”Raja As” John Isner Berpamitan dari Kompetisi Tenis
John Isner, salah satu petenis terbaik Amerika Serikat yang dikenal sebagai ”Raja As", mengundurkan diri. Dia pensiun sebagai petenis profesional dengan catatan 14.470 as dalam kariernya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Petenis Amerika Serikat, John Isner, tak memiliki prestasi spektakuler seperti seniornya Andre Agassi atau Pete Sampras. Dia dikenal dengan tubuhnya yang tinggi dan memiliki servis keras. Di negaranya sendiri dalam turnamen Grand Slam Amerika Serikat Terbuka, Isner mengucapkan selamat tinggal pada dunia tenis profesional, tempatnya mendedikasikan diri selama 16 tahun.
Akhir dari perjalanan Isner terjadi pada pertandingan babak kedua melawan petenis AS lainnya, Michael Mmoh, di Stadion Grandstand, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, New York, Kamis (31/8/2023) siang waktu setempat atau Jumat (1/9/2023) dini hari waktu Indonesia. Meski telah berusaha bertahan untuk bisa melangkah lebih jauh, Isner akhirnya kalah 6-3, 6-4, 6-7 (3), 4-6, 6-7 (10-7) setelah bertanding selama 3 jam 57 menit.
Dalam pertandingan itu, Isner menambahkan 48 as dalam catatan rekornya sebagai pembuat as terbanyak yang dibuat Asosiasi Tenis Profesional (ATP) sejak 1991. Sepanjang karier profesional sejak 2007, petenis dengan tinggi badan 208 sentimeter itu membuat 14.470 as. Dia berada di urutan teratas daftar itu mengungguli para jagoan as lainnya, seperti Ivo Karlovic, Roger Federer, Goran Ivanisevis, dan Andy Roddick.
Isner juga tercatat menjadi petenis dengan as terbanyak dalam satu pertandingan. Sebanyak 113 as dibuat saat melawan Nicolas Mahut pada babak pertama Wimbledon 2010.
Pertandingan yang dimenangi Isner dengan skor 6-4, 3-6, 6-7 (7), 7-6 (3), 70-68 itu berlangsung selama 11 jam 5 menit dan menjadi pertandingan terlama dalam sejarah. Durasi tersebut merupakan akumulasi dari pertandingan selama tiga hari karena laga tersebut harus beberapa kali dihentikan karena hujan.
Mengembalikan servis Isner menjadi tantangan. Sekali saja bisa mematahkan servisnya bisa membuat momentum pertandingan berubah. Namun, seperti para big server pada umumnya, kemampuan teknis lainnya tak bisa mengimbangi kemampuan mereka dalam servis. Big server dengan tubuh tinggi menjulang biasanya tak bergerak dengan lincah.
Prestasi Isner pun tak begitu cemerlang, terutama di nomor tunggal. Hasil terbaiknya di arena Grand Slam adalah ketika mencapai semifinal Wimbledon 2018. Pada tahun yang sama pula, dia menjuarai Miami Masters yang merupakan gelar satu-satunya dari turnamen berlevel ATP Masters 1000.
Namun, Isner mempunyai prestasi yang lebih baik pada nomor ganda. Dia memiliki lima gelar juara ATP Masters 1000, tiga di antaranya bersama sahabatnya, Jack Sock, yang juga pensiun setelah AS Terbuka. Mereka bermain ganda di AS Terbuka 2023 tetapi kalah pada babak pertama.
”Rasanya berat menerima hasil ini karena saya merasa sudah bekerja keras,” kata Isner sambil menahan tangis saat diwawancarai di lapangan. Dia mendapat sambutan meriah dari penonton setiap kali selesai menjawab pertanyaan.
Atmosfer seperti inilah yang membuat saya bekerja keras seumur hidup. Bermain di hadapan penonton seperti ini selalu spesial dan saya berterima kasih atas dukungan kalian.
”Atmosfer seperti inilah yang membuat saya bekerja keras seumur hidup. Bermain di hadapan penonton seperti ini selalu spesial dan saya berterima kasih atas dukungan kalian,” katanya.
Isner memasuki dunia tenis profesional setelah menjalani karier sebagai petenis universitas di Georgia. Di arena profesional, dia mendapatkan 16 gelar juara nomor tunggal dan mencapai posisi tertinggi dalam peringkat dunia pada 2018 di urutan kedelapan. Saat berada pada periode terbaiknya itu, Isner menjadi petenis nomor satu AS.
Salah satu momen terbaik yang diingatnya adalah ketika membela AS pada kejuaraan beregu putra Piala Davis. ”Saya pernah mengalahkan Roger Federer di Swiss, sekali. Lapangannya sangat jelek, Roger tidak menyukainya. Semakin jelek lapangannya, semakin baik bagi saya,” candanya.
”Saya tak pernah membayangkan bisa meraih sukses seperti ini. Tentu banyak juga pertandingan yang ingin saya ulang saat saya mengingatnya kembali, tetapi tak ada penyesalan sama sekali dalam menjalani profesi ini,” kata Isner dalam laman resmi ATP.
Petenis 38 tahun dengan empat anak tersebut ingin diingat sebagai kompetitor tangguh di lapangan dan sosok yang menyenangkan saat berada di ruang ganti. Sambil menangis pada sesi konferensi pers, Isner pun mengucapkan selamat tinggal pada tenis untuk menjalani kehidupan barunya bersama keluarga. (AP/AFP)