Sebagian besar atlet Indonesia gagal meraih banyak poin rangking, apalagi hanya ada satu wakil di final, pada Indonesia Terbuka 2023. Agar lolos ke Olimpiade 2024, mereka harus menabung banyak poin pada ajang ke depan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pebulu tangkis Indonesia kalah bersaing pada fase awal perebutan poin ranking dalam kualifikasi Olimpiade Paris 2024, termasuk pada turnamen di rumah sendiri. Meski masa persaingan masih panjang, wakil ”Merah Putih” harus membayar hasil di bawah target dengan menabung poin yang lebih besar dari turnamen berikutnya.
Turnamen Indonesia Terbuka Grup Kopi Kapal Api 2023 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, 13-18 Juni, menjadi kans besar bagi skuad tuan rumah mendulang banyak poin. Apalagi, ajang ini menjadi turnamen berlevel tinggi, yaitu BWF World Tour Super 1000, yang berlangsung pada kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Fase kualifikasi ini berlangsung 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024.
Juara turnamen Super 1000 meraih 12.000 poin, diikuti 10.200 poin untuk peringkat kedua dan 8.400 poin untuk semifinalis. Poin terkecil adalah 3.000 untuk mereka yang kalah pada babak pertama. Poin semifinalis bahkan lebih besar dibandingkan juara turnamen Super 300 (7.000 poin). Adapun poin untuk perempat finalis, yaitu 6.600, lebih besar dari juara Super 100 (5.500 poin).
Namun, seperti pada penyelenggaraan 2022, tidak ada pemain Indonesia yang menjadi juara. Satu-satunya wakil Indonesia pada laga final, Minggu (18/6/2023), Anthony Sinisuka Ginting, kalah dari Viktor Axelsen dengan skor 14-21, 13-21.
Meskipun menjadi tunggal putra pertama Indonesia yang tampil di final Indonesia Terbuka dalam 11 tahun terakhir, Anthony tak bisa menyamai hasil yang diraih Simon Santoso. Simon menjuarai Indonesia Terbuka 2012 seusai membekap Du Peng Yu di final. Adapun bagi Axelsen, kemenangan itu menjadi gelar ketiga beruntun di Indonesia Terbuka.
Selain Anthony, yang mencapai final, Indonesia hanya memiliki satu wakil lainnya pada semifinal, yaitu Pramudya Kusumawardana/Yeremia E Y Yacob Rambitan. Mereka memperlihatkan performa level tinggi sepanjang turnamen, tetapi lantas kalah dari Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) dalam perebutan tiket final.
Pasangan pelapis pelatnas utama ganda putra itu meraih hasil lebih baik dibandingkan rekan-rekannya, termasuk ganda nomor satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Di perempat final, Fajar/Rian disingkirkan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, ganda India yang akhirnya juara.
Pemain sektor lain, yaitu ganda putri dan campuran, maksimal menembus perempat final. Adapun tunggal putri hanya bisa menempatkan wakilnya hingga babak kedua, yaitu dari Putri Kusuma Wardani. Gregoria Mariska Tunjung, atlet yang performanya meningkat, justru kalah pada babak awal.
Menyusul kekalahan Anthony dari Axelsen, Indonesia hanya mendapat satu dari total 20 gelar juara yang diperebutkan dalam empat turnamen BWF World Tour di Asia Tenggara dalam kurun sebulan terakhir. Satu-satunya gelar itu diraih Anthony di ajang Singapura Terbuka 2023 yang berlevel Super 750, pekan lalu.
Para pemain Indonesia tidak bisa memanfaatkan peluang dengan baik dalam Tur Asia Tenggara, salah satunya pada Thailand Terbuka yang tidak begitu banyak diikuti pemain top dunia. Dalam ajang itu, hanya Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri yang lolos ke final, sebelum dikalahkan pasangan muda China, Liang Wei Keng/Wang Chang.
