Selang 12 tahun setelah SEA Games Jakarta Palembang 2011, Indonesia memiliki peluang meraih medali emas tenis beregu putri. Aldila Sutjiadi dan kawan-kawan akan menghadapi lawan paling tangguh, Thailand, pada final.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
PHNOM PENH, SENIN - Laga final beregu putri akan dijalani tim tenis Indonesia untuk pertama kalinya sejak SEA Games Jakarta Palembang 2011. Bekal berkompetisi dalam turnamen profesional membuat Aldila Sutjiadi dan kawan-kawan memiliki peluang mengalahkan Thailand, tim yang sering menggagalkan Indonesia meraih emas beregu putri.
Thailand, yang akan menjadi lawan di Marodok Techo National Stadium, pada Selasa (9/5/2023), menjadi lawan terberat tim putri Indonesia dari tiga pertandingan yang dijalani untuk mendapat emas. Pada semifinal melawan Kamboja, Senin, dan Filipina di babak pertama, Indonesia selalu menang 2-0.
Saat mengalahkan Kamboja, Priska Madelyn Nugroho, bahkan, menentukan kemenangan Indonesia 2-0 dengan kemenangan double bagel, 6-0, 6-0, atas Krusling Grace Anette. Priska menambah kemenangan yang didapat Aldila pada partai pertama atas KA Andrea Daravy, 6-4, 6-1.
Priska mengatakan, adaptasi dengan cuaca dan lapangan sudah semakin baik pada pertandingan saat melawan Kamboja. Apalagi, sebelum bergabung dengan rekan-rekannya untuk membela “Merah Putih” di SEA Games, Priska tampil pada turnamen ITF di lapangan tanah liat di Amerika, sepanjang April.
Proses adaptasi pula yang dinilainya menjadi faktor penting dalam menghadapi Thailand di final. “Thailand memang lawan paling tangguh di sini. Namun, saya optimistis, kami bisa mengalahkan mereka karena alam setiap turnamen, semakin banyak main, kami semakin kenal dengan kondisinya,” tutur Priska.
Aldila, juga, menilai, Thailand adalah lawan yang kuat. Thailand empat kali menang atas Indonesia dalam lima final terakhir antara kedua tim. Pertemuan terakhir terjadi pada final SEA Games 2011 yang dimenangi Thailand di hadapan publik Indonesia.
Kekuatan setiap pemain Thailand, dikatakan Aldila, merata hingga tim tersebut bisa menurunkan siapa pun di nomor mana pun. Thailand diperkuat dua pemain berperingkat ke-300-an dunia, yaitu Puangtarn Pilpuech dan Lanlana Tararudee, serta pemain senior, Luksika Khumkum.
Ini berbeda dengan Indonesia yang hampir dipastikan mengandalkan Aldila dan Priska pada nomor tunggal serta duet Beatrice Gumulya/Jessy Rompies pada ganda. “Meski demikian, saya rasa, peluang kami dengan Thailand berimbang pada setiap partai,” kata Aldila.
Meski demikian, saya rasa, peluang kami dengan Thailand berimbang pada setiap partai.
Di antara empat petenis Indonesia, Aldila menjadi pemain yang paling dimungkinkan untuk bermain pada tunggal dