Petenis remaja Cori ”Coco” Gauff akan menjadi salah satu favorit juara tunggal putri Grand Slam di negaranya sendiri, Amerika Serikat Terbuka. Gelar juara WTA 1000 Cincinnati menjadi bekal Coco untuk tampil di New York.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
NEW YORK, MINGGU — Untuk pertama kalinya, Cori ”Coco” Gauff menjadi salah satu petenis yang difavoritkan menjuarai tunggal putri Grand Slam Amerika Serikat Terbuka di Flushing Meadows, New York, 28 Agustus-10 September 2023. Coco akan menjadi petenis yang paling dinanti publik tuan rumah setelah Serena Williams berpamitan di tempat yang sama, setahun lalu.
Nama Coco disejajarkan dengan favorit lainnya, yaitu Aryna Sabalenka, Elena Rybakina, dan petenis nomor satu dunia yang juga juara juara bertahan, Iga Swiatek. Petenis berusia 19 tahun itu akan menjadi harapan penonton tuan rumah yang tak pernah melihat petenis AS menjadi juara Grand Slam di tempat sendiri sejak Sloane Stephens juara pada 2017.
Apalagi, bintang tuan rumah, Serena, telah meninggalkan profesi petenis profesional setelah 27 tahun menjalaninya. AS Terbuka 2022 menjadi panggung terakhir Serena yang saat ini menjadi ibu dari dua putri.
Coco, yang membuat kejutan ketika menembus babak keempat Wimbledon 2019 dengan mengalahkan Venus Williams pada babak pertama, dinilai akan menjadi ”ahli waris” Serena dan Venus. Apalagi, Coco menjadi petenis karena mengidolakan Williams bersaudara tersebut.
Masuknya nama Coco sebagai favorit juara Grand Slam untuk pertama kalinya berkat gelar juara yang terakhir didapatnya, yaitu dari salah satu turnamen pemanasan AS Terbuka, WTA 1000 Cincinnati. Itu menjadi gelar pertama petenis ranking keenam dunia tersebut dari ajang WTA 1000 yang merupakan turnamen level atas untuk petenis profesional putri.
Gelar juara dari Cincinnati, yang merupakan gelar ketiga Coco pada 2023, didapat, salah satunya, berkat penampilan gemilang pada semifinal. Dia mengalahkan Swiatek yang selalu mengalahkannya dalam tujuh pertemuan lain.
Selain bisa mengatasi tekanan dari Swiatek untuk pertama kalinya, Coco bercerita, keberhasilan menjuarai tiga turnamen pada tahun ini karena dia telah mempelajari satu hal, yaitu berusaha tetap menang meski tak bermain dalam level kemampuan terbaik. Dengan kata lain, juara Perancis Terbuka 2018 untuk kategori yunior itu telah belajar mengatasi situasi yang sulit. ”Saya pikir, kemampuan itu yang menjadikan seseorang menjadi juara,” katanya.
Meski langsung disebut sebagai petenis muda potensial sejak Wimbledon 2019, lalu menembus peringkat sepuluh besar dunia mulai September 2022, Coco sering kali tak konsisten saat tampil pada ajang besar. Dia melaju hingga semifinal WTA 1000 Doha dan perempat final Indian Wells 2023, tetapi setelah itu tersingkir pada babak ketiga tiga turnamen WTA 1000 berikutnya.
Performa tak stabil itu sering membuatnya menangis di malam hari. Dia menilai, kemampuannya tak berkembang meski telah berlatih keras. ”Semua latihan dijalani dengan baik, tetapi saya tak bisa ’menerjemahkannya’ dalam pertandingan. Itu yang ingin saya perbaiki,” katanya.
Semua upayanya untuk menjadi lebih baik diperlihatkan di Cincinnati. Namun, tantangan di New York nanti akan berbeda. Grand Slam adalah turnamen yang memiliki atmosfer berbeda hingga tak banyak petenis yang bisa mengatasinya. Petenis harus memenangi tujuh pertandingan dalam waktu dua pekan, pada nomor tunggal, untuk menjadi juara.
