"Samurai" Jepang Nyawa Dominasi Baru Glasgow Celtic
Pemain-pemain Jepang menjadi bintang bagi era kejayaan baru Glasgow Celtic pada dua musim terakhir. Kyogo Furuhashi telah dianggap striker terbaik Celtic sejak Henrik Larsson.
Glasgow Celtic telah berada di ambang mencetak sejarah baru untuk meraih tiga gelar domestik di musim 2022-2023. Mereka telah memastikan gelar Liga Skotlandia ke-53 seusai melibas Hearts, 2-0, Minggu (7/5/2023) lalu. Trofi itu melengkapi gelar Piala Liga yang telah mereka dapatkan, Februari lalu.
Kini, skuad "The Bhoys" hanya perlu mengalahkan tim Divisi Dua Liga Skotlandia, Inverness, pada final Piala Skotlandia, 3 Juni mendatang, untuk melengkapi supremasi di kompetisi domestik musim ini.
Jika bisa menumbangkan Inverness, Celtic akan meraih treble winners domestik kedelapan dalam sejarah klub. Capaian itu pernah mereka genggam pada kompetisi edisi 1966-1967,1968-1969, 2000-2001, 2016-2017, 2017-2018, 2018-2019, dan 2019-2020.
Baca juga : Timnas Indonesia Meniti Misi Mustahil
Performa apik Celtic di Liga Skotlandia musim ini yang hanya gagal menang di tiga laga dari 34 gim -dua imbang dan sekali kalah- tak lepas dari tangan dingin sang pelatih, Ange Postecoglou. Juru taktik asal Australia itu datang pada persiapan musim 2020-2021 dengan diselimuti keraguan.
Setelah mengakhiri musim 2019-2020 tanpa gelar satu pun yang menjadi prestasi terburuk dalam dekade ketiga abad ke-21, Glasgow Celtic melakukan pembenahan besar-besaran. Mereka menjadikan Jepang sebagai kiblat regenerasi tim demi mengembalikan supremasi yang direbut rival sekota, Glasgow Rangers, yang kala itu diasuh Steven Gerrard.
Sebagai langkah awal perubahan, Celtic mencari pelatih baru hingga ke Liga Jepang. The Bhoys mengontrak Postecoglou, yang berstatus Pelatih Yokohama F Marinos.
Baca juga : Tangan Ajaib Dominik Livakovic Gagalkan Jepang Melaju ke Babak Perempat Final
Di bawah kendali Postecoglou, Yokohama Marinos mengakhiri puasa trofi liga selama 15 tahun pada musim 2019. Prestasi itu menjadikan Postecoglou sebagai pelatih asal Australia pertama yang bisa meraih gelar juara di kompetisi kasta tertinggi “Negeri Matahari Terbit” itu.
Postecoglou, yang mempersembahkan gelar Piala Asia 2015 untuk tim nasional Australia, memanfaatkan pengalaman selama empat tahun di Liga Jepang untuk membangun tim dengan pemain dari salah satu liga terbaik di Asia itu.
Ia mendatangkan empat pemain Jepang di empat posisi berbeda. Mereka adalah Kyogo Furuhashi (penyerang tengah), Daizen Maeda (penyerang sayap), Reo Hatate (gelandang serang), dan Yosuke Ideguchi (gelandang bertahan).
Baca juga : Bertarung dengan Spirit "Bushido"
Dari ketiga pemain itu, hanya Ideguchi yang gagal mendapat kesempatan rutin mengisi 11 pertama skuad Celtic yang akhirnya bisa merebut kembali gelar liga dari Rangers pada musim 2021-2022. Lalu, mereka meraih trofi Piala Liga. Celtic hanya gagal meraih gelar Piala Skotlandia karena tumbang dari Rangers.
Furuhashi langsung menegaskan diri sebagai mesin gol baru Celtic karena mampu mencetak 20 gol di musim perdana di Eropa. Mantan pemain Vissel Kobe itu adalah pemain Jepang pertama yang bisa mencetak 20 gol dalam satu musim untuk tim Eropa.
Memasuki musim kedua, Ideguchi dipinjamkan ke klub Jepang, Avispa Fukuoka. Sebagai gantinya, Postecoglou menarik dua pemain lainnya dari Liga Jepang. Mereka adalah Tomoki Iwata yang direkrut dari Yokohama Marinos dan Yuki Kobayashi, eks bek tengah Vissel Kobe.
Di musim ini, peran Furuhashi, Maeda, dan Hatate semakin tak tergantikan. Mereka telah memainkan 40 laga memasuki awal Mei. Furuhashi bahkan mencetak rekor baru sebagai pemain Jepang pertama yang bisa mencetak lebih dari 20 gol di liga Eropa. Ia menghasilkan 24 gol dari 32 laga Liga Skotlandia. Jumlah gol itu berpeluang bertambah karena Liga Skotlandia masih menyisakan empat gim.
Baca juga : Waspada, Pasukan Gerilya "Samurai Biru" Siap Menyergap
Adapun Iwata menjadi pelapis di lini tengah, sedangkan Kobayashi mulai mendapat kepercayaan tampil menjelang masa-masa krusial musim ini. Postecoglou mengingatkan semua pihak di Skotlandia dan Britania Raya untuk tidak menganggap pemain Jepangnya itu serupa.
