Uni Emirat Arab membawa semangat tambahan setelah mengalahkan Suriah pada ajang IIBI di Jakarta. UEA bakal menguji potensi sesungguhnya dari timnas Indonesia pada laga Jumat (4/8/2023) ini di Stadion Indonesia Arena.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tim nasional senior bola basket Indonesia dihadapkan pada ujian sesungguhnya saat bertemu Uni Emirat Arab di Stadion Indonesia Arena, pada laga Invitasi Bola Basket Internasional Indonesia atau IIBI, Jumat (4/8/2023). Peringkat UEA memang jauh di bawah Indonesia. Akan tetapi, mereka patut diwaspadai setelah menaklukkan tim unggulan teratas, Suriah.
UEA, tim peringkat ke-106 dunia, menciptakan kejutan di hari pertama IIBI, Rabu (2/8). Mereka menumbangkan Suriah, tim 12 besar di Piala Asia terakhir (peringkat ke-72 dunia), dengan skor tipis, 63-61. Skuad UEA tampil spartan menghadapi tim lawan, Suriah, yang kurang siap akibat keterlambatan penerbangan.
UEA asuhan pelatih Mounir Ben Slimane menang meskipun tidak diperkuat Mamadou Ndiaye. Pemain naturalisasi itu absen karena masih dalam pemulihan cedera. Adapun Suriah tampil diperkuat guard keturunan Amerika Serikat, Brandon Peterson (17 poin dan 9 rebound), pada laga itu.
Kapten UEA, Jasim Mohamed Almaazmi (34), mengatakan, mereka datang ke IIBI dengan motivasi tertinggi. Para pemain tidak ingin membuang percuma kesempatan unjuk gigi di Indonesia Arena, stadion baru yang diproyeksikan menjadi arena Piala Dunia FIBA 2023 di Jakarta.
”Tidak setiap- hari saya bisa pulang ke keluarga saya dan berkata telah bermain di lapangan yang akan menjadi tempat Piala Dunia (FIBA),” ucap Almaazmi.
Center veteran UEA, Qais Omar Alshabebi (31), menjadi ancaman terbesar bagi Indonesia. Pemain setinggi 2 meter itu piawai beraksi di area dalam maupun luar. Dia menghasilkan 17 poin dan 9 rebound pada laga versus Suriah. Saat itu, dia bahkan mampu memasukkan dua dari lima kali tembakan tiga angka.
Pertarungan individu di laga nanti pun sangat menarik. Dilihat dari postur dan gaya bermainnya, Alshabebi akan berduel dengan center naturalisasi Indonesia, Marques Bolden, atau forward Derrick Michael Xzavierro. Sebelumnya, pertahanan timnas Indonesia terlihat rapuh, meskipun hanya bertemu Indonesia Patriots pada laga pembuka.
Saya bertemu Zane sejak November, saat timnas (Indonesia) melakukan pemusatan latihan di Las Vegas. Saya telah melihat seperti apa mentalitas dan cara dia bermain, bagaimana dia memimpin tim. Jarang kita punya guard dengan postur setinggi itu.
UEA juga punya guard Hamid Abdullateef Albreiki (22), pemain muda berbakat yang menyumbang 13 poin di laga sebelumnya. ”Kami sangat senang karena tim ini berisi gabungan pemain veteran dan sangat muda yang terus bertumbuh. Kami akan memanfaatkan kesempatan berkembang di kompetisi ini sebaik mungkin,” ucap Almaazmi.
Indonesia, tim di peringkat ke-85 dunia, belum menemukan ujian sepadan di IIBI sejauh ini. Mereka menang, 82-56, atas Patriots yang berisikan pemain-pemain lapis kedua timnas Indonesia. Pelatih Indonesia Milos Pejic masih membagi rata waktu bermain 12 pemainnya. Ia juga memberikan kesempatan debut untuk Zane Adnan, Reza Guntara, dan Althof Satrio.
Sorotan ke Zane
Zane, remaja keturunan AS, akan kembali menjadi sorotan di laga nanti. Guard 18 tahun itu merupakan kontributor terbanyak tim Indonesia versus Patriots (13 poin dan 4 asis). Potensi besar Zane tampak jelas di paruh kedua. Gerakan menembaknya sangat mengalir dengan akurasi tiga angka hingga 50 persen (3-6).
Pemain asal liga kampus AS Divisi I NCAA dari Universitas Albany itu juga piawai mengatur serangan. Dia sangat tenang saat menghadapi tumpukan pemain di pertahanan lawan. Ia tidak terburu-buru melakukan penetrasi atau menembak. Kapabilitas Zane akan diuji pertahanan UEA yang diisi barisan pemain yang lebih besar dan atletis ketimbang Patriots.
”Saya bertemu Zane sejak November, saat timnas (Indonesia) melakukan pemusatan latihan di Las Vegas. Saya telah melihat seperti apa mentalitas dan cara dia bermain, bagaimana dia memimpin tim. Jarang kita punya guard dengan postur setinggi itu. Pastinya, dia menjadi tenaga tambahan yang sangat berarti,” kata Wahyu Widayat Jati, asisten pelatih timnas Indonesia.
Zane, yang baru akan berusia 19 tahun pada 24 Agustus mendatang, berpostur setinggi 1,9 meter. Di Indonesia, pemain setinggi itu biasanya berperan sebagai forward. Adapun kebanyakan guard timnas Indonesia rerata tak lebih dari 1,8 meter. Dengan postur dan kualitas itu, Zane bisa membuat Indonesia lebih bersaing di level internasional.
Pelatih UEA Mounir Ben Slimane menilai, kualitas Indonesia saat ini sudah berkembang jauh dibandingkan beberapa tahun lalu. Indonesia diperkuat pemain naturalisasi dan keturunan berkualitas. ”Tim ini bisa membahayakan dari dalam dan luar. Terlebih lagi chemistry mereka sangat baik,” katanya.
Pada laga lainnya, Patriots akan ditantang Suriah. Pertandingan itu menjadi kesempatan terbaik bagi Patriots untuk belajar dari tim level Asia. Sebaliknya, Suriah mengincar penebusan seusai dikalahkan UEA. Pelatih Suriah Javier Crespo berjanji tim asuhannya akan tampil lebih baik.
”Kami menjadikan kompetisi ini sebagai ajang untuk mempersiapkan diri ke prakualifikasi Olimpiade (Paris 2024). Kami tidak tampil maksimal di laga pertama karena kelelahan. Banyak pemain yang baru tiba (di Indonesia) kurang dari 24 jam sebelum laga. Terlihat dari tembakan kami yang tidak akurat,” ungkap Crespo.