Setelah lima musim, tim panjat tebing Indonesia kembali mengawinkan emas nomor speed Piala Dunia di seri Chamonix, Perancis. Capaian itu kian menguatkan asa panjat tebing untuk meraih emas Olimpiade 2024.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
DOKUMENTASI PP FPTI
Pemanjat Indonesia Rahmad Adi Mulyono (tengah) dan Raharjati Nursamsa (kanan) saat naik podium nomor speed putra Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2023 seri Chamonix, Perancis, Minggu (9/7/2023). Rahmad meraih emas usai melakukan pertarungan sengit dengan pemanjat Kazakhstan Rishat Khaibullin. Sementera itu, Raharjati meraih perunggu.
CHAMONIX, MINGGU - Setelah musim 2018, tim panjat tebing Indonesia akhirnya kembali mengawinkan emas nomor speed Piala Dunia, yaitu melalui Rahmad Adi Mulyono di putra dan Rajiah Sallsabillah di putri pada seri Chamonix, Perancis, Minggu (9/7/2023). Capaian itu membuat asa Indonesia untuk meraih emas panjat tebing Olimpiade Paris 2024 semakin tinggi.
”Para atlet bekerja sangat keras untuk bisa berada di posisi mereka saat ini. Prestasi itu kian menguatkan harapan kita untuk menyumbangkan medali di Olimpiade tahun depan,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) Yenny Wahid dalam siaran pers, Minggu.
Terakhir kali Indonesia bisa mengawinkan emas nomor speed Piala Dunia terjadi pada seri Wujiang, China, 20-21 Oktober 2018. Saat itu, Aspar Jaelolo di putra dan Aries Susanti Rahayu di putri berhasil mengibarkan bendera Merah-Putih ke tiang tertinggi.
Lima tahun berselang, Rahmad dan Rajiah akhirnya bisa mengulangi jejak tersebut. Itu sekaligus menjadi emas Piala Dunia perdana untuk Rahmad maupun Rajiah. Menurut data Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC), sejak pertama kali ikut Piala Dunia pada musim 2022, prestasi terbaik Rahmad adalah perunggu seri Seoul, Korea Selatan tahun lalu.
DOKUMENTASI PP FPTI
Aksi pemanjat Indonesia Rahmad Adi Mulyono (kanan) saat memenangkan final nomor speed putra Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2023 seri Chamonix, Perancis, Minggu (9/7/2023). Rahmad meraih emas usai melakukan pertarungan sengit dengan pemanjat Kazakhstan Rishat Khaibullin.
Rahmad pun terlecut untuk meraih prestasi lebih baik di ajang-ajang lainnya, antara lain agenda terdekat Kejuaraan Dunia 2023 di Bern, Swiss, 1-12 Agustus yang menjadi kualifikasi pertama Olimpiade. ”Saya sangat senang dan bersemangat karena bisa meraih emas pertama di Piala Dunia. Sekarang, saya menantikan Kejuaraan Dunia,” ujar pemanjat berusia 22 tahun tersebut.
Sejak pertama kali ikut Piala Dunia pada 2017, prestasi terbaik Rajiah adalah urutan keempat seri Chamonix tahun lalu dan seri Salt Lake City, Amerika Serikat tahun ini. ”Ini emas pertama sekaligus podium pertama saya di Piala Dunia. Saya harap bisa melanjutkan prestasi ini dengan meraih medali di Kejuaraan Dunia nanti,” kata Rajiah yang berusia 24 tahun.
Sekretaris Umum PP FPTI Florenciano Hendricus Mutter saat dihubungi dari Jakarta, Minggu, mengatakan, selama ini, perkembangan tim putra dan putri tidak seimbang. Regenerasi prestasi tim putra terus berkelanjutan dengan stok atlet yang berlimpah dari senior hingga yunior.
Selain berulang kali meraih emas Piala Dunia tiga musim terakhir, pemanjat putra Indonesia berkali-kali memecahkan rekor dunia, yakni melalui Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin. Saat ini, Veddriq memegang rekor dunia dengan waktu 4,90 detik yang dicetak dalam Piala Dunia 2023 di Seoul, 28 April lalu. Oleh karena itu, tim putra sangat diandalkan untuk merebut emas Olimpiade.
Prestasi itu kian menguatkan harapan kita untuk menyumbangkan medali di Olimpiade tahun depan.
