Kemenangan tim nasional Indonesia atas tim nasional bola basket Uni Emirat Arab justru menyingkap kelemahan tim nasional Indonesia. Indonesia perlu melakukan pembenahan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH, KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kemenangan atas tim nasional bola basket Uni Emirat Arab, yang notabene berperingkat lebih rendah, menyingkap celah timnas Indonesia menjelang prakualifikasi Olimpiade Paris. Tertinggal hingga lebih dari separuh pertandingan sebelum akhirnya menang, Indonesia menunjukkan perlunya pematangan sistem permainan.
Indonesia, tim peringkat ke-85 dunia, mengalahkan Uni Emirat Arab (ranking ke-106 dunia), 66-62, dalam laga hari kedua Invitasi Bola Basket Internasional Indonesia (IIBI) di Stadion Indonesia Arena, Jakarta, pada Jumat (4/8/2023). Kemenangan itu diraih setelah kebangkitan mulai paruh kedua laga. Mereka lebih sering tertinggal sejak tepis mula dengan margin sempat mencapai sembilan poin pada kuarter kedua.
“Kami baru memulai membangun sistem, memulai lagi dari awal. Sebab, banyak perubahan, banyak wajah baru. Ada banyak yang perlu diperbaiki tentunya setelah dua hari ini. Selepas ini, kami ingin lebih baik lagi,” ujar Milos Pejic, pelatih timnas Indonesia.
Perubahan yang dimaksud Pejic dilihat dari komposisi skuad pada SEA Games 2023 Kamboja. Dari 12 pemain yang turun melawan UEA, hanya lima yang sebelumnya bertanding di pesta olahraga Asia Tenggara itu. Terdapat wajah-wajah baru, seperti Reza Guntara, Althof Dwira Satrio, dan Zane Adnan. Adapun Derrick Michael Xzavierro dan Marques Terrell Bolden kembali menghiasi timnas Indonesia.
Kehadiran wajah-wajah baru dan lama itu sejatinya menambah kualitas dan kedalaman skuad Indonesia. Hal ini menumbuhkan optimisme menjelang prakualifikasi Olimpiade Paris zona Asia yang akan digelar tak lama setelah IIBI, yakni mulai 12 Agustus.
Namun, performa mereka masih belum maksimal. Melawan UEA, yang peringkatnya jauh di bawah, skuad “Garuda” tertinggal sejak tepis mula hingga pengujung kuarter ketiga. Pertahanan mereka terlalu rapuh, mudah ditembus para pemain lawan.
Di sisi lain, Pejic juga tidak banyak mencoba komposisi pemain di lapangan. Tak seperti laga sebelumnya melawan Indonesia Patriots, para pemain debutan tak mendapatkan banyak kesempatan bermain. Zane Adnan, yang merupakan kontributor terbanyak tim Indonesia versus Indonesia Patriots (13 poin dan 4 asis), hanya dimainkan selama satu menit. Althof bahkan tidak dimainkan sama sekali.
Dengan kemenangan atas UEA, Indonesia saat ini memimpin klasemen IIBI dengan nilai empat poin dari dua laga. UEA berada di posisi kedua dengan nilai tiga, disusul Suriah dengan nilai yang sama. Indonesia Patriots menempati posisi terakhir dengan nilai dua.
Pejic lebih sering mengandalkan lima pemain mulanya, termasuk guard Yudha Saputera yang menyumbang poin terbanyak (16), bersama center naturalisasi, Marques Terrell Bolden. Kedua pemain itu memang sukses mendorong Indonesia membalikkan keadaan. UEA tak mampu menemukan jawaban untuk mereka dua. Bolden mendominasi dari area dalam, sementara Yudha lewat tembakan perimeter.
“Kami memulai pertandingan dengan terlalu lunak. Saya lantas menerapkan perubahan mulai babak kedua untuk memperluas pertahanan dengan menjaga para guard dan penembak UEA,” ujar Pejic.
Sementara UEA bertumpu pada center andalan, Qais Omar Alshabebi yang mencetak 17 poin dan 15 rebound. Namun, Alhasbebi tampak tidak berkutik di kuarter keempat karena dijaga oleh Bolden. Upayanya dari tembakan tiga angka dan area dalam selalu tidak menemui sasaran.
UEA kalah karena kehilangan momentum di kuarter terakhir. Mereka hanya mencetak 4 poin hingga kuarter berlangsung 8 menit. Keunggulan tim tamu di kuarter ketiga, 52-50, pun hilang seketika. Yudha dan Bolden mengambil alih permainan dengan kombinasi di area dalam maupun luar.
“Kami mengungguli rebound Indonesia. Kami juga sempat menghentikan serangan mereka selama 5 kali beruntun. Tetapi, kami tidak mampu mencetak angka. Itulah yang membuat kami kalah hari ini. Pujian buat para pemain Indonesia yang berhasil melimitasi guard kami," kata Pelatih UEA Mounir Ben Slimane.
Dukungan penonton
Adapun Yudha mengapresiasi dukungan para penonton yang turut berkontribusi pada kemenangan Indonesia. Sekitar 2.600 penonton, yang memenuhi tribune tier 1 dan 2 bagian selatan Indonesia Arena, tak henti mengeluarkan tepuk tangan dan sorakan atas aksi-aksi menawan pemain Indonesia.
Dengan kemenangan atas UEA, Indonesia saat ini memimpin klasemen IIBI dengan nilai empat poin dari dua laga. UEA berada di posisi kedua dengan nilai tiga, disusul Suriah dengan nilai yang sama. Indonesia Patriots menempati posisi terakhir dengan nilai dua.
Pada laga selanjutnya, Sabtu (5/8/2023), Indonesia ditantang Suriah. Pertandingan itu menjadi kesempatan Indonesia melihat kekuatan calon lawan di prakualifikasi Olimpiade Paris 2024. Selain dengan Suriah, Indonesia juga akan bersaing dengan Bahrain, Taiwan, India, Kazakhstan, Korea Selatan, dan Arab Saudi, untuk memperebutkan satu tiket menuju turnamen kualifikasi ajang multicabang empat tahunan tersebut.