”Garuda Muda” Meredam Euforia demi Penantian 32 Tahun Emas
Indonesia mencoba lepas dari bayang-bayang buruk masa lalu ketika bertemu Thailand di final. Skuad ”Garuda Muda” saat ini punya segala modal untuk juara pertama kalinya dalam 32 tahun.
Oleh
I Gusti AB Angga Putra dari Phnom Penh, Kamboja
·5 menit baca
HUMAS PSSI
Pemain Indonesia, M Ferrari (kanan), merayakan golnya ke gawang Vietnam pada laga semifinal sepak bola putra SEA Games Kamboja 2023 di Stadion Nasional Phnom Penh, Sabtu (13/5/2023). Indonesia menang, 3-2, dan akan menghadapi Thailand di final, Selasa (16/5/2023) malam.
PHNOM PENH, KOMPAS — Berbeda dengan edisi-edisi sebelumnya, tidak ada lagi euforia berlebihan di skuad Indonesia menghadapi laga final sepak bola putra SEA Games. Mereka ”mengasingkan” diri dari keriuhan jagat maya agar lebih fokus pada satu misi terbesar, yaitu membawa pulang medali emas sepak bola untuk pertama kali dalam 32 tahun.
Indonesia akan menghadapi ”raja” sepak bola Asia Tenggara sekaligus tim paling sukses di SEA Games, yaitu Thailand, pada final di SEA Games Kamboja 2023, Selasa (16/5/2023) malam, di Stadion Olympic, Phnom Penh. Thailand adalah pengoleksi 16 medali emas sepak bola putra SEA Games, sedangkan Indonesia hanya dua.
Sejarah mencatat, Indonesia adalah finalis terburuk di cabang itu. Dari tiga kali tampil di final sejak cabang itu menerapkan pembatasan usia pemain (kini U-22) untuk ajang SEA Games, yaitu mulai 2001, Indonesia selalu kalah.
Skuad U-23 Indonesia kalah adu penalti dari Malaysia pada final edisi 2011 di Jakarta. Dua tahun kemudian, Garuda Muda dibekap Thailand, 0-1, di final edisi Myanmar. Terakhir, skuad U-22 Indonesia digilas Vietnam, 0-3, pada final edisi Filipina, 2019.
HUMAS PSSI
Pemain Indonesia, Komang Teguh, merayakan golnya ke gawang Vietnam pada laga semifinal sepak bola putra SEA Games Kamboja 2023 di Stadion Nasional Phnom Penh, Sabtu (13/5/2023). Indonesia menang, 3-2.
Persoalan serupa mendera Indonesia di ajang sepak bola terbesar di Asia Tenggara, Piala AFF. Sejak turnamen dua tahunan itu digelar 27 tahun lalu, tim Garuda enam kali mencapai final. Namun, tidak sekalipun mereka juara. Lagi-lagi, rekor itu adalah yang terburuk di Asia Tenggara. Indonesia pun kerap dijuluki spesialis runner-up.
Berkaca dari rentetan pengalaman buruk itu, tim Garuda Muda saat ini lebih dewasa. Tidak ada lagi kegembiraan berlebihan, apalagi euforia, meskipun mereka baru saja menyingkirkan sekaligus balas dendam atas juara bertahan, Vienam, di babak semifinal.
”Saya tekankan ke mereka (pemain dan staf pelatih) bahwa evaluasi yang dulu-dulu. Kita selalu ada problem ketika final. Salah satu penyebabnya adalah euforia. Nah, sekarang ini, sudah tidak ada lagi euforia. Anak-anak betul-betul fokus,” kata Manajer Tim Sepak Bola U-22 Indonesia Sumardji di Phnom Penh.
Untuk menjaga fokus tim jelang final, Sumardji dan staf pelaih membatasi pergerakan pemain agar tak didekati oleh pihak manapun, termasuk ”diet” media sosial. Mereka juga hanya diizinkan beraktivitas di sekitar hotel. Selain berlatih, para pemain pun lebih sering mengisi waktu luang dengan mengobrol dan saling bercanda satu sama lainnya.
Peran psikolog
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam mengasah fokus adalah kehadiran tim psikolog sejak fase grup. Psikolog berperan sebagai fasilitator jika para pemain mengalami tekanan atau masalah mental. Peran mereka, menurut Sumardji, terbukti positif dengan kuatnya mental para pemain muda Indonesia saat mengalahkan Vietnam, 3-2, kendati hanya bermain dengan 10 pemain.
