Rudy Gobert tidak berani berjanji untuk mengeluarkan senjata barunya dari area tiga angka, tetapi menjamin akan jadi versi terbaik dirinya di Piala Dunia FIBA 2023.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Center andalan tim Perancis, Rudy Gobert, serius berlatih tembakan tiga angka di sesi latihan jelang laga pembuka Piala Dunia FIBA 2023 versus Kanada pada Kamis (24/8/2023). Padahal, Gobert dikenal sebagai center tradisional spesialis area dalam dan penembak perimeter terburuk.
Pemandangan itu tampak di lapangan latihan Stadion Indonesia Arena, Jakarta. Selesai sesi latihan pola menyerang dan bertahan, dia berkali-kali menembak tiga angka tanpa dijaga siapa pun. Sesekali, pemain setinggi 2,16 meter itu bahkan melempar bola dari tengah lapangan.
Dengan tubuh menjulang tinggi, gerakannya saat menembak memang terlihat sangat kaku. Tembakannya pun jarang masuk. Dari sepuluh percobaan, hanya dua kali yang masuk. Namun, dia terus meminta bola dari rekan-rekannya dan terus menembak. Saat mendapatkan ritme, dia bisa memasukkan tiga tembakan beruntun.
Saya tidak tahu tentang apakah ada Gobert versi baru. Namun, saya pastikan Anda akan melihat versi Gobert yang lebih baik.
Gobert akan memulai perjalanan bersama tim Perancis dengan menghadapi Kanada pada Jumat (25/8/2023) pukul 20.30. Ditanya tentang kemungkinan perubahan gaya bermain, dia menjawab, ”Saya tidak tahu tentang apakah ada Gobert versi baru. Namun, saya pastikan Anda akan melihat versi Gobert yang lebih baik,” ujarnya.
Peraih tiga kali Defensive Player of the YearNBA itu membuat kejutan dalam uji coba versus Montenegro, awal Agustus. Gobert memasukkan tembakan tiga angka pertama dalam kariernya. Sang center Minnesota Timberwolves menggambarkan peristiwa itu bagai melepas keperjakaan.
Di NBA, Gobert sudah bermain sejak musim 2013-2014. Dia sudah membuat 15 kali percobaan tiga angka selama berkarier. Namun, tidak satu pun yang berujung angka bagi timnya. Karena itu pula, pria berusia 31 tahun itu dijuluki sebagai salah satu penembak terburuk di NBA.
Pelatih Kepala Perancis Vincent Collet mengatakan, semua orang di dalam tim gembira setelah tiga angka pertama Gobert. ”Dia mulai berlatih sedikit seusai latihan. (Tetapi) Saya mengharapkan dia lebih banyak berlatih permainan di area dalam,” ujar Collet sambil tersenyum.
Gobert adalah salah satu pemain yang paling berkomitmen terhadap negaranya. Di Piala Dunia kali ini, begitu banyak bintang NBA yang mundur, antara lain Nikola Jokic (Serbia) dan Jamal Murray (Kanada). Namun, tidak dengan Gobert. Dia kembali ke tim setelah mengantar Perancis jadi pemenang kedua di EuroBasket 2022 dan Olimpiade Tokyo 2020.
”Selalu menyenangkan bermain untuk negara saya. Selain saya menghormati negara ini, saya juga sangat senang berkompetisi. Di tim ini, kami selalu membawa mentalitas untuk menang. Hal itu membantu saya berkembang sebagai pemimpin dan pemain. Pengalaman itu tidak ternilai,” tutur Gobert.
Perancis dan Kanada merupakan dua tim paling diunggulkan di Grup H. Grup itu juga berisi Latvia dan Lebanon. Alhasil, laga perdana grup nanti akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir grup. Hanya ada dua tim terbaik yang berhak lolos ke babak kedua.
Perancis datang dengan percaya diri setelah prestasi konsisten di EuroBasket dan Olimpiade. Apalagi, skuad berisikan para pemain veteran yang sudah terbiasa berlaga di bawah peraturan FIBA. Selain Gobert, ada juga pemain NBA seperti Nicolas Batum (34) dan Evan Fournier (30).
Kepolosan Kanada
Meskipun begitu, tim Kanada tidak gentar. Mereka membawa skuad termewah sepanjang sejarah keikutsertaan di Piala Dunia. Terdapat tujuh pemain NBA di dalam skuad asuhan Pelatih Jordi Fernandez itu, antara lain Shai Gilgeous-Alexander, Kelly Olynyk, dan RJ Barrett.
Shai bisa dikatakan sebagai salah satu dari lima pemain terbaik di musim reguler NBA 2022-2023. Bintang Oklahoma City Thunder itu menyudahi musim dengan masuk All-NBA 1st Team. Hanya pemain terbaik dari tiap posisi sepanjang musim reguler yang dipilih masuk tim tersebut.
Wajar jika Fernandez menyebut timnya sangat berbakat. ”Para pemain kami luar biasa bertalenta. Mereka tahu bagaimana cara bekerja dengan baik. Masalahnya hanya mereka jarang bermain bersama. Jadi, cara terbaik menunjukkan kemampuan kami adalah di lapangan nanti. Tidak ada pilihan!” ujar Fernandez.
Perang strategi di lapangan nanti akan sangat menarik. Para pemain Kanada memang kalah pengalaman dari Perancis dalam bermain di peraturan FIBA. Namun, mereka memiliki Fernandez, pelatih asal Spanyol yang berkembang dengan peraturan tersebut. Dia sangat mengetahui celah-celah yang bisa dieksploitasi.
Banyak peraturan FIBA yang berbeda dibandingkan dengan NBA. Salah satu yang paling berpengaruh adalah defensive three seconds yang melarang pemain berdiam di area dekat keranjang sendiri selama lebih dari tiga detik. Hal itu dilarang di NBA, tetapi diperbolehkan di FIBA.
Artinya, para pemain bertahan tidak harus keluar dan masuk area dalam agar tidak terkena pelanggaran. Mereka bisa lebih nyaman dalam bertahan, khususnya untuk para penjaga keranjang seperti Gobert.