Dalam usia 36 tahun, Novak Djokovic masih bisa menjuarai ajang Grand Slam. Keluarga, terutama kehadiran dua anaknya, menjadi motivasi terbesar pemilik 24 gelar juara Grand Slam tersebut.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Setelah melalui masa sulit pada musim kompetisi 2022, termasuk tak bisa bertanding di Amerika Serikat Terbuka, Novak Djokovic meraih prestasi yang tak pernah dibayangkannya, yaitu menjuarai Grand Slam untuk ke-24 kali. Dia menyebut, gelar itu lebih berhak menjadi milik keluarga dan tim pendukungnya.
Trofi juara Grand Slam yang akan menambah koleksinya didapat dari Amerika Serikat Terbuka. Dalam final pada hari terakhir kejuaraan, Minggu (10/9/2023), di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Djokovic mengalahkan Daniil Medvedev dengan skor 6-3, 7-6 (5), 6-3.
Kemenangan tersebut menambah catatan rekor pribadinya dan dalam persaingan tenis profesional. Djokovic, yang menjadi petenis profesional sejak 2003, telah meraih gelar Grand Slam tunggal putra terbanyak sejak menjuarai Perancis Terbuka pada Juni. Saat itu, petenis Serbia tersebut menjuarai Grand Slam untuk ke-23 kali, unggul atas rival terdekatnya, Rafael Nadal, dengan 22 gelar.
Kini, angka 24, menjadikannya petenis dengan gelar juara Grand Slam terbanyak. Namanya sejajar dengan Margaret Court, petenis putri Australia yang mengumpulkan 24 gelar itu pada periode 1960-1973. Court meraih 13 gelar pada era Amatir dan 11 di era Terbuka (sejak 1968).
”Waktu kecil, saya ingin menjadi juara Wimbledon. Saya tidak menduga bisa berdiri di sini dengan 24 gelar juara Grand Slam,” kata Djokovic yang pernah membuat replika trofi juara Wimbledon dari karton. Atlet yang memiliki dua adik sebagai petenis itu akhirnya tujuh kali menjuarai Wimbledon,
Sebelum menerima trofi juara AS Terbuka dari mantan petenis nomor satu dunia asal AS, Andy Roddick, Djokovic berterima kasih pada orangtuanya, Srdjan dan Dijana, yang selalu berada di tribune pada ajang besar. ”Mereka selalu mendukung dalam perjalanan saya menjadi petenis. Padahal, ini adalah olahraga mahal, tetapi saya sangat mencintai tenis. Kami melalui masa sulit, termasuk pada masa-masa perang di negara kami,” kata Djokovic.
Perang di negara-negara eks Yugoslavia pada era 1990-an turut dirasakan Djokovic. Seperti diceritakan CNN, Djokovic sedang tertidur di rumahnya, di Belgrade, saat terjadi ledakan bom dan serangan udara dari NATO pada 1999. Tahun itu pula, Djokovic mulai latihan di tempat lain, yaitu akademi tenis milik mantan petenis Kroasia, Nikola Pilic, di Jerman selama empat tahun.
Setelah Djokovic mempunyai anak, Stefan (9) dan Tara (6), bersama istrinya, Jelena Ristic, mereka menggantikan statistik rekor, yang selalu berada di benak Djokovic, sebagai sumber motivasi. Stefan, bahkan, mengikuti jejak ayahnya dengan bermain tenis dan telah mengikuti turnamen.
Setelah memenangi final, Djokovic bersujud di lapangan dan menangis. Djokovic telah membayar utang yang tak bisa dilakukan pada 2022 ketika tak bisa tampil di AS Terbuka. Pada tahun lalu, dia tak bisa memasuki wilayah Amerika karena tidak memenuhi syarat pernah divaksinasi Covid-19.
Sepanjang Wimbledon, 3-16 Juli, Stefan selalu ikut menjadi bagian dari tim pelatih bersama Goran Ivanisevic dan kawan-kawan. Terkadang, Stefan juga menjadi lawan saat Djokovic berlatih.
