Skuad timnas terbaru sangat menjanjikan. Namun, semua potensi itu tercoreng karena duta terbaik timnas, Abraham Damar Grahita, kembali ditepikan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Skuad tim nasional bola basket Indonesia tampak begitu mewah untuk Indonesia Basketball International Invitational, pada 2 – 5 Agustus 2023 di Indonesia Arena. Dari kualitas dan kedalaman, materi skuad kali ini bisa dikatakan yang paling gemerlap sepanjang sejarah.
Dua pemain naturalisasi, Marques Bolden dan Anthony Beane, dipanggil bersamaan. Bintang muda Derrick Michael kembali setelah operasi paru-paru. Banyak juga pemain keturunan campuran, seperti dua wajah baru dari Amerika Serikat, Zane Adnan dan Xavier Ford, yang bermain di liga kampus NCAA Divisi I.
Menurut pemain veteran timnas, Arki Wisnu, potensi skuad sangat besar. “Dengan background (main di NCAA) saja seharusnya pasti IQ basket mereka tinggi. Skill juga pasti ada. Pasti ekspektasi kami tinggi. Saya berharap mereka bisa bantu kami di latihan. Pasti tim Indonesia lebih bagus,” ujar eks pemain NCAA Divisi III itu.
Di antara gemerlap wajah terbaru timnas, ada secuil noda. Pemain andalan timnas Abraham Damar Grahita tidak dipanggil lagi, seperti di SEA Games Kamboja 2023. Padahal, peraih 2 kali MVP IBL asal Prawira Harum Bandung itu masih menjadi pemain lokal terbaik di timnas saat ini.
Manajer timnas Jeremy Imanuel mengatakan, ingin Abraham menyelesaikan urusan hukumnya lebih dulu dengan Prawira. “Timnas selalu terbuka, tetapi kami berharap masalahnya bisa diselesaikan dulu. Karena itu kan sudah ranah hukum antara Abraham dan klub,” ujarnya.
Bram, sapaannya, dituntut Prawira dengan dugaan wanprestasi, buntut dari kepindahan ke klub Jepang Veltex Shizuoka pada awal tahun. Dia diduga melanggar kontrak karena masih terikat dengan klub hingga 2026. Padahal, di dalam kontrak terdapat klausul yang mengizinkannya pindah ke klub dan kompetisi lebih besar di luar negeri.
Syaratnya, Bram harus kembali membela Prawira setelah itu. Dia sudah melakukannya dengan kembali ke Bandung seusai membela Veltex, Mei lalu. Menurut Asosiasi Pemain Basket Profesional Indonesia, izin bermain lagi di Prawira dari FIBA bahkan telah terbit pada 23 Juni. Namun, Prawira tetap tidak memainkannya hingga final.
Muncul banyak pertanyaan. Misalnya, mengapa Bram tidak dipanggil timnas saja? Tidak ada aturan Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) yang melarang pemanggilan pemain yang sedang digugat klub.
Timnas selalu terbuka, tetapi kami berharap masalahnya bisa diselesaikan dulu.
Klub juga tidak bisa menolak pemanggilan. Peraturan FIBA mewajibkan klub untuk mengirim pemain yang dipanggil timnas dalam kalender FIBA. Jika klub melarang, PP Perbasi bisa mengajukan sanksi terhadap klub ke FIBA. Artinya, Bram bisa saja membela timnas saat ini.
Selain memperkuat timnas yang akan menuju pra-kualifikasi Olimpiade Paris 2024, medio Agustus, pemanggilan Bram juga bisa menjadi bentuk dukungan moril. PP Perbasi dan Badan Tim Nasional (BTN) bisa menunjukkan, mereka berada di belakang Bram. Bukan ikut mengalienasi duta terbaiknya.
Apalagi, Bram sangat terbuka bergabung dengan timnas. Dia menjamin kesediaan itu sejak sebelum SEA Games Kamboja. Adapun alasannya memilih Veltex adalah untuk pengembangan diri, agar bisa lebih membantu timnas. Selain juga membuka jalan untuk para pemain Indonesia lain.
Bram, pemain asli Indonesia pertama yang bermain di liga luar negeri, saat ini seperti bertarung seorang diri. Belum terlihat peran aktif induk cabang untuk membantu penyelesaian masalah. Padahal, ketika ke Jepang, Bram dengan bangga membawa panji “Merah Putih”, timnas, dan PP Perbasi.
Jikalau seperti itu balasan atas jasanya, termasuk setelah menyumbang emas SEA Games pertama untuk Indonesia, sungguh malang nasib Bram. Asa membela timnas dalam waktu dekat, terutama Asian Games Hangzhou 2023, pun semakin menipis akibat minim bantuan dan masalah tersebut.
Bram berkata, mulai lelah dengan bola basket. Dia sudah apatis dengan kariernya, bahkan sempat berpikir pensiun. Namun, di tengah kondisi itu dan masa vakum, dia justru melatih anak-anak kecil Kota Bandung yang ingin belajar darinya, tanpa bayaran.