Tim Kanada terlalu berapi-api untuk bisa terbakar di dalam grup neraka. Mereka justru membakar neraka itu dan keluar dengan senyum lebar.
Oleh
KELVIN HIANUSA, REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Grup H yang dijuluki sebagai grup neraka ternyata tidak seseram itu bagi tim Kanada. Shai Gilgeous-Alexander dan rekan-rekan menutup perjalanan babak grup dengan rekor sempurna. Mereka menyapu bersih seluruh laga dengan kemenangan lebih dari 25 angka. Kanada mempertegas status sebagai calon kuat juara.
Latvia, tim ”kuda hitam” yang dibantu ribuan pendukung langsung, menjadi korban terbaru Kanada di Stadion Indonesia Arena, Jakarta, Selasa (29/8/2023) malam. Kanada menang telak 101-75 dengan bantuan dari para pemain NBA, antara lain Shai (27 poin, 6 rebound, dan 6 asis) serta RJ Barrett (22 poin dan 5 rebound).
”Kami tidak memulai seperti yang diharapkan. Terlalu banyak bermain sebagai individu. Lalu, kami mulai bermain sebagai tim sampai akhirnya perlahan laga mulai berbalik arah. (Soal menjadi pemain terbaik) Saya tidak peduli karena itu bukan fokus saya. Saya hanya ingin meraih emas bersama tim ini,” kata Shai.
Kanada pun memuncaki klasemen akhir Grup H dengan 3 kemenangan. Sebelumnya, mereka juga menunjukkan dominasi dalam kemenangan atas Perancis, 95-65, dan Lebanon, 128-73. Rekor sempurna Latvia ternoda, menjadi 2 menang - 1 kalah. Adapun Kanada dan Latvia sudah dipastikan lolos ke babak kedua.
Dua hari setelah mengeliminasi tim unggulan Perancis, Latvia sebenarnya mampu memberikan perlawanan di paruh pertama. Tim asuhan Pelatih Luca Banchi itu bahkan masih unggul satu poin jelang paruh laga sebelum Barrett membuat tembakan ”penakluk bel” yang berujung keunggulan Kanada, 43-42.
Dipimpin pemain termuda dalam tim, Arturs Zagars (23), Latvia membuat kekacauan di pertahanan lawan dengan hujan tembakan tiga angka dan skema rotasi serangan supercepat. Zagars sudah mencetak 11 poin selama dua kuarter, dua di antaranya dari garis tiga angka. Teriakan ribuan pendukung terus membakar semangat mereka.
Namun, Latvia mulai merasakan dampak kehilangan kapten Dairis Bertans yang absen karena cedera paha. Tanpa sang penembak jitu, tidak ada yang bisa mengeluarkan tim dari kesulitan di paruh kedua. Mereka gagal memasukkan satu pun tembakan tiga angka sampai akhirnya Andrejs Grazulis memecah paceklik di paruh kuarter keempat.
Latvia kehilangan ciri khas dari tembakan jauh. Akurasi tembakan tiga angka mereka sangat rendah, 28 persen. Di dua laga sebelumnya, akurasi tim asuhan Banchi tidak pernah lebih rendah dari 40 persen. Semua tidak terlepas dari pertahanan solid Kanada yang dipimpin forward Dillon Brooks.
Kegagalan tembakan Zagars dan rekan-rekan dimanfaatkan oleh Kanada. Kuarter ketiga menjadi titik kebangkitan Kanada sekaligus kejatuhan Latvia. Kanada berhasil menghentikan serangan lawan berturut-turut lalu membuat 8 poin hanya dalam 90 detik setelah kuarter dimulai. Laju itu membuat mereka unggul dua digit di akhir kuarter, 67-57.
Senjata Kanada terlalu banyak untuk bisa dihentikan Latvia. Shai mengambil alih permainan lewat aksi individu eksplosif. Dia mengecoh lawan dengan kelincahan dribel lalu menembak sendiri di area dalam. Tembakannya dari area dalam sangat akurat, masuk 8 dari 10 percobaan (80 persen). Shai mencetak 16 poin di kuarter ketiga.
Kami tidak memulai seperti yang diharapkan. Terlalu banyak bermain sebagai individu. Lalu, kami mulai bermain sebagai tim sampai akhirnya perlahan laga mulai berbalik arah.
Latvia tidak bisa fokus menutup Shai di area dalam. Sebab, Kanada juga menghukum mereka dari tembakan tiga angka. Barrett dan guard Nickeil Alexander-Walker sama-sama menyumbang 4 kali tembakan dari garis tiga angka. Adapun akurasi total tembakan tiga angka tim mencapai 41 persen.
”Selamat kepada tim lawan yang bermain sangat solid. Angka (hasil laga) berbicara. Mereka sangat bagus dari tiga angka. Meskipun kalah, saya tetap bangga dengan para pemain. Sulit menghadapi gim dengan intensitas tinggi seperti ini tanpa talenta terbaik kami. Melawan tim seperti mereka butuh banyak energi,” ujar Banchi.
Dengan hasil itu, sudah tiga tim yang dipastikan lolos ke babak kedua, yaitu Kanada, Latvia, dan Spanyol (Grup G). Satu tiket tersisa akan diperebutkan oleh peserta Grup G, Pantai Gading dan Brasil. Adapun wakil Grup H akan bertanding versus wakil Grup G di babak selanjutnya. Dua tim dengan akumulasi rekor terbaik akan lolos 8 besar.
Tangis Arakji
Tim Lebanon nyaris saja menciptakan kejutan saat melawan tim raksasa Perancis. Wael Arakji dan rekan-rekan mengimbangi Perancis selama tiga kuarter. Mereka bahkan unggul di awal kuarter keempat, 64-60. Namun, keunggulan itu tidak bertahan lama. Perancis kembali mengambil alih lewat forward Guerschon Yabusele (18 poin) dan menutup dengan kemenangan 85-79.
Arakji, ”Most Valuable Player” Piala Asia 2022, emosional selepas laga. Dia menangis saat diwawancarai wartawan Lebanon di area campuran. Pemain 28 tahun itu telah melakukan segalanya dengan sumbangan 29 poin dan 4 asis, dari akurasi tembakan 64,7 persen. Namun, semua usaha itu belum cukup memberikan kemenangan pertama untuk Lebanon di Grup H.
”Sangat tidak beruntung kami kalah. Padahal, kami punya kesempatan mengalahkan tim kuat seperti mereka. Saya emosional (seusai laga) karena mengenakan jersei ini selalu spesial. Kami ingin memberikan alasan warga Lebanon untuk tersenyum. (Meskipun begitu) Kami mendapat banyak pengalaman dari laga ini,” ujar Arakji.
Perancis, tim peringkat ke-5 dunia, kehilangan energi dalam laga terakhir Grup H setelah dipastikan tidak lolos ke babak kedua. Mereka juga tidak diperkuat tiga pemain center akibat cedera, salah satunya bintang NBA, Rudy Gobert. Akibat dua faktor itu, jarak kualitas yang sangat jauh dengan Lebanon tidak terlalu terlihat.
”Ini tidak mudah untuk kami. Kekecewaan akibat eliminasi masih ada di dalam tim. Apa yang harus kami lakukan adalah bermain lebih baik. Itu ditunjukkan di paruh kedua. Tentu sulit tampil tanpa pemain besar kami. Guerschon sampai harus menempati posisi 5 (center) dan kami juga lebih kecil dari lawan,” kata Pelatih Kepala Perancis Vincent Collet.