Lagu ”Ironic” dari penyanyi Kanada, Alanis Morissete, menggambarkan kisah tim Kanada di laga versus Latvia dan sisa turnamen.
Oleh
KELVIN HIANUSA, REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
”It’s like ten thousand spoons when all you need is a knife”. Begitulah sepotong kalimat dari lirik lagu Morisette. Pelatih kepala tim bola basket Kanada, Jordi Fernandez, mengutip kalimat itu seusai kemenangan atas Latvia 101-75 di Stadion Indonesia Arena, Jakarta, Selasa (29/8/2023) malam WIB.
”Anda tahu siapa yang menyanyikan lagu itu? Alanis Morisette, orang Kanada,” kata Fernandez. ”Kami tidak bertahan dengan baik juga tidak melakukan hal yang benar. Saya pikir Nickeil (Alexander-Walker) adalah pisau itu. Dia datang dan bermain sangat tangguh. Lalu memasukkan semua tembakan tiga angka,” ujarnya.
Seperti kata Fernandez, Nickeil yang menyumbang 14 poin dan 5 rebound merupakan inspirator pertama kemenangan Kanada. Produktivitasnya tidak sebanyak guard Shai Gilgeous-Alexander (27 poin) atau RJ Barrett (22 poin). Namun, setelah dia masuk dari cadangan, momentum pertandingan berbalik.
Kanada memulai kuarter kedua dengan ketinggalan 13-23 setelah dihujani tembakan tiga angka para pemain Latvia. Nickeil mengambil alih dengan sumbangan 8 poin di kuarter itu, di antaranya dua kali berasal dari tembakan tiga angka. Setelah keran angka terbuka, mereka mampu mengakhiri kuarter dengan keunggulan 43-42.
Nickeil membuka jalan untuk sepupunya, Shai. Dengan ancaman di garis tiga angka, pertahanan Latvia tidak berani lagi bertahan terlalu dalam. Giliran Shai yang merupakan spesialis pencetak poin di area dalam mengambil alih. Bintang klub NBA, Oklahoma City Thunder, itu langsung mencetak 16 poin hanya di kuarter ketiga.
Nickeil, guard 24 tahun asal klub NBA, Minnesota Timberwolves, menyudahi laga dengan tembakan tiga angka terbanyak (4 kali). Berkat dia, Barrett lebih percaya diri menembak dari jauh. Barrett juga memasukkan 4 kali tembakan tiga angka, tetapi 3 kali di antaranya diciptakan di paruh kedua atau setelah ”hujan” ciptaan Nickeil.
Di antara seluruh pemain Kanada malam kemarin, Nickeil berada di peringkat kedua sebagai pencatat plus minus tertinggi setelah forward veteran Kelly Olynyk. Kanada unggul 21 poin atas Latvia saat dia bermain. Catatan itu jauh lebih baik dibandingkan Shai (+11) ataupun Barrett (+11).
Kami kesulitan membuat tembakan (di paruh pertama), tidak mendapatkan pelanggaran, tetapi masih mampu mencari cara untuk menang. Sulit mengembalikan ketinggalan 10 poin di (turnamen) FIBA. Ini sangat besar untuk kami.
Menurut Nickeil, Kanada telah membuktikan punya berbagai senjata untuk keluar dari situasi sulit. ”Kami kesulitan membuat tembakan (di paruh pertama), tidak mendapatkan pelanggaran, tetapi masih mampu mencari cara untuk menang. Sulit mengembalikan ketinggalan 10 poin di (turnamen) FIBA. Ini sangat besar untuk kami,” ujarnya.
Kanada, setelah kemenangan atas Latvia, sukses menjadi pemimpin klasemen akhir Grup H. Mereka menyapu bersih tiga laga di grup yang dijuluki neraka itu. Seluruh kemenangan diraih dengan defisit lebih dari 25 angka, termasuk versus Perancis (95-65) dan Lebanon (128-73). Rekor sempurna itu dibawa ke babak kedua.
Untuk pertama kali dalam sejarah, Kanada berhasil menjadi juara grup di Piala Dunia. Tim asuhan Jordi itu semakin difavoritkan untuk menjuarai turnamen. Mereka sudah menunjukkan kapabilitas sebagai salah satu tim dengan pemain NBA terbanyak (7).
Laga versus Latvia cukup untuk menggambarkan perjalanan Kanada ke depan. Mereka akan kembali menemukan kesulitan saat lawan fokus bertahan di area dalam. Mengingat, para pemain Kanada lebih berbahaya di area dalam. Termasuk Shai yang memproduksi rerata 14 poin dari area dalam.
Masalahnya, Kanada tidak punya banyak solusi untuk memecah pertahanan rapat lawan. Mereka tidak memiliki banyak penembak jitu dari garis tiga angka. Shai hanya memasukkan satu tembakan tiga angka per laga sepanjang turnamen dengan akurasi rendah 27,3 persen.
Di deretan starter Kanada, Barrett adalah penembak paling diandalkan dengan rerata 2,7 kali tiga angka (42,7 persen). Namun, dia terkenal sebagai pemain yang inkonsisten. Dia perlu mencari ritme tembakan sampai akhirnya bisa mulai menghujani keranjang lawan. Versus Perancis, misalnya, Barrett hanya memasukkan 1 dari 7 percobaan.
Karena itu, sosok yang justru bisa menjadi katalis Kanada adalah Nickeil. Meskipun berstatus pemain cadangan, dia adalah penembak perimeter terbaik dalam tim. Dia sudah mencatat rerata 4 kali tembakan tiga angka dengan akurasi sampai 46,2 persen. Efisiensinya sangat tinggi dibandingkan rekan-rekannya.
Seperti diketahui, tembakan tiga angka adalah hal wajib di permainan modern. Bahkan, pemain tinggi dan besar yang dulu hanya ditugaskan di dekat keranjang juga harus bisa menembak jauh. Dengan keahlian itu, fokus pertahanan lawan akan terbelah sehingga memperbanyak opsi serangan tim.
Jika diibaratkan makanan, Kanada itu lengkap dan mewah seperti piza. Shai seperti potongan daging, Barrett seperti keju, dan Olynyk seperti jamur. Sementara itu, Nickeil bagai gula dalam adonan. Gula memang tidak terlihat dan seperti kurang penting dalam makanan gurih. Namun, berkat itu, rasa lebih seimbang dan sedap. Sama seperti dengan presensi Nickeil, Kanada menjadi sempurna.