DOKUMENTASI PP FPTI
Pemanjat putri Indonesia Rajiah Sallsabillah (tengah) dan Nurul Iqamah (kanan) saat naik podium nomor speed putri Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2023 seri Chamonix, Perancis, Minggu (9/7/2023). Rajiah meraih emas usai menaklukkan pemanjat Perancis Victoire Andrier. Sementera itu, Nurul meraih perunggu.
Adapun regenerasi prestasi tim putri lebih lambat, terutama usai era Aries yang menjadi pemanjat putri Indonesia terakhir yang meraih emas Piala Dunia pada seri Xiamen, China, 18-20 Oktober 2019. Bahkan, di Xiamen, 19 Oktober 2019, Aries sempat memecahkan rekor dunia putri dengan 6,99 detik.
Namun, emas yang baru diraih Rajiah menjadi secercah harapan kebangkitan tim putri. ”Dari rata-rata prestasi yang didapat di Piala Dunia sebelum seri Chamonix, tim putri diharapkan bisa masuk tiga besar Olimpiade. Namun, dengan emas di Chamonix, itu menunjukkan tim putri ada potensi juga untuk meraih emas Olimpiade,” kata Florenciano.
Jalannya laga
Pada final speed putra di Chamonix kali ini, Rahmad meraih emas usai melakukan pertarungan sengit dengan pemanjat Kazakhstan Rishat Khaibullin. Keduanya nyaris seimbang dari start hingga menuju tombol finis. Akan tetapi, Rahmad mampu menekan tombol finis lebih cepat. Pemanjat asal Surabaya, Jawa Timur itu mencatat waktu 5,01 detik, berselisih hanya 0,04 detik atas Khaibullin.
Sebaliknya, pada final putri, Rajiah meraih emas usai menaklukkan pemanjat Perancis Victoire Andrier. Rajiah yang kalah start bisa memanfaatkan kesalahan Andrier yang tersangkut saat menuju poin ketujuh. Rajiah yang berasal dari Tangerang, Banten mencatat waktu 6,97 detik, sedangkan Victoire membukukan waktu 9,59 detik.
Atlet Cina Wang Xinshang, atlet Indonesia Nursamsa Rahatjati, dan atlet Indonesia Kiromal Katibin (dari kiri ke kanan) berfoto bersama di podium juara seusai laga final nomor speed seri ketiga Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2023 di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/5/2023).
Indonesia turut meraih dua perunggu di Chamonix yang menjadi seri kelima nomor speed Piala Dunia 2023 atau seri kesembilan untuk keseluruhan acara musim ini. Dua perunggu itu disumbangkan oleh Raharjati Nursamsa di putra dan Nurul Iqamah di putri.
Itu menjadi prestasi terbaik kontingen Indonesia dalam Piala Dunia 2023. Setelah Veddriq meraih emas di putra dan Desak Made Rita Kusuma Dewi merebut perunggu di putri pada seri Seoul, 28-30 April, prestasi terbaik tim Indonesia adalah meraih emas melalui Raharjati dan perunggu lewat Kiromal Katibin di putra, serta perak melalui Desak di putri pada seri Jakarta, 6-7 Mei.
Capaian serupa di Jakarta dikemas kontingen Indonesia pada seri Salt Lake City, 19-21 Mei, yakni saat Veddriq meraih emas dan Kiromal merebut perunggu, serta Desak meraih perak. Sebaliknya, performa terburuk tim ”Merah-Putih” terjadi pada seri Villars, Swiss, 30 Juni-2 Juli.
Di Villars, para pemanjat Indonesia gagal membawa pulang medali dari putra maupun putri. ”Dalam panjat tebing, sekali saja membuat kesalahan atau terpeleset, semuanya selesai. Untuk itu, para atlet harus bisa menjaga konsistensi dan mengontrol emosi,” terang Florenciano.
Pemanjat tebing putri Indonesia Desak Made Rita Kusuma Dewi (kiri) meraih perak nomor speed seri keempat Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2023 di Salt Lake City, Amerika Serikat, Minggu (21/5/2023).
Perlombaan speed Piala Dunia 2023 tinggal menyisakan satu seri lagi, yaitu di Wujiang, 22-24 September. Seri Wujiang berdekatan dengan penyelenggaraan Asian Games Hangzhou, China 2022, 23 September-8 Oktober yang mempertandingkan cabang panjat tebing.
Menurut pelatih pelatnas panjat tebing Hendra Basir saat dihubungi via WhatsApp , Minggu, tim fokus mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya untuk lolos ke Olimpiade. Kendati demikian, mereka kemungkinan besar tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tampil di Asian Games. ”Antara seri Wujiang dan Asian Games, mungkin kita fokus ke Asian Games,” tuturnya.