Tak Bisa di Laut, Berselancar di Darat pun Jadi Berkat "Surfskate"
Ketika keinginan untuk berselancar di laut tak tertahankan lagi, sedangkan laut tak terjangkau atau ombak tak menantang, bermain "surfskate" dapat menjadi opsi mengobati rindu. Gerakannya serupa dengan selancar di laut.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
Laut tak selalu bisa dijangkau, ombak tak selalu menantang. Padahal, keduanya merupakan elemen penting bagi peselancar menjalankan aktivitasnya. Namun, ketika keinginan untuk berselancar di laut tak tertahankan lagi, bermain surfskate dapat menjadi opsi agar rindu terobati. Ibarat pepatah, tak bisa berselancar di laut, berselancar di darat pun jadi.
Yunizar Isnardi menolehkan wajah dan membelokkan anggota badan bagian atasnya yang lain ke kanan. Gerakan itu secara otomatis diikuti kedua kakinya yang menapaki papan surfskate, papan yang bentuknya sekilas mirip skateboard. Secara otomatis pula, papan surfskate itu berbelok dan meluncur di atas Surfer’s Wavebank, semacam ombak darat, dalam pameran olahraga “Deep and Extreme Indonesia 2023” di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (4/6/2023) siang.
“Surfskating, ini, kan didesain sedemikian rupa agar menyerupai surfing di laut. Ini semacam simulator bagi peselancar untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan mereka. Maka dari itu, gerakannya pun meniru gerakan surfing. Cuma ombaknya saja bukan dari air, he-he-he,” kata Yunizar, pendiri komunitas selancar dan surfskate Weekend Warrior.
Satu dekade lalu, Yunizar dan teman-temannya hendak berselancar di Pantai Cimaja, Sukabumi, Jawa Barat. Di luar dugaan, lautnya cenderung tenang dan ombaknya tak menantang. Salah seorang teman Yunizar lantas mengeluarkan papan surfskate untuk mengobati kekecewaan karena tak bisa selancar di laut. Momen itu menjadi awal perkenalan Yunizar dengan surfskate hingga akhirnya turut mempopulerkan olahraga tersebut di Indonesia.
Yunizar mengatakan, sejak saat itu, surfskate selalu menjadi penawar rindu baginya dan peselancar lain yang ingin “menunggangi” ombak, tetapi terkendala waktu dan jarak menuju laut. Hal itu terutama bagi mereka yang tinggal di Jakarta dan harus menempuh waktu berjam-jam untuk sampai di pantai yang dianggap cocok untuk berselancar.
Dalam lima tahun terakhir, kata Yunizar, minat masyarakat terhadap surfskate kian meningkat. Hal ini semakin didorong dengan dilombakannya selancar di Olimpiade Tokyo 2020. Menurut Ketua Bidang Kepelatihan Persatuan Selancar Ombak Indonesia DKI Jakarta ini, ketertarikan orang pada selancar ini sejalan dengan minat terhadap surfskate.
Surfskate lebih mudah dikuasai, apalagi untuk orang seperti saya yang memiliki badan cukup gemuk. Lebih minim risiko cedera juga karena triknya tidak serumit skateboard.
Peselancar Indonesia, Ryuki Waida, menuturkan, surfskate memang bisa menjadi opsi bagi mereka yang ingin berselancar, tetapi kesulitan menjangkau laut atau ketika tidak ada ombak. Dengan gerakannya yang sama, surfskate bisa melatih otot-otot yang biasa digunakan selancar.
“Kadang, di selancar itu ada gaya tertentu yang bisa kita nilai bagus atau jeleknya. Nah, di surfskate juga bisa kita perbaiki atau tingkatkan gaya-gaya itu,” ucap adik dari peselancar peraih medali perak SEA Games 2019 Filipina, Rio Waida, ini.
Menarik minat
Tak hanya digemari oleh peselancar, dalam perkembangannya, surfskate juga menarik minat orang yang belum mahir atau bahkan belum pernah sama sekali berselancar. Agung Permana Masri (30), misalnya, mengaku belum pernah mencicipi selancar di laut. Namun, dalam tiga tahun terakhir, ia menggemari surfskate hingga membentuk komunitas No Wave Surf Klan di Bandung.
Awalnya, kata Agung, komunitas itu dibentuk oleh orang-orang yang “frustrasi” lantaran tak kunjung mahir bermain skateboard. Mereka mencori alternatif olahraga papan luncur lain yang lebih mudah dimainkan. Setelah mencoba surfskate, mereka merasa olahraga itu tak hanya lebih mudah, tetapi juga lebih minim risiko cedera.
Sekilas, surfskate sebenarnya memiliki bentuk yang mirip dengan skateboard. Namun, papan surfskate sejatinya lebih lebar dan tuck atau kaki rodanya lebih longgar ketimbang skateboard. Dengan bentuk demikian, surfskate menjadi lebih tidak stabil sehingga menghasilkan sensasi seperti tengah berselancar di atas air. Kendati demikian, surfskate tampak lebih mudah dimainkan karena lebih mudah meluncur mengikuti gerak tubuh.
“Surfskate lebih mudah dikuasai, apalagi untuk orang seperti saya yang memiliki badan cukup gemuk. Lebih minim risiko cedera juga karena triknya tidak serumit skateboard. Makanya, senang banget bisa mencoba olahraga ini, sangat membantu menghilangkan stres sewaktu pandemi Covid-19. Setelah main surfskate, sekarang saya tertarik ingin mencoba selancar beneran,” tutur Agung.
Berbeda dengan Agung, Heru Setiyanto (62) bermain surfskate karena ingin melatih keseimbangan. Setahun lalu, Heru pernah mencoba berselancar di Bali dan merasa tidak puas karena masih sering jatuh. Warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini lantas mencoba bermain skateboard agar lebih seimbang ketika berselancar nantinya.
Setelah melihat beberapa video di internet, Heru akhirnya mengetahui bahwa surfskate lebih cocok dimainkan untuk belajar surfing ketimbang skateboard. Di pameran “Deep and Extreme Indonesia 2023”, Heru berkali-kali mencoba memainkan surfskate dan merasakan kemiripannya dengan selancar di laut. Heru pun berencana menekuni olahraga tersebut sambil mencari waktu untuk bisa selancar di laut.
Kendati sensasinya sedikit berbeda dengan berselancar di laut, olahraga surfskate dapat menjadi pilihan bagi peselancar maupun orang-orang yang tertarik berselancar di darat. Akhirnya, di mana pun tempatnya, darat maupun laut, mereka bisa “menunggangi” ombak. Rindu terobati, hati pun turut gembira.