Psikilog juga pernah dipakai tim Indonesia pada SEA Games Filipina 1991. Hasilnya, Indonesia berjaya dengan mengalahkan Thailand lewat adu penalti di final. Itulah emas terakhir tim sepak bola Indonesia di SEA Games. Setelah itu, saat berjumpa di final, Indonesia selalu dibekap Thailand, yaitu pada edisi 1997 dan 2013.
Indra masih perlu mengatasi persoalan lini belakang timnya yang belum fasih dalam mengantisipasi umpan-umpan silang. Seluruh dari tiga gol yang bersarang di gawang Indonesia diawali dari proses tim-tim lawan mengirimkan umpan silang.
Indra Sjafri, Pelatih Kepala Tim U-22 Indonesia, optimistis timnya kali ini bisa membekap Thailand. Persiapan timnya, ungkapnya, sudah matang.
”Tim ini telah berproses dari empat laga di fase grup dan satu di semifinal. Mereka sudah menjalani proses itu dengan baik. Saya berharap dan kami sudah berkomitmen dengan para pemain bahwa besok kita memberikan yang terbaik atau menjadi laga terbaik kita,” kata Indra pada jumpa pers kemarin.
Optimisme Indra berpijak pada perkembangan positif timnya sejak fase grup. Indonesia menjadi satu-satunya tim yang menyapu bersih lima laga di Kamboja dengan kemenangan. Mereka juga menjadi tim terproduktif dengan mencetak 16 gol dan kebobolan tiga gol.
KOMPAS/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
Pelatih Kepala Tim U-22 Indonesia Indra Sjafri (kiri) mendengarkan pertanyaan wartawan di Hotel Phnom Penh, Kamboja, saat sesi konferensi pers jelang laga semifinal antara Indonesia dan Vietnam, Jumat (12/5/2023).
Adapun Thailand, tim yang tujuh kali berjaya dari delapan final sepak bola di era kelompok umur pada SEA Games, mengemas 13 gol dan tiga kebobolan.
Masalah umpan silang
Meskipun didukung statistik performa yang baik, Indra masih perlu mengatasi persoalan lini belakang timnya yang belum fasih dalam mengantisipasi umpan-umpan silang. Seluruh dari tiga gol yang bersarang di gawang Indonesia diawali dari proses tim-tim lawan mengirimkan umpan silang.
Celakanya pula, pada final nanti, Indonesia tidak bisa diperkuat bek sayap kiri andalannya, Pratama Arhan, yang terkena kartu merah saat melawan Vietnam di semifinal. Kehadiran pemain klub Divisi Dua Jepang, Tokyo Verdy, itu di lapangan selama ini berpengaruh positif terhadap tim.
Arhan adalah kreator dua dari tiga gol Indonesia ke gawang Vietnam. Dengan absennya Arhan, Indra mengatakan sudah memiliki rencana, yaitu memainkan Haykal Alhafiz sebagai pengganti Arhan di bek kiri. ”Jadi, besok kita main dengan skuad 19 pemain. Dan, 19 pemain tersebut siap memberikan yang terbaik,” ujarnya.
ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA
Pesepak bola tim nasional Indonesia, Pratama Arhan (kiri), bersama rekan-rekannya berlatih dalam sesi latihan resmi jelang pertandingan laga kedua babak semifinal Piala AFF 2022 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Minggu (8/1/2023).
Ia pun mengaku sudah mempelajari pola permainan dari Thailand. Indra dan tim analisis performa telah menyaksikan laga-laga tim ”Gajah Perang” selama gelaran SEA Games 2023. Berbekal hasil analisis tim analisis performa, Indra telah menyiapkan strategi terbaik untuk meredam Thailand.
”Tadi, mulai pukul 08.00 sampai pukul 11.00 kita sudah menganalisis semua laga mereka (Thailand), apa kelebihan dan kekurangannya, serta bagaimana cara merespons mereka untuk besok. Silakan ditunggu besok. Mudah-mudahan, respons atau game plan kita bisa untuk menghadapi mereka,” katanya.
Sementara Pelatih Thailand Issara Sritaro mengaku tak terkejut dengan performa impresif Indonesia sejak penyisihan grup. Menurut dia, timnya harus mewaspadai Indonesia yang memiliki banyak pemain cepat dan bertalenta.