Olahraga balap simulator tergolong lebih murah dan minim risiko ketimbang balap mobil sungguhan. Oleh karena itu, olahraga ini bisa lebih menjangkau semua kalangan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Simulator racing atau balap simulator berpeluang menghidupkan olahraga balap yang lebih inklusif. Dibandingkan dengan balap mobil sungguhan, olahraga ini tergolong lebih murah dan minim risiko sehingga menjadi lebih terjangkau bagi semua kalangan. Kehadiran kompetisi balap simulator perlu diperbanyak agar membuat olahraga ini semakin menggeliat.
“Untuk orang yang senang menonton balap mobil seperti saya, atau berkeinginan balapan tetapi takut risiko jatuh, tabrakan, atau tidak bisa membeli kendaraannya, balap simulator dapat menjadi solusi. Menurut saya, olahraga ini lebih bisa dijangkau banyak orang,” kata pebalap simulator asal Jakarta, Daffa Nabiel, seusai menjadi runner up Kejuaraan Esports Jakarta E-Prix 2023, di SCBD, Jakarta, Minggu (28/5/2023).
Balap simulator merupakan olahraga elektronik (e-sports) menggunakan perangkat yang menyimulasikan kondisi balapan di dunia nyata ke dunia virtual. Dengan situasi balapan nyaris menyerupai aslinya, maka teknik dan kemampuan yang digunakan pun seperti pebalap yang mengendarai mobil sungguhan.
Bedanya, pebalap simulator terhindar dari kecelakaan yang membuat cedera dan mengancam nyawa. Tak hanya itu, menurut Daffa Nabiel, balap simulator juga jauh lebih murah ketimbang balap mobil di sirkuit sungguhan.
“Balap simulator sebenarnya memang tidak murah-murah amat, tetapi balap mobil yang sungguhan jelas lebih mahal, lebih susah, dan berbahaya. Selain itu, perangkat simulator sebenarnya bisa dibuat lebih murah. Misalnya, bisa menggunakan mouse, joystick, alih-alih pakai setir. Nanti pelan-pelan di-upgrade,"ucap mahasiswa semester dua ini.
Pebalap sudah bisa menjajal balapan dengan perangkat yang terdiri atas komputer atau konsol gim, layar monitor, setir, dan pedal. Pebalap bisa memodifikasi perangkatnya lebih jauh dengan memakai setir yang dilengkapi shifter dan handbrake, memakai layar monitor lengkung, hingga menggunakan kursi simulator yang bergetar mengikuti kondisi lintasan.
Keterjangkauan balap simulator bagi kalangan lebih luas juga disampaikan Daffa Ardiansa, juara Kejuaraan Esports Jakarta E-Prix 2023. Daffa, yang juga merupakan pebalap gokar, merasakan bahwa balap simulator lebih ramah kantong. Biaya besar yang perlu dikeluarkan hanya ketika memulai olahraga tersebut, yakni saat membeli perangkat. Selebihnya, kata Daffa, tidak perlu merogoh kocek lagi untuk membeli ban atau bahan bakar.
Pebalap berusia 15 tahun ini pun optimistis balap simulator akan terus berkembang. Terlebih, sejak pandemi Covid-19 merebak, banyak orang mulai menjajal balap simulator. Untuk mendorong olahraga ini agar lebih bergeliat, ia pun berharap kompetisi-kompetisi balap simulator semakin banyak digelar di Indonesia, terutama secara luring.
Kejuaraan balap simulator sebenarnya semakin menjamur dalam empat tahun terakhir. Namun, sebagian besar digelar secara daring. “Jarang sekali ada balapan offline. Padahal, kalau offline lebih seru karena atmosfernya berbeda. Ada lawan di samping dan ada juga penonton, jadi lebih memicu adrenalin,” ucap Daffa, yang mulai mencoba balap simulator pada 2020.
Kejuaraan balap simulator secara luring memang menyuguhkan atmosfer seperti balapan di sirkuit sungguhan. Pebalap dihadirkan dalam satu ruangan dan duduk bersampingan dengan pebalap lain. Adapun penonton turut hadir dalam ruangan untuk menonton sambil memberi dukungan kepada pebalap.
Atmosfer balapan
Saat Kejuaraan Esports Jakarta E-Prix 2023 di SCBD yang digelar secara luring, penonton memenuhi ruangan perlombaan. Sorak-sorai bergema terutama ketika pebalap saling bermanuver untuk merebut posisi paling depan. Tak sedikit dari penonton juga yang kecewa ketika pebalap tersalip atau kehabisan baterai pada momen krusial.
Pada kejuaraan yang digelar untuk menyambut Jakarta E-Prix atau Formula E di Jakarta pada Juni mendatang tersebut, pebalap menggunakan mobil dan balapan di sirkuit yang nantinya digunakan untuk ajang balap mobil listrik tersebut. Selain AGI Jakarta International E-Prix Circuit, ada pula sirkuit Senayan, Medan Merdeka, dan SCBD.
Ketua penyelenggara Kejuaraan Esports Jakarta E-Prix 2023, Presley Martono, mengatakan, kompetisi tersebut diikuti oleh 40 pebalap simulator yang bermain dalam 5 ronde. Khusus ronde 3 dan 5, balapan digelar secara luring.
“Ini pengalaman yang baru, tetapi menarik untuk komunitas balap simulator. Ini akan menunjukkan kepada dunia bahwa balapan benar-benar adalah untuk semua orang. Semoga setelah ini bisa digelar bukan hanya pada momen menjelang Jakarta E-Prix saja,” ucap mantan pebalap Formula 4 ini.
Wakil Ketua Umum bidang Informasi Teknologi dan Digital Ikatan Motor Indonesia (IMI) Tengku Irvan Bahran menyampaikan, pihaknya sangat mendukung gelaran kejuaraan-kejuaraan balap simulator. Menurut dia, balap simulator bisa juga menjadi langkah awal jika pebalap ingin turun di sirkuit sungguhan.