Meski pernah menembus final Perancis Terbuka 2022, pengalaman itu tak membuat Coco bisa melalui tantangan pada setiap Grand Slam berikutnya dengan mudah. Setelah bertahan hingga babak keempat Australia Terbuka dan perempat final Perancis Terbuka tahun ini, dia tersingkir pada babak pertama Wimbledon.
Maka, walaupun banyak ekspektasi ditujukan padanya untuk AS Terbuka, Coco menanggapinya dengan santai. Dia tak ingin keinginan orang lain menjadi beban baginya.
Orang menilai saya sebagai penerus Serena, padahal, saya tak ingin menempatkan diri pada posisi itu. Saya hanya ingin menjadi yang terbaik dengan versi saya sendiri.
”Terkadang, harapan orang memunculkan tekanan pada diri saya, apalagi setelah Serena pensiun. Orang menilai saya sebagai penerus Serena, padahal, saya tak ingin menempatkan diri pada posisi itu. Saya hanya ingin menjadi yang terbaik dengan versi saya sendiri,” tutur Coco yang akan melawan Laura Siegemund pada babak pertama AS Terbuka, Senin (28/8/2023).
Menanggung harapan besar orang lain memang tak akan mudah dihadapi Coco yang masih terbilang remaja. Apalagi, persaingan tenis tunggal putri sangat terbuka. Siapa pun bisa menjadi juara meski lima dari enam Grand Slam terakhir dijuarai tiga petenis, yaitu Swiatek, Rybakina, dan Sabalenka.
Di arena Wimbledon, misalnya, petenis Ceko, Marketa Vondrousova, memanfaatkan peluang terbuka itu hingga menjadi juara. Rybakina, sebagai juara bertahan, tersingkir di perempat final, demikian pula dengan Swiatek. Adapun Sabalenka dikalahkan Ons Jabeur pada semifinal.
Undian juga akan berpengaruh pada perjalanan Coco. Dia berada paruh atas bersama Swiatek, yang berpeluang menjadi lawan pada perempat final, Rybakina, dan Maria Sakkari. Adapun pada paruh bawah undian, Sabalenka akan bersaing di antaranya dengan Jabeur, Jessica Pegula, dan Caroline Garcia.
Sementara, Swiatek tak ingin status juara AS Terbuka 2022 menjadi beban untuk tampil pada tahun ini. Apalagi, dia gagal menjuarai turnamen WTA 1000 Montreal dan Cincinnati karena tersingkir pada semifinal.
”Saya tahu bagaimana sulitnya menjadi juara bertahan di turnamen Grand Slam. Maka, saya tak ingin terlalu keras pada diri sendiri. Saya hanya ingin menjalani persaingan pada tahun ini selangkah demi selangkah,” kata Swiatek yang akan membuka persaingan di Stadion Arthur Ashe melawan Rebecca Peterson pada hari pertama turnamen.
Aldila juara di Cleveland
Di ganda putri, petenis Indonesia, Aldila Sutjiadi, akan tampil di Flushing Meadows dengan bekal gelar juara dari WTA 250 Cleveland. Aldila, yang berpasangan dengan Miyu Kato (Jepang), mengalahkan duet pemain AS dan Australia, Nicole Melichar-Martinez/Ellen Perez, dengan skor 6-4, 6-7 (4), 10-8 dalam final, Sabtu siang waktu setempat atau Minggu dini hari waktu Indonesia.
Gelar itu menjadi yang ketiga dari turnamen WTA bagi Aldila pada tahun ini. Dia menjuarai WTA 250 Auckland, juga, bersama Kato menjelang Australia Terbuka. Bersama pemain lain, Erin Routliffe (Australia), Aldila menjuarai WTA 250 Texas sebelum mencapai semifinal WTA 1000 Indian Wells bersama Kato.
Aldila/Kato tampil pada tiga Grand Slam lain pada tahun ini dan bertahan hingga babak ketiga pada setiap turnamen. (AFP/REUTERS)