Nomor ganda campuran Indonesia makin sulit bersaing dengan negara-negara kuat seperti, Jepang dan China, dalam turnamen bulu tangkis level tinggi. Pada Indonesia Terbuka, tak ada satu pun yang bisa lolos ke semifinal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kekalahan Rinov Rivady/Pitha Haningtyas Mentari dalam perempat final membuat Indonesia kehabisan wakil dalam turnamen bulu tangkis Indonesia Terbuka Grup Kapal Api. Sejak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juara pada 2018, tak ada satu ganda campuran Indonesia pun yang bisa melewati perempat final turnamen bulu tangkis terbesar di Tanah Air tersebut.
Dalam perempat final yang berlangsung di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (116/6/2023), Rinov/Pitha kalah dari Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang) dengan skor 11-21, 18-21. Rinov/Pitha menjadi ganda campuran terakhir Indonesia dari enam wakil yang mendapat tiket turnamen berlevel BWF World Tour Super 1000 itu.
Tiga pasangan tersingkir pada babak pertama, yaitu Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, Adnan Maulana/Nita Violina Marwah, dan Zachariah Josiahno Sumani/Hediana Julimarbela. Adapun Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati kalah di babak kedua.
Rinov/Pitha punya tekad untuk menang atas Watanabe/Higashino setelah selalu kalah dalam lima pertemuan. Pekan lalu, mereka kalah pada babak kedua Singapura Terbuka dengan skor 16-21, 21-17, 12-21. Namun, di Istora, Rinov/Pitha kalah dalam dua gim, 11-21, 18-21.
Setelah kehilangan gim pertama, ganda campuran Indonesia peringkat ke-15 dunia itu membuka kesempatan untuk merebut gim kedua. Namun, setelah unggul 11-7, lalu perolehan skor berjalan ketat hingga 14-14, Rinov/Pitha kembali tertinggal.
Tambahan angka untuk pemain Jepang unggulan kedua itu lebih banyak didapat dari serangan balik atau kesalahan yang dilakukan lawan. Hampir pada perebutan setiap angka, Rinov/Pitha mendapat kesempatan untuk menyerang lebih dulu.
Namun, serangan mereka monoton dengan hanya mengandalkan tenaga untuk melancarkan smes. Ketika smes yang bertubi-tubi itu bisa dibendung, Rinov/Pitha kalah dalam serangan balik hanya dalam satu hingga tiga pukulan. Serangan singkat dari Watanabe/Higashino itu mampu merusak posisi Rinov/Pitha hingga mereka harus jatuh-bangun untuk bertahan.
“Saya sedih dan kecewa karena tidak bisa keluar dari tekanan dari gim pertama hingga kedua. Kalau ditanya, tekanan dari mana, sebenarnya tidak ada tekanan dari pelatih ataupun partner. Saya hanya merasa tidak bisa bermain dengan baik pada hari ini,” tutur Pitha.
Saya sedih dan kecewa karena tidak bisa keluar dari tekanan dari gim pertama hingga kedua.
Dengan hasil enam ganda campuran tuan rumah, tak ada satu pun ganda campuran Indonesia yang bisa melewati perempat final Indonesia Terbuka dalam empat tahun terakhir. Padahal, nomor ini mempunyai juara pada 2017 dan 2018 melalui Tontowi/Liliyana.
Sebelum Rinov/Pitha pada tahun ini, perempat final yang menjadi hasil maksimal, juga, didapat Hafiz Faizal/Gloria pada 2021 dan Tontowi/Winny Oktavina Kandow pada 2019.
Nomor ganda campuran memiliki pekerjaan rumah besar untuk tidak terus-menerus tenggelam. Praveen/Melati menjadi ganda campuran terakhir Indonesia yang bisa menjuarai turnamen Super 1000, yaitu di All England 2020.
Setelah itu, hanya ada dua gelar dari turnamen BWF World Tour yang terdiri atas Super 300, 500, 750, dan 1000, salah satunya dari Rinov/Pitha dari turnamen Spanyol Masters Super 300 pada 2021. Selain itu, ada Rehan/Lisa yang menjuarai Hylo Terbuka pada 2022, juga, dengan level Super 300.
Selain belum ada generasi baru yang mumpuni untuk meneruskan prestasi Tontowi/Liliyana, Praveen/Debby Susanto, dan Praveen/Melati, ganda campuran juga memiliki masalah dengan pergantian pelatih pada tahun ini. Setelah Nova Widianto pindah ke Malaysia pada akhir 2022, karena tidak ada surat kontrak kerjasama dengan PP PBSI, tidak ada pelatih yang berpengalaman mengantarkan pemain menjuarai level tinggi pada kategori senior maupun yunior.