Tara belum seserius Stefan untuk mengetahui tenis. Saat Djokovic tampil di Melbourne Park pada Januari dan menjuarai Australia Terbuka, Tara lebih sering mewarnai pada bukunya di lantai stadion.
Namun, ketika Djokovic berhadapan dengan Medvedev di final AS Terbuka, dia berada di kursi barisan depan bersama salah satu anggota keluarganya. Mereka duduk terpisah dari keluarga dan tim pelatih Djokovic di tribune lebih atas.
Sepanjang pertandingan, terutama saat duduk ketika jeda di antara dua gim, Djokovic selalu melihat ke arah putrinya tersebut. Tara selalu tersenyum dan terkadang mengepalkan tangannya untuk memberi semangat pada ayahnya. Tara pun menjadi orang pertama yang dipeluk Djokovic sambil menangis.
Petenis Serbia, Novak Djokovic menggendong putrinya Tara sesaat setelah mengalahkan petenis Rusia, Daniil Medvedev, pada final tunggal putra turnamen tenis Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2023 di Arthue Ashe Stadium, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, New York, Amerika Serikat, Senin (11/9/2023) dini hari WIB.
Tara duduk di posisi yang berhadapan dengan saya. Saya mendapatkan energi setiap kali dibutuhkan dari senyumnya, dari energi anak yang lugu.
Senyuman si kecil itu menjadi energi ketika Djokovic kelelahan hingga sulit bernapas saat set kedua. ”Tara duduk di posisi yang berhadapan dengan saya. Saya mendapatkan energi setiap kali dibutuhkan dari senyumnya, dari energi anak yang lugu. Sangat menyenangkan melihat Stefan dan Tara ada di sana. Mereka tahu apa yang terjadi dan yang saya butuhkan,” katanya.
Keberadaan sistem pendukung yang ideal, keluarga, serta kecintaan Djokovic pada tenis tampaknya akan membuat penggemar tenis masih bisa melihat dia berkompetisi untuk beberapa tahun ke depan. Ketika dua rivalnya dalam ”Big Three”, yaitu Roger Federer pensiun pada 2022 dalam usia 41 tahun dan Nadal akan pamit dari tenis profesional pada 2024, Djokovic masih bertahan pada persaingan elite.
Sejauh ini, tak ada yang bisa mengimbanginya, baik dari angkatan terdekat dengannya, seperti Grigor Dimitrov hingga angkatan pertama Next Gen seperti Medvedev dan Alexander Zverev. Harapan melihat calon penerus Djokovic ada di tangan Carlos Alcaraz, petenis 20 tahun yang memiliki dua gelar Grand Slam, itu pun masih berupa kemungkinan.
Medvedev memberi pujian pada Djokovic yang masih bisa menjuarai Grand Slam pada usia 36 tahun. Sebanyak 12 gelar dari turnamen mayor itu, bahkan, didapat ketika sudah melewati usia 30 tahun.
Petenis Rusia, Daniil Medvedev (kiri), memegang trofi runner-up bersama petenis Serbia, Novak Djokovic, dengan trofi kejuaraan setelah final tunggal putra turnamen tenis Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2023 di Arthue Ashe Stadium, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, New York, Amerika Serikat, Senin (11/9/2023) dini hari WIB. Djokovic menyejajarkan namanya dengan Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 24.
Seperti yang sering ditanyakan penggemar tenis, Djokovic pun berkali-kali pada dirinya sendiri, ”Sampai kapan saya akan bertahan di sini?”
”Saat masih bisa bermain dalam level tinggi dan menjuarai ajang besar, saya tidak ingin meninggalkan olahraga ini. Setiap final, apalagi Grand Slam, mungkin akan menjadi kesempatan terakhir bagi saya, jadi saya akan selalu memanfaatkan peluang itu. Mungkin saya akan meninggalkan tenis setelah 23-24 tahun berkarier di sini. Sebelum tiba momen itu, Anda masih akan melihat saya,” tuturnya. (AFP/AP/REUTERS)