya tahu jadwal latihan timnas karena kemarin sudah bertanya ke penjaga di sini,” kata groupie lain, Indri (21), yang datang pada latihan Indonesia U-23 di Sriwedari, Minggu (10/9/2023).
Setelah mengikuti akun media sosial peman idola, Indri berusaha untuk tidak melewatkan kesempatan timnas U-23 menjalani pertandingan di Surakarta. Sejak 2016, tim Indonesia akhirnya bermain lagi di Stadion Manahan.
“Saya tidak dapat tiket di pertandingan pertama (kontra Taiwan), tetapi saya ikuti mereka saat latihan dan jika ada kesempatan juga datang ke hotel (timnas),” ujarnya.
Mereka rata-rata menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk mengamati pemain timnas. Ketika menyaksikan sesi latihan, mereka menunggu hingga pemain Garuda Muda merampungkan latihan dan meninggalkan lokasi latihan.
“Di hotel sulit mengantisipasi kedatangan (pendukung) karena mereka bisa saja datang seperti tamu hotel. Kami tidak pernah memberikan informasi kepada publik tentang tempat menginap pemain timnas, tetapi tetap saja informasi itu bocor,” tutur salah satu staf PSSI.
Dukungan besar dari pendukung juga memberikan motivasi ekstra kepada pemain untuk memberikan kemenangan demi lambang Garuda di dada. Marselino tidak mempermasalahkan kehadiran fans dan tetap tersenyum menyapa panggilan dari pendukung.
“Mereka memberikan kami semangat untuk mengeluarkan kemampuan terbaik bersama timnas,” kata Marselino yang merupakan pemain hasil didikan Persebaya Surabaya.
Tak dimungkiri, kehadiran groupie itu juga membuat PSSI menerapkan sistem keamanan ketat kepada pemain timnas. Pengamanan dilakukan oleh tiga tim berbeda selama pemain Garuda Muda berada di Surakarta. Mereka berasal dari LOC (local organizing committee), petugas keamanan swasta, dan aparat kepolisian.
“Mereka ramai, tetapi tetap tertib. Tidak ada masalah karena mereka selalu kondusif,” kata Ajun Inspektur Polisi Satu Tatang Iskandar, anggota bhabinkamtibmas Kepolisian Resor Kota Surakarta.
Bagi perempuan muda itu, timnas Indonesia adalah satu-satunya magnet yang membuat mereka menyukai sepak bola. Di sisi lain, mereka buta pengetahuan mengenai klub kebanggaan warga Surakarta, Persis Solo, yang akan merayakan kelahiran satu abad, November mendatang.