Tim voli putri Indonesia masih belum mampu mengatasi perlawanan dua lawan kuat, Thailand dan Vietnam. Namun, banyaknya pemain muda dalam skuad menumbuhkan asa untuk membangun kekuatan pada masa depan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
CHIANG MAI, SABTU — Keikutsertaan tim voli putri Indonesia di Liga Voli Asia Tenggara atau SEA V League 2023 menunjukkan adanya lubang besar menganga di tubuh mereka. Tim putri masih belum mampu bersaing dengan Vietnam dan Thailand. Namun, tim ini setidaknya memberikan asa untuk kembali membangun kekuatan voli putri pada masa mendatang.
Tim bola voli putri Indonesia yang diwakili Bandung BJB Tandamata, juara Proliga 2023, dengan beberapa pemain tambahan, belum meraih hasil terbaik dalam dua seri SEA V League 2023. Pada laga kedua seri kedua di Chiang Mai Gymnasium Hall, Thailand, Sabtu (12/8/2023), Wilda Siti Nurfadhila dan kawan-kawan kalah kembali menelan kekalahan dari Thailand, 0-3 (23-25, 20-25, 16-25). Hasil ini didapat sehari setelah Indonesia kalah telak 0-3 dari Vietnam (19-25, 22-25, 10-25).
Tim asuhan Pelatih Eko Waluyo ini tak mampu memanfaakan kondisi Vietnam yang tak diperkuat beberapa pemain terbaiknya. Alhasil, Indonesia gagal membalaskan kekalahan pada seri pertama di Vinh Yen, Vietnam, 4-6 Agustus. Pada seri itu, tim putri memberikan perlawan hingga empat set. Mereka kemudian takluk dari Vietnam dengan skor akhir 1-3 (20-25, 17-25, 25-23, 18-25).
Tentu masih ada lubang besar, baik chemistry, rotasi di lapangan, maupun kemampuan, mengatasi dua lawan kuat. Namun, ini tim baru dengan tambahan beberapa pemain muda.
”Tentu masih ada lubang besar, baik chemistry, rotasi di lapangan, maupun kemampuan, mengatasi dua lawan kuat. Namun, ini tim baru dengan tambahan beberapa pemain muda. Dengan komposisi demikian, pada seri pertama kita masih bisa bersaing ketat dengan Thailand dan Vietnam, serta berada di atas Filipina,” ujar Wakil Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Loudry Maspaitella, Sabtu (12/8/2023).
Kombinasi pemain senior dan muda itu sebenarnya sudah dibentuk sejak SEA Games 2023 Kamboja. Skuad untuk SEA V League pun sebagian besar diisi pemain yang berlaga di ajang multicabang se-Asia Tenggara itu. Para pemain ini juga masih menjadi andalan mengarungi seri pertama, termasuk ketika Indonesia kalah 0-3 (24-26, 24-26, 20-25) dari Thailand. Mereka juga masih menjadi pilihan utama saat mengunci peringkat ketiga dengan mengalahkan Filipina 3-0 (25-20, 25-17, 25-21).
Dari 16 pemain yang dibawa ke SEA V League, empat di antaranya baru pertama kali dipanggil untuk memperkuat tim putri Indonesia. Mereka juga masih berusia muda dengan usia di bawah 25 tahun. Hal ini, kata Loudry, bagus untuk regenerasi pada masa mendatang.
Namun, pada seri pertama hingga lawan melawan Vietnam pada seri kedua, kesempatan debutan untuk bermain masih terbatas. Baru opposite Alya Annastasya dan spiker Tiara Ariance Ratna Sanger yang mendapatkan menit bermain di ajang tersebut.
”Memang menit bermain masih perlu ditambah, tetapi setidaknya mereka mendapat aura bermain di ajang internasional. Mereka bisa belajar dari negara dengan tim voli yang bagus sekaligus mengasah mental. Harapannya, dalam dua atau tiga tahun mendatang, mereka bisa menjadi kekuatan baru Indonesia untuk mendobrak prestasi,” tutur Loudry.
Perubahan skuad tersebut perlu dilakukan guna memecah kebuntuan tim putri selama ini yang selalu berada di bawah Thailand dan Vietnam. Loudry berkata, probabilitas 50-50, antara berhasil atau gagal. Peluang untuk berhasil itu yang perlu dicoba dan dirawat terus.
Hegemoni kedua tim atas Indonesia itu memang tak kunjung berakhir. Vietnam, misalnya, kerap menjegal langkah Indonesia menuju final pada tiga edisi SEA Games berturut-turut. Pada AVC Challenge Cup 2023, Juli Lalu, Vietnam juga menjadi ganjalan besar bagi Indonesia. Pada partai final, Vietnam mengalahkan Indonesia. Mereka sekaligus menjadi penghancur mimpi Indonesia menuju kompetisi lebih bergengsi, yakni FIVB Challenger Cup.
Dua laga tersisa
Adapun hasil laga melawan Vietnam pada seri kedua mengejutkan Pelatih Eko Waluyo. Menurut Eko, para pemainnya tampil di bawah performa mereka. Ia pun menilai, penyebab utamanya adalah para pemain tidak fokus dengan pertandingan. Upaya untuk bangkit pada set kedua pun akhirnya gagal membuahkan hasil.
Padahal, Wilda dan kawan-kawan mulai bermain agresif dan terarah pada set kedua. Tak cuma melakukan spike, mereka juga mencoba touch dan quick yang sukses mengecoh lawan. Mereka terus menjaga keunggulan hingga 21-20. Namun, pertahanan Indonesia tampak keropos setelahnya. Mereka kecolongan hingga empat poin beruntun, sebelum akhirnya Vietnam menutup set dengan kemenangan.
Tim putri tak mampu memanfaatkan kondisi Vietnam yang tidak menurunkan skuad terbaiknya. Mereka mengistirahatkan tujuh pemain intinya yang bermain pada seri pertama. Outside hitter Tran Thi Than Thuy dan opposite Hoang Thi Kieu Trinh termasuk pemain kunci yang tak masuk ke dalam skuad. Kedua pemain terbaik di posisinya itu masing-masing menyumbang 24 poin saat Vietnam mengalahkan Indonesia pada seri pertama.
”Dalam masa pertandingan seperti ini, tidak mungkin kita mempersiapkan fisik dan teknik lagi. Jadi, untuk dua laga tersisa, kami hanya bisa memompa semangat tanding dan kembali mengingatkan strategi bertahan dan menyerang,” ujar Pelatih Jakarta Pertamina Fastron ini.
Dalam laga terakhir seri kedua SEA V League, Minggu (13/8/2023), Indonesia akan melawan Filipina pada partai pamungkas untuk berusaha menghindari posisi juru kunci klasemen.
Turnamen yang diprakarsai Asosiasi Bola Voli Asia Tenggara (SEAVA) ini hanya diikuti empat negara dengan format kompetisi penuh. Sebelumnya, turnamen yang digelar pertama pada 2019 tersebut bernama ASEAN Grand Prix. Prestasi tertinggi Indonesia berhasil ditorehkan pada edisi pertama itu, yakni meraih peringkat kedua di bawah Thailand. Dalam dua kali pelaksanaan, Thailand selalu keluar sebagai juara.