Gregoria Mariska Tunjung menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia pada semifinal Malaysia Masters. Gregoria bertekad mendapat hasil lebih baik dari semifinal yang dicapai pada Malaysia Masters 2022.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
KUALA LUMPUR, JUMAT — Berbekal rasa percaya diri, Gregoria Mariska Tunjung ingin mendapat hasil lebih baik pada turnamen bulu tangkis Malaysia Masters ketimbang semifinal pada 2022. Dengan keyakinan itu pula, Gregoria memiliki bekal berharga menjalani kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Gregoria adalah salah satu dari tiga wakil Indonesia pada semifinal Malaysia Masters di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Sabtu (27/5/2023). Dia akan melawan pemain India, Pusarla V Sindhu. Semifinal tunggal putri lainnya mempertemukan Akane Yamaguchi (Jepang) dan Han Yue (China).
Pemain Indonesia lainnya, Christian Adinata, juga bertemu pemain India dalam semifinal pertamanya pada turnamen BWF World Tour. Christian akan melawan Prannoy HS dalam turnamen berlevel BWF World Tour Super 500 ini.
Adapun pamor ganda putra, nomor yang selalu menjadi andalan Indonesia, diselamatkan oleh Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Mereka menyingkirkan jagoan tuan rumah, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 21-18, 21-19 untuk melawan pasangan Malaysia lainnya, Man Wei Chong/Tee Kai Wun.
”Saya tidak mau puas sampai di sini. Saya mau melebihi hasil tahun lalu,” ujar Gregoria setelah mengalahkan pemain China, Wang Zhiyi, 21-11, 21-14, pada perempat final, Jumat.
Pada 2022, Gregoria mencapai semifinal setelah menyingkirkan unggulan teratas, Yamaguchi, pada perempat final. Dia nyaris mengulang kemenangan melawan An Seyoung di semifinal, tetapi akhirnya kalah 18-21, 21-13, 8-21.
Gregoria mengawali penampilannya di Malaysia Masters 2022 dengan posisi ke-31 pada peringkat BWF, lalu naik ke urutan ke-26 dengan hasil semifinal. Momen itu menjadi titik balik dalam kariernya yang mandek sejak 2019.
Setelah semifinal Malaysia Masters 2022, dia mulai memperlihatkan konsistensi permainan dengan mencapai semifinal Hylo Terbuka Super 300, semifinal Australia Terbuka Super 300, dan lolos ke turnamen Final BWF. Final BWF adalah turnamen yang hanya diikuti delapan wakil terbaik di setiap nomor.
Serba pertama
Pada 2023, pemain berusia 23 tahun itu mendapat prestasi serba pertama. Dia lolos ke perempat final All England dan menjuarai turnamen BWF World Tour, yaitu di Spanyol Masters Super 300. Dalam perjalanan menuju podium juara, Gregoria mengalahkan peraih medali Olimpiade, yaitu Carolina Marin (emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016) di semfininal dan Sindhu (perak Rio de Janeiro 2016 dan perunggu Tokyo 2020) di final
Berbekal hasil tersebut, Gregoria memiliki peluang untuk menang kembali atas Sindhu. Apalagi, Gregoria telah menjadi sosok yang berbeda. Namun, dia pun tak boleh lengah.
”Saya bersyukur, sekarang sudah lumayan percaya diri baik di dalam maupun di luar lapangan. Dulu saya merasa tidak punya kualitas yang cukup sehingga tidak bisa berkembang,” kata Gregoria.
Saya tidak mau puas sampai di sini. Saya mau melebihi hasil tahun lalu
Dengan performanya yang cukup baik sejak akhir 2022, Gregoria menempati peringkat kesembilan dunia, posisi tertinggi yang pernah dicapainya. Ini menjadi bekal untuk menjalani kualifikasi Olimpiade Paris 2024 yang berlangsung 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024.
Dia lolos ke Tokyo 2020, tetapi tersingkir pada babak kedua. Jika bisa terus berkembang, juara dunia yunior 2017 itu tak hanya lolos, tetapi juga berpeluang mendapat hasil lebih baik di Paris 2024.
Seperti Gregoria, Christian juga tak ingin langkahnya berhenti di semifinal. Dia mempertahankan semangatnya untuk berhadapan dengan Prannoy setelah mengalahkan mantan pemain nomor satu dunia, Kidambi Srikanth, 16-21, 21-16, 21-11, pada perempat final.
Pada nomor ganda, Indonesia kehilangan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada perempat final. Rinov/Pitha kalah dari unggulan ketiga, Seo Seung-jae/Chae Yu-jung (Korea Selatan), 15-21, 20-22.
Kekalahan dua gim juga dialami Hendra/Ahsan melawan Man/Tee, 21-23, 17-21. Adapun Apriyani/Fadia kalah dari Jeong Na-eun/Kim Hye-jeong (Korea Selatan) 15-21, 21-18, 16-21.
”Ini hasil yang harus kami terima. Pasti kecewa dan sedih karena setiap pemain mau hasil yang terbaik. Akan tetapi, lawan sudah sangat siap dengan strategi mereka hari ini, sedangkan permainan kami kurang konsisten. Ini pelajaran bagi kami, mempertahankan yang positif dan mengevaluasi yang masih kurang,” tutur Apriyani.
Penghargaan “Hall of Fame”
Dua legenda tunggal putra, Lin Dan (China) dan Lee Chong Wei (Malaysia), mendapat penghargaan Hall of Fame dari BWF dalam acara yang digelar di Kuala Lumpur pada Jumat malam. Penghargaan, pada tahun lalu yang diterima pemain Indonesia, Liliyana Natsir, itu diberikan oleh Presiden BWF Poul-Erick Hoyer Larsen
Lin Dan adalah salah satu tunggal putra terbaik dunia dengan torehan prestasi medali emas dalam dua Olimpiade, yaitu di Beijing 2008 dan London 2012. Mantan atlet yang saat ini berusia 39 tahun itu lima kali menjadi juara dunia. Adapun pada ajang beregu, Lin Dan mengantarkan China menjuarai Piala Thomas enam kali dan lima kali juara Piala Sudirman.
Lee Chong Wei tak pernah meraih emas Olimpiade, tetapi dia mendapat perak dalam tiga Olimpiade beruntun, yaitu di London 2012, Rio de Janeiro 2016, dan Tokyo 2020. Lee juga tiga kali menjadi runner up Kejuaraan Dunia.
Kedua pemain itu juga menciptakan persaingan ketat bersama dua atlet lain, yaitu Taufik Hidayat dan Peter Gade (Denmark) hingga mendapat julukan ”Big Four”. Lin dan Lee bersaing 40 kali pada rentang 2004-2018 dengan 28 kemenangan untuk Lin dan 12 bagi Lee.
”Lin Dan memiliki aura yang kuat,” kata Lee. ”Lee Chong Wei punya kemampuan yang sangat baik dan spirit yang sangat tinggi. Untuk itu, setiap pertandingan melawan dia sangat berkesan bagi saya,” timpal Lin saat keduanya sepanggung saat menerima penghargaan.