Shin Tae-yong Antisipasi Keunggulan Fisik Turkmenistan
Kebugaran menjadi perhatian utama Pelatih Indonesia Shin Tae-yong jelang menghadapi Turkmenistan dalam lanjutan kualifikasi Piala Asia U-23. Maka, udara panas Surakarta pun tak mengendurkan semangat tim "Garuda Muda".
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS - Pelatih Indonesia Shin Tae-yong berusaha meredam keunggulan fisik pemain-pemain Turkmenistan pada duel penentuan Grup K kualifikasi Piala Asia U-23 2024, Selasa (12/9/2023), di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah. Untuk menyetarakan kondisi kebugaran skuad ”Garuda Muda", Shin menerapkan menu latihan berbeda untuk dua kelompok tim.
Pada sesi latihan Minggu (10/9/2023) atau sehari setelah Indonesia melumat Taiwan 9-0 di laga pertama Grup K, Shin membagi 23 pemainnya ke dalam dua kelompok dengan program latihan berbeda. Kelompok pertama diisi 12 pemain yang telah menghabiskan minimal 45 menit waktu penampilan di duel kontra Taiwan.
Mereka hanya menjalani pemulihan fisik dan kebugaran di kawasan hotel. Sejumlah pemain yang tampil selama 90 menit, antara lain Ernando Ari, Elkan Baggott, serta Pratama Arhan, menikmati masa pemulihan di hotel. Hal serupa dilakukan dua penyerang tengah yang bermain bergiliran selama 45 menit, yaitu Ramadhan Sananta dan Hokky Caraka.
Sementara para pemain kelompok kedua, yang tidak diturunkan atau tampil di pertengahan babak kedua laga versus Taiwan, berlatih terpisah di Stadion Sriwedari. Mereka berjumlah 11 orang. Latihan itu berlangsung selama 90 menit pada pertengahan hari.
”Pemain yang bermain di laga kemarin (Sabtu) menjalani pemulihan di gym. Sedangkan mereka yang bermain lebih singkat dan tidak tampil menjalani latihan di lapangan agar bisa menyetarakan kondisi fisik dengan teman-temannya yang tampil sejak awal pertandingan,” ujar Shin di sela latihan, Minggu.
Menurut Shin, Turkmenistan punya kualitas lebih baik dari para pemainnya. Kelebihan tim itu, ungkap Shin, adalah pada kondisi fisik rata-rata pemain seperti terlihat saat mereka menumbangkan Taiwan, 4-0, Rabu (6/9/2023) lalu. Mereka mampu memanfaatkan faktor turunnya kebugaran para pemain Taiwan pada setengah jam terakhir laga itu dengan mencetak tiga gol.
”Secara fisik, mereka lebih kuat dibandingkan kami. Mereka juga memiliki kebugaran yang lebih baik karena durasi istirahat yang lebih panjang dan telah lebih baik beradaptasi dengan suhu di sini dibandingkan pada laga pertama,” ucap Shin.
Namun, Shin percaya timnya bisa mengatasi mereka. ”Di luar strategi untuk meredam kemampuan mereka, kami juga memiliki keunggulan yang saya yakin bisa dimaksimalkan untuk meraih kemenangan,” ujar pelatih asal Korea Selatan itu.
Suhu panas
Saat berlatih, kemarin, suhu panas yang mencapai 36 derajat Celcius menjadi rintangan 11 pemain Garuda Muda pada kelompok kedua. Para pemain seperti Fajar Fathur Rahman, Muhammad Ferrari, dan Alfeandra Dewangga, tidak bisa berlatih santai dalam kondisi suhu tertinggi di Surakarta sepanjang pekan pertama September itu.
”Semua pemain bertekad memberikan kemampuan terbaik ketika diturunkan. Kami bekerja keras untuk menjalankan instruksi yang diberikan pelatih,” kata Dewangga yang menyatakan fisiknya bugar dan siap diturunkan di laga nanti.
Shin dibantu para asistennya menerapkan menu latihan intensitas sedang untuk meningkatkan level fisik para pemainnya. Dipandu asisten pelatih, Choi In-cheol, dan pelatih fisik, Sofie Imam, delapan pemain Indonesia melakukan peregangan fisik dan berlatih kombinasi operan satu sentuhan.
Setelah mengoper, jangan berhenti. Jaga jarak dua atau tiga meter dari rekan kalian. Kalau tidak, itu akan memperbesar peluang kesalahan operan.
Selain itu, Imam juga menginstruksikan para pemain untuk memadukan lari seraya dribel bola. Adapun dua kiper, Nuri Agus dan Daffa Fasya, berlatih terpisah dengan tim pelatih kiper. Pada saat yang sama, Choi fokus mengamati latihan kombinasi operan skuad Garuda Muda. Ia amat disiplin memerhatikan kualitas operan dan pergerakan tanpa bola para pemain tim U-23 Indonesia.
Ia berteriak ketika pemain gagal memberikan operan mendatar di rumput sehingga bola melayang di udara. Dalam beberapa kesempatan, Choi juga ikut serta dalam menu latihan tersebut untuk memberikan contoh teknik satu sentuhan dan operan yang sempurna.
”Setelah mengoper, jangan berhenti. Jaga jarak dua atau tiga meter dari rekan kalian. Kalau tidak, itu akan memperbesar peluang kesalahan operan,” tutur Choi ketika mencontohkan gerakan tanpa bola dan operan satu sentuhan ke para pemainnya.