"Kami harus hati-hati tentang mengatakan 'pemain Jepang' karena mereka individu-individu yang berbeda. Bagi kebanyakan pemain Jepang, pertama kali pindah keluar negeri sangat menantang karena perbedaan budaya dan gaya permainan yang mencolok," kata Postecoglou kepada BBC.
Memberikan penyesuaian
Juru taktik berusia 57 tahun itu menambahkan, dirinya tidak membuat lingkungan khusus untuk para pemain Jepang di Celtic. Meski begitu, Postecoglou menghadirkan taktik permainan yang membuat "samurai" Celtic bermain dengan nyaman dan langsung nyetel dengan permainan Liga Skotlandia yang menuntut fisik prima.
Postecoglou memanfaatkan dengan baik kecepatan dan kecerdasan pemain Jepang. Maeda, misalnya, memiliki kemampuan baik dalam menggiring bola dan bisa unggul dalam adu lari dengan bek-bek Liga Skotlandia.
Baca juga : Keajaiban Kedua Jepang pada Piala Dunia Qatar 2022
Adapun Hatate, yang datang ke Skotlandia dengan predikat salah satu pemain terbaik Liga Jepang edisi 2021, adalah salah satu gelandang enerjik yang piawai menggunakan kaki kirinya. Trik-trik dribel dan operannya menjadi modal untuk menjadi "jantung" serangan Celtic.
Sementara itu, Furuhashi bisa disebut sebagai penyerang tengah terbaik Jepang yang pernah berkarier di Eropa. Meski hanya memiliki tinggi 1,7 meter, postur pendek untuk pemain Eropa, Furuhashi sulit dibendung di Skotlandia.
Insting gol pemain kelahiran Ikoma itu menjadi keistimewaannya. Ia bisa menempatkan diri di posisi yang tepat untuk menerima operan rekan setimnya.
Keistimewaan pemain Jepang dengan kecepatan juga menjadi "senjata" Furuhashi untuk meneror pertahanan lawan. Catatan 50 gol dari 76 laga bagi Celtic membuat dirinya disebut fans Celtic sebagai penyerang terbaik klub itu setelah legenda asal Swedia, Henrik Larsson.
Baca juga : Hadapi Jepang, Spanyol Akan Menentukan Takdirnya
Prestasi individu Furusashi pun telah lebih baik dibandingkan legenda Jepang, Shunsuke Nakamura, yang membela Celtic pada 2005 hingga 2009.
"Saya tekankan kepada mereka bahwa keberadaan meraka di sini (Skotlandia) untuk mewakili Celtic, tim yang penuh sejarah dan istimewa. Mereka bisa jawab tantangan saya," kata Postecoglou, yang pernah membawa tim U-19 Australia memenangi Piala AFF U-19 edisi 2006.
Meski tampil istimewa, Furuhashi dan Hatate tidak masuk dalam skuad Jepang di Piala Dunia 2022. Hanya Maeda yang dipanggil oleh Pelatih "Samurai Biru" Hajime Moriyasu. Situasi itu sempat menjadi kontroversi di Jepang sebelum tim berlaga di Qatar.
Inspirasi Andres Iniesta
Secara terpisah, Furuhashi mengungkapkan, performa apiknya bersama Celtic tidak lepas dari pengalamannya bermain bersama bintang-bintang dunia di Vissel Kobe. Mereka adalah Andres Iniesta, David Villa, dan Lukas Podolski.
Iniesta pernah berkata kepada saya, jadi dirimu sendiri dan bermain dengan percaya diri, maka semua akan baik. Itu sangat menginspirasi saya untuk terus menampilkan kepercayaan diri di lapangan.
“Iniesta pernah berkata kepada saya, jadi dirimu sendiri dan bermain dengan percaya diri, maka semua akan baik. Itu sangat menginspirasi saya untuk terus menampilkan kepercayaan diri di lapangan,” ucap Furuhashi dilansir laman FIFA.
Baca juga : "Neraka" Grup E hingga Detik Terakhir
Michale Stewart, legenda tim nasional Skotlandia, menilai, Furuhashi adalah alasan utama Celtic bisa bangkit dari periode terpuruk di musim 2019-2020. Furuhashi, menurut Stewart, adalah salah satu pembelian terbaik dalam sejarah klub.
"Ia adalah figur yang amat besar bagi tim Celtic saat ini. Energi yang ia bawa ke dalam tim sejak tiba sangat luar biasa," kata Steward.
Ketika banyak pihak memuji performanya, pemain berusia 28 tahun itu tidak ingin terlena. "Saya hanya berusaha untuk terus meningkatkan usaha saya. Itu adalah cara saya untuk membalas kepercayaan orang tua yang telah membiayai saya bermain sepak bola dan pendidikan saya selama ini," katanya terkait motivasi besarnya tampil lebih baik di setiap laga.
Baca juga : Kebangkitan dan Kebanggaan Asia
Setelah sukses membentuk tim dengan pemain Jepang, Celtic berencana melakukan pemusatan latihan sekaligus pencarian pemain-pemain belia di beberapa wilayah Jepang, musim panas ini.
Di sisi lain, tim Skotlandia lainnya, yaitu Heart dan Motherwell, telah merekrut pemain Jepang di musim ini. Hearts merekrut Yutaro Oda dari Vissel Kobe, sedangkan Motherwell mengontrak Riku Danzaki dari Consadole Sapporo.
Dari Skotlandia, para "samurai" mulai menapaki mimpi untuk menaklukan Eropa... (AFP)