Yudha sudah siap menjadi tulang punggung timnas dalam agenda terdekat di tengah Prastawa yang masih cedera. Dia ingin menebus rasa penasarannya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah meraih gelar juara Liga Bola Basket Indonesia 2023, karier guard Prawira Harum Bandung, Yudha Saputera, terasa sudah komplet. Alih-alih puas, ambisi pemain berusia 24 tahun itu justru berlipat. Dia menyadari, masih banyak yang belum dan ingin ditunjukkan di tim nasional Indonesia.
Dengan gelar juara IBL, Yudha saat ini menjadi salah satu dari sedikit pemain yang sudah berprestasi di klub dan tim nasional. Sebelumnya, dia turut mengantar timnas bola basket putra Indonesia meraih medali emas pertama di SEA Games Vietnam 2021, pada Mei 2022. Kedua prestasi cemerlang itu diraih hanya dalam selisih waktu 14 bulan.
Namun, Yudha belum puas. Dia sangat antusias menyambut panggilan timnas untuk tampil di Invitasi Bola Basket Internasional Indonesia (IIBI), pada 2-5 Agustus 2023 di Indonesia Arena, Jakarta. Dia hanya mengambil libur beberapa hari selepas final IBL, 22Juli, lalu bergabung dengan pemusatan latihan timnas.
Yudha mengatakan, tanggung jawab di klub dan timnas berbeda. Di Prawira, dia berperan sebagai jenderal permainan, sedangkan posisinya baru menjadi pelapis di timnas. Posisi utama point guard timnas masih dipegang oleh pemain veteran Andakara Prastawa (30). Karena itu, dia merasa masih belum maksimal di timnas.
”Rasanya enggak tahu, lebih senang juara ini (IBL) daripada SEA Games saat itu. Aku merasa perjuangan untuk juara ini berat. Kayaknya karena tanggung jawab (di klub) lebih besar. Makanya ketika berhasil, seperti ada perasaan berhasil yang lebih juga,” kata pebasket setinggi 1,76 meter tersebut.
Menurut Yudha, penampilannya di SEA Games Kamboja 2023 pada Mei lalu juga kurang maksimal. Hasilnya, timnas gagal mempertahankan emas sekaligus tidak meraih medali apa pun di Kamboja. ”Masih belum bisa memberikan yang terbaik di timnas. Tidak tahu kenapa. Itu (perkembangan) yang ingin diincar saat ini,” tambahnya.
IIBI, yang menjadi ajang uji coba Piala Dunia FIBA 2023, menjadi panggung paling tepat bagi Yudha untuk mengambil tanggung jawab lebih. Mengingat Prastawa masih dalam pemulihan cedera setelah tampil di final IBL bersama Pelita Jaya Bakrie Jakarta. Meskipun dipanggil, Prastawa belum pasti akan tampil.
”Kebetulan aku sedang cedera. Jadi mungkin saat bertanding nanti tetap ada, hanya tergantung pelatih siapa yang akan dimainkan. Tetapi untuk teman lain, seperti Yudha, mereka pasti tidak perlu waktu lama untuk membalikkan kondisi selepas final IBL. Mereka sudah sangat siap menghadapi test event,” jelas Prastawa.
Di sisi lain, Yudha juga tampak sudah siap memulai generasi baru sebagai point guard utama di timnas. Dia menunjukkan itu pada seri final IBL dengan lebih bersinar dibandingkan dengan Prastawa. Adapun seri tersebut merupakan debut Yudha di final, sedangkan bagi Prastawa ini adalah finalnya yang kelima.
Masih belum bisa memberikan yang terbaik di timnas. Tidak tahu kenapa. Itu yang ingin diincar saat ini.
Pada gim 2 final, Yudha mencetak 20 poin, 5 rebound, dan 5 asis untuk mengantar Prawira menang 63-58 sekaligus juara dengan keunggulan 2-0 atas Pelita Jaya. Dia juga menjadi satu-satunya pemain yang bermain penuh, 40 menit. Yudha mengambil peran pemain asing Brandone Francis yang dikenai larangan tampil.
Perkembangan Yudha terbilang sangat pesat di IBL. Dia baru bermain di liga tertinggi sejak 2022, bersama Prawira. Di tahun yang sama, dia langsung meraih gelar ”Rookie of The Year”. Hanya semusim berselang, dia langsung bisa mengantar Prawira juara dan berhasil menempati peringkat kedua dalam nominasi ”Most Valuable Player 2023”.
Timnas yang dipimpin Pelatih Milos Pejic akan menghadapi jadwal padat dalam dua bulan ke depan. Setelah IIBI, mereka dinanti prakualifikasi Olimpiade Paris 2024 pada pertengahan Agustus. Bulan berikutnya, timnas akan tampil di Asian Games Hangzhou 2023. ”Target utama gua di Asian Games,” kata Yudha yang menjadi debutan di ajang empat tahunan itu.
Namun, Yudha masih terus beradaptasi dengan sistem permainan ala Pejic yang bergaya Eropa. Sistem itu sangat fokus terhadap pola-pola serangan yang saklek. Berbeda dengan gaya permainan pelatih Prawira David ”Dave” Singleton yang lebih mengalir.
”Jujur, lebih senang dengan gaya main yang dibawa coach Dave karena lebih mengalir. Tidak perlu pola tertentu, kami sudah bisa main. Jadi pemain lain sudah tahu harus apa jika ada di posisi tertentu. Kami diberi kesempatan untuk lebih meng-explore sendiri,” kata Yudha yang sudah bergabung timnas sejak program Indonesia Patriots Jilid 1.
Yudha akan bersaing memperebutkan spot point guard inti dengan Widyanta Putra Teja. Adapun dalam setahun terakhir, Yudha berhasil merebut posisi pelapis utama dari tangan Widy karena lebih agresif di serangan dan lebih piawai dalam tembakan tiga angka.