Pernyataan Tegas “Benteng” Tim Amerika Serikat
Lewat kemenangan telak di perempat final, tim AS seolah menegaskan, kekalahan dari Lithuania akan menjadi yang pertama dan terakhir kali.
MANILA, SELASA – Tim Amerika Serikat belajar banyak setelah kekalahan mengejutkan dari Lithuania. Pertahanan yang merupakan penyebab utama kekalahan pertama mereka, dijadikan faktor terbesar kemenangan telak atas Italia di perempat final. Para pemain bintang AS terbukti sangat andal dalam bertahan, jika termotivasi.
Soliditas pertahanan AS teruji saat menaklukkan Italia 100-63 di Stadion Mall of Asia Arena, Manila, Filipina, Selasa (5/9/2023). Mereka seperti menciptakan labirin di depan keranjang sendiri yang begitu sulit ditembus tim lawan. Saking sulitnya, Italia harus menyudahi laga dengan raihan poin terendah sepanjang Piala Dunia FIBA 2023.
Baca juga : Harap-harap Cemas Tim Basket Amerika Serikat
Terlihat jelas urgensi bertahan dari para pemain di tim asuhan pelatih Steve Kerr itu. Mereka tidak memberikan sedikit pun ruang kosong di area dalam maupun garis tiga angka. Semua pemain saling membantu untuk menutup ruang kosong. Tidak seperti saat ditaklukkan Lithuania, 104-110, di laga terakhir babak kedua, Minggu kemarin.
Upaya bertahan yang hebat dari para pemain sejak awal. Kami memberi tekanan dengan sangat baik. Grup selanjutnya (tim cadangan) juga melakukannya. Saya pikir ini pertahanan terbaik kami sepanjang turnamen.
“Upaya bertahan yang hebat dari para pemain sejak awal. Kami memberi tekanan dengan sangat baik. Grup selanjutnya (tim cadangan) juga melakukannya. Saya pikir ini pertahanan terbaik kami sepanjang turnamen. Tentu ini tidak terlepas dari kekalahan di laga sebelumnya. Permain ingin menunjukkan level kompetitif tertinggi,” kata Kerr di konferensi pers.
AS sudah unggul 46-24 di paruh pertama. Italia hanya mencetak 24 poin. Bahkan jumlah itu lebih rendah ketimbang yang dihasilkan Lithuania, 31 poin, di kuarter pertama. Semua itu karena Anthony Edwards dan rekan-rekan melimitasi para pemain Italia, terutama mencegah kombinasi untuk masuk area dalam.
Baca juga: Sempurna, Kisah Cinderella Latvia
Hasilnya, Italia sering kali memaksakan untuk menembak dari garis tiga angka. Mereka menembak saat 24 detik hampir habis dengan penjagaan ketat pemain AS. Hasilnya, akurasi tembakan tiga angka Italia sangat buruk di dua kuarter awal, 11 persen (2-19). Adapun rerata akurasi mereka sebelumnya mencapai 31,4 persen.
Pertahanan yang solid membuat mereka lebih nyaman dalam penguasaan bola. Mereka selalu memutar bola berkali-kali sampai akhirnya menemukan pemain di posisi terbuka. Berkat kesalahan lawan, AS juga berpesta dari transisi serangan balik kilat atau fast break. Total mereka mencetak 30 poin dari fast break.
Forward Mikal Bridges (24 poin) dan guard Tyrese Haliburton (18 poin) memimpin serangan tim yang bertumpu pada lemparan tiga angka. Adapun AS mencatat akurasi tiga angka hingga 47,2 persen (17-36), di antaranya disumbang Haliburton (6 kali) dan Bridges (4 kali).
Bridges mengatakan, semua pemain ingin membuktikan diri setelah kalah. “Semua menyadari betapa penting untuk bangkit. Kami pun bermain dengan rasa lapar. Saat bersamaan, tim ini semakin menyatu. Tidak ada lagi yang mementingkan individu. Kami akan seperti ini terus sampai keluar dari turnamen ini,” ujarnya.
Baca juga : Muda, Berbahaya, dan Mengguncang Indonesia Arena
Italia sudah kehilangan daya juang akibat tertinggal terlampau jauh di paruh pertama. Simone Fontecchio dan rekan-rekan tidak bisa berbuat banyak, meskipun AS lebih banyak menggunakan skuad cadangan di paruh kedua. Adapun pemain inti AS, seperti Edwards dan Bridges, tidak bermain lagi di kuarter keempat.
Fontecchio, forward dari klub NBA Utah Jazz, menjadi pemain terbaik Italia dengan sumbangan 18 poin dan 5 rebound. Sayangnya, dia harus menyudahi laga lebih dini di awal kuarter keempat karena sudah terkena 5 pelanggaran. Asa Italia untuk membalikkan keadaan pun semakin kandas setelah itu.
Pelatih Kepala Italia Gianmarco Pozzecco tetap bangga dengan anak asuhnya, meksipun kalah telak. Baginya, pencapaian tim “negeri pizza” itu sudah jauh melampaui ekspektasi. Adapun Italia bisa kembali ke perempat final sejak terakhir kali di Piala Dunia 1998. Ketika itu, Pozzecco masih berstatus pemain Italia.
Baca juga: Gen Z Menggenggam Masa Depan Tim Basket Spanyol
“Semua berpikir kami tidak punya kans untuk sampai di sini. Tetapi kami bisa mencapai 8 tim terakhir di Piala Dunia. Tidak ada yang harus saya jelaskan. Anda tahu, kami sudah memberikan segalanya. Saya mencintai para pemain sebelum laga. Setelah kekalahan ini, saya semakin cinta dan hormat pada mereka,” jelas Pozzecco.
Keunggulan jauh membuat AS bisa bermain tanpa beban di paruh kedua. Mereka berpesta di pertahanan Italia. Haliburton bahkan sempat memberikan umpan alley-oop dengan melewati kolong kaki. Umpan diakhiri dengan dunk eksplosif forward Paolo Banchero. Adapun Banchero merupakan pemain keturunan Italia yang lebih memilih bersama tim AS.
Baca juga: Aturan FIBA Tertunduk di Hadapan Shai Gilgeous-Alexander
Di semifinal, AS akan berhadapan dengan pemenang laga antara Jerman versus Latvia yang akan berlangsung Rabu sore. Dengan hasil saat ini, AS sudah berhasil melampaui prestasi di Piala Dunia 2019. Empat tahun silam, mereka gugur di perempat final setelah takluk dari Perancis.