PSSI berencana membentuk perseroan terbatas atau PT untuk menggenjot komersialisasi aset. Langkah ini terinspirasi dari Asosiasi Sepak Bola Jepang yang memiliki pendapatan per tahun mencapai hampir 200 juta dollar AS.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) merampungkan Kongres Biasa pertama sejak berganti Ketua Umum. Dalam kongres tersebut, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan rencana membuat perseroan terbatas atau PT untuk mengkomersialisasikan aset-aset PSSI, termasuk tim nasional. Pembentukan PT itu menjadi bagian upaya membangun persepak bolaan Indonesia.
Ide untuk membentuk PT dipaparkan Erick di hadapan 87 pemilik hak suara dalam kongres yang berlangsung di Jakarta, Minggu (28/5/2023). Menurut Erick, langkah komersialisasi sangat penting karena membangun persepak bolaan Indonesia membutuhkan dana yang cukup. Erick terinspirasi dari langkah Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) yang sukses dalam mengkomersialisasikan sepak bolanya sehingga memiliki pendapatan per tahun mencapai hampir 200 juta dollar AS (sekitar Rp 3 triliun). Dana itu kemudian digunakan JFA untuk membangun timnas yang kuat.
Untuk menggenjot langkah komersialisasi itu, PSSI berencana membentuk PT yang akan menjadi penggerak utamanya. Erick tidak menjelaskan secara rinci komersialisasi akan menyentuh aspek apa saja, tetapi ia menyampaikan itu termasuk aset-aset yang ada di PSSI dan timnas.
(Jepang) ini yg mau kita contoh bagaimana kita punya institusi yang bisa mendorong pemasukan lebih besar di PSSI sehingga pembinaan secara menyeluruh bisa dirasakan PSSI di pusat dan daerah.
"(Jepang) ini yg mau kita contoh bagaimana kita punya institusi yang bisa mendorong pemasukan lebih besar di PSSI sehingga pembinaan secara menyeluruh bisa dirasakan PSSI di pusat dan daerah," kata Erick dalam konferensi pers usai kongres.
Di masa awal kepemimpinannya sejak terpilih sebagai ketum pada Februari 2023, Erick memang memiliki kecenderungan menyoroti aspek keuangan PSSI. Selain ide menambah pemasukan dengan menggenjot komersialisasi aset, Erick sebelumnya bergerak membenahi laporan keuangan PSSI dengan menggandeng auditor independen.
Semua langkah itu masih menjadi bagian dari kerangka besar visi Erick dalam mentransformasi persepak bolaan Indonesia. Ia menyadari transformasi menyeluruh tidak akan berjalan bila tidak melibatkan Asosiasi Provinsi (Asprov) dan juga klub anggota.
Maka dari itu, Erick memanfaatkan kongres untuk merangkul pemangku kepentingan sepak bola di daerah agar mau bergerak bersama menyukseskan transformasi sepak bola nasional. PSSI juga berencana memberikan bantuan keuangan sekitar Rp 200-300 juta kepada Asprov asalkan mereka membuat pembukuan keuangan yang bisa dipertanggung jawabkan.
"Blue print sepak bola nasional supaya terbang lebih tinggi sudah kita paparkan. Ini tentu menjadi dogma atau target yg akan kita lakukan secara menyeluruh dari pusat dan daerah. Kita akan bikin event di daerah untuk memastikan teman-teman Asprov jadi bagian dari perubahan transformasi. Jadi bukan hanya kami di pusat," tutur Erick.
Hal lain yang dibahas dalam kongres adalah gagasan untuk membentuk Yayasan PSSI. Pembentukan yayasan bertujuan untuk membantu orang-orang yang pernah berkecimpung di sepak bola Indonesia, baik itu pelatih, pemain, atau perangkat pertandingan. Ide ini didasari atas musibah yang menimpa mantan kiper timnas Indonesia, Kurnia Meiga Hermansyah, yang sempat berencana menjual medalinya untuk pengobatan mata.
Pada Juni mendatang, jajaran petinggi PSSI merencanakan kunjungan ke Jerman dalam rangka mencari orang yang tepat untuk mengisi pos direktur teknik. Mengingat cukup banyak pesepak bola Asia yang mengawali karier di Eropa dari Liga Jerman, kunjungan PSSI juga menjajaki potensi kerja sama agar ada peluang menjadikan Jerman sebagai jendela awal bagi pesepak bola Indonesia dalam merintis karier di Benua Biru.
Penerapan VAR
Sementara itu, rencana PSSI untuk menerapkan Asisten Wasit Video (VAR) di Liga 1 masih terus berjalan. Erick menargetkan VAR sudah bisa diterapkan di Liga 1 pada putaran kedua atau sekitar Februari 2024.
Penerapan perlu didukung infrastruktur stadion yang memadai. Oleh sebab itu, dalam kongres, Asprov turut diajak membahas kesiapan infrastruktur stadion agar penerapan VAR bisa terwujud.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, mengatakan, selain infrastruktur stadion dan jaringan internet, aspek lainnya yang harus dipenuhi untuk penerapan VAR adalah kompetensi wasit. Arya mengatakan, salah satu standar yang dimiliki wasit adalah kemampuan berbahasa Inggris. Maka dari itu, butuh waktu untuk melatih wasit demi menunjang penerapan VAR.
"Orang-orang teknisinya juga harus dipersiapkan. Itu seperti (mewajibkan) punya aplikasi baru. Masa kita (pakai) orang asing, maunya kan orang Indonesia juga. Mau tak mau ada pelatihan lagi," kata Arya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Ferry Paulus, menyampaikan, ada lima tahapan yang harus dilalui dalam menerapkan VAR, yaitu innitial consideration, VAR declaration, preparation and training, approval process, dan monitoring. Adapun proses pelatihan wasit untuk mendapatkan lisensi VAR paling cepat bisa dilakukan dalam enam hingga tujuh bulan.
"Persiapan yang berat itu training wasit dan SDM. Mudah-mudahan tidak seperti Malaysia. Mereka uji coba harus pakai wasit asing karena kurang kesiapan dari wasit (lokal)," ujar Ferry.