Hampir semua pebulu tangkis yang pernah melawan Axelsen mengalami hal sama. Kami terus mencari celahnya di mana, tetapi fokusnya tidak melulu Axelsen. Lawan yang lain juga harus diwaspadai. (Anthony Ginting)
Prestasi Indonesia jauh dari negara kuat lainnya, salah satunya Korea Selatan yang mengumpulkan tujuh gelar. China mendulang empat gelar, dua di antaranya di Indonesia Terbuka. Adapun Jepang meraih dua gelar. Tak pelak, Fajar dan kawan-kawan punya tugas besar untuk meraih gelar juara pada turnamen-turnamen mendatang demi menabung poin ranking yang lebih banyak.
Bagi sebagian atlet, perburuan poin akan berlanjut pekan ini di Taiwan Terbuka. Sebagian besar lainnya akan berlatih dahulu dan bertanding di Korea Terbuka Super 500, 18-23 Juli; dilanjutkan Jepang Terbuka Super 750, sepekan kemudian.
Adapun ganda putra Hendra Setiawan/M Ahsan akan berburu poin pada turnamen Kanada Terbuka Super 500, 4-9 Juli. ”Pada kualifikasi Olimpiade, pemain bisa bertanding di mana pun, termasuk dalam kejuaraan yang tidak biasa diikuti,” kata Hendra.
Anthony terus belajar
Kekalahan dalam final Indonesia Terbuka menjadi kekalahan beruntun Anthony dalam 10 pertemuan terakhir dengan Axelsen. Total, Anthony 12 kali kalah dari 16 pertemuan melawan tunggal putra nomor satu dunia itu.
Dalam final selama 47 menit, kemarin, Anthony berusaha membuat Axelsen menjangkau setiap pukulan dengan jarak yang jauh. Namun, pendapat bahwa pebulu tangkis bertubuh tinggi adalah kerugian tidaklah berlaku bagi atlet Denmark berpostur 194 cm itu.
Sejak 2021, dia bisa bergerak dengan luwes, memanfaatkan postur tubuhnya untuk memukul kok yang jauh dari jangkauannya. Teknik itu ia perlihatkan pula saat melawan Anthony. Di lain pihak, Anthony tidak konsisten. Beberapa kali dia membuat kesalahan setelah menahan reli panjang.
”Yang mengalami kendala bukan saya saja. Hampir semua pebulu tangkis yang pernah melawan Axelsen mengalami hal sama. Kami terus mencari celahnya di mana, tetapi fokusnya tidak melulu Axelsen. Lawan yang lain juga harus diwaspadai,” tutur Anthony.
Axelsen menguasai persaingan tunggal putra top dunia sejak 2021 dengan meraih tujuh gelar juara dari 10 final. Dominasi itu berlanjut pada 2022. Ia meraih delapan gelar, termasuk juara dunia. Pada 2023, ia baru menjuarai Malaysia Terbuka, lalu kalah pada babak kedua di All England. Cedera hamstring lantas membuatnya batal mengikuti Malaysia Masters dan Singapura Terbuka pada tahun ini.
Sulit diprediksi
Meskipun performa dan prestasinya di atas pemain lain, Axelsen menuturkan, persaingan tunggal putra sulit diprediksi. ”Saya beruntung dan bangga masih mempertahankan performa dalam turnamen besar beberapa tahun terakhir,” katanya.
”Persaingan semakin ketat, ada banyak pemain muda yang bermunculan. Pemain 10 besar, 12 besar, ada banyak pemain bertalenta, tapi saya tak mau menyebut salah satunya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Saya hanya ingin menikmati kesuksesan ini,” ujar pemain berusia 29 tahun itu kemudian.
Selain Axelsen, ganda campuran China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, juga mempertahankan gelar juara setelah mengalahkan Yuta Watanabe/Arisa Higashino, 21-14, 21-11, pada final. Gelar juara itu bahkan menjadi gelar ketiga ganda campuran nomor satu dunia itu dalam turnamen Super 1000 pada tahun ini.
Sebelumnya, mereka menjuarai Malaysia Terbuka dan All England. Sementara kategori putri dijuarai Chen Yu Fei pada nomor tunggal dan Baek Ha-na/Lee So-hee di nomor ganda.