Dua Emas Belanda Kandas dalam Semalam di Kejuaraan Dunia Atletik
Hari pertama Kejuaraan Dunia Atletik 2023 menjadi hari memilukan bagi kontingen Belanda. Mereka kehilangan dua emas di depan mata karena dua pelarinya jatuh persis jelang garis finis.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
BUDAPEST, MINGGU — Hari pertama Kejuaraan Dunia Atletik 2023 di Budapest, Hongaria, Sabtu (19/8/2023) malam waktu setempat atau Minggu (20/8/2023) dini hari WIB, menjadi malam memilukan bagi tim Belanda. Hanya dalam waktu kurang lebih sejam, Belanda kehilangan dua medali emas di depan mata karena insiden terjatuhnya dua pelari mereka di depan garis finis nomor lari 10.000 meter putri dan estafet 4 x 400 meter campuran.
Pada final lari 10.000 meter putri di Stadion Pusat Atletik Nasional, Budapest, Sabtu sekitar pukul 20.55 waktu setempat atau 01.55 WIB, pelari andalan Belanda, Sifan Hassan, tampaknya tidak terbendung untuk membalas kegagalannya meraih medali Kejuaraan Dunia 2022 dengan merebut emas dalam kejuaraan kali ini.
Setelah berhasil melewati para pesaing di depannya sekitar 200 meter sebelum finis, Hassan yang memimpin coba melepaskan kecepatannya di lintasan lurus 100 meter sebelum finis. Pelari kelahiran Etiopia itu bersaing ketat dengan pelari Etiopia, Gudaf Tsegay.
Sayangnya, 20 meter sebelum finis, Hassan yang berstatus peraih emas 10.000 meter Olimpiade Tokyo 2020 dan Kejuaraan Dunia 2019 kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan tragis. Bukan hanya emas yang melayang, pelari berusia 30 tahun itu pun kehilangan medali perak dan perunggu. Dia akhirnya tercatat finis di urutan ke-11 dengan waktu 31 menit 53,35 detik.
Saya coba untuk tetap tersenyum, tetapi ini sangat sulit. Saya sangat kecewa. Inilah olahraga, hal-hal semacam ini bisa terjadi. Saya baru saja mengalami momen yang buruk.
”Saya coba untuk tetap tersenyum, tetapi ini sangat sulit. Saya sangat kecewa. Inilah olahraga, hal-hal semacam ini bisa terjadi. Saya baru saja mengalami momen yang buruk. Saya merasa sangat kuat (dalam kondisi yang baik) dan mencoba untuk menekan di lap terakhir. Saya sangat menikmati apa yang saya lakukan. Saya tidak berpikir saya cedera. Tangan saya baik-baik saja, tetapi lutut perlu diperiksa. Mudah-mudahan, semuanya baik-baik saja,” ungkap Hassan.
Sebaliknya, Tsegay sukses meraih emas dengan waktu 31 menit 27,18 detik yang menjadi emas 10.000 meter perdananya di Kejuaraan Dunia maupun ajang mayor internasional. Dua kompatriotnya, Letesenbet Gidey meraih perak dengan 31 menit 28,16 detik dan Ejgayehu Taye merebut perunggu dengan 31 menit 28,31 detik.
”Itu adalah perlombaan yang bagus dengan hasil yang luar biasa. Lari 10.000 meter bukanlah nomor spesialisasi saya. Saya lebih menyukai 1.500 meter dan 5.000 meter. Tetapi, sekarang, saya merasa sangat istimewa karena saya telah berhasil menambah satu gelar dunia dari jarak yang berbeda,” ujar Tsegay yang berstatus pemegang rekor dunia 1.500 meter dalam ruangan dilansir laman World Athletics (Federasi Atletik Dunia), Minggu (20/8/2023).
Drama estafet
Kesialan Hassan ternyata menular ke tim estafet 4 x 400 meter campuran Belanda. Pada final di arena yang sama pukul 21.47 waktu setempat atau 02.47 WIB, tim Belanda yang berformasi Liemarvin Bonevacia, Lieke Klaver, Isaya Klein Ikkink, dan Femke Bol menjadi salah satu kandidat kuat untuk meraih emas kali ini. Mereka bertekad mengulangi aksi sensasional meraih perak Kejuaraan Dunia 2022 dengan menaklukkan tim Amerika Serikat (AS) yang berstatus pemegang rekor dunia.
Terjadi balapan yang menarik antara tim Belanda dan AS yang berformasi Justin Robinson, Rosey Effiong, Matthew Boling, dan Alexis Holmes. Setelah berada di belakang AS di lap pertama, Belanda sukses mendahului AS untuk memimpin di lap kedua dan ketiga.
Memasuki lap keempat atau lap penentuan, Belanda seolah tidak terbendung untuk meraih emas. Apalagi pertarungan terakhir sangat timpang, Belanda menurunkan pelari terakhir Femke Bol yang notabene pemegang rekor dunia lari 400 meter putri dalam ruangan dan juara Eropa 2022. Adapun AS menurunkan pelari terakhir Alexis Holmes yang belum pernah menjuarai ajang mayor internasional.
Terang saja, sejak menerima tongkat estafet dari Isaya Klein Ikkink, Bol terus memimpin dengan dibuntuti oleh Holmes. Namun, sekitar 3 meter sebelum finis, Bol tersandung dan terempas ke lintasan. Lebih tragisnya, insiden itu membuat tim Belanda terdiskualifikasi karena tongkat estafet yang dipegang Bol terlempar jauh melewati garis finis.
Bol yang berstatus peraih perunggu lari gawang 400 meter Olimpiade 2020 tampak begitu menyesali kejadian tersebut. Atlet berusia 23 tahun itu berulang kali menutupi wajahnya dan menyeka air mata. ”Saya tidak tahu apa yang terjadi, saya terjepit menuju garis finis. Saya kecewa karena tubuh saya tidak mampu menyelesaikan perlombaan dengan kuat. Saya minta maaf kepada tim, saya seharusnya menyelesaikannya dan itu sangat mengesalkan,” terang Bol.
Saat Bol terjatuh, Holmes menjaga konsentrasinya untuk menembus finis dengan meyakinkan. Pelari berusia 23 tahun itu mengantarkan AS meraih emas dengan waktu 3 menit 8,80 detik yang sekaligus menjadi rekor dunia baru, mematahkan rekor dunia atas nama tim AS sendiri dengan 3 menit 9,34 detik dalam Kejuaraan Dunia di Doha, Qatar, 29 September 2019.
”Sungguh menakjubkan. Sangat sulit untuk melawan Femke Bol. Dia adalah atlet yang luar biasa, tetapi saya percaya saya bisa melakukannya karena saya merasa sangat kuat dan bertekad untuk menang dan saya merasa baik,” pungkas Holmes. (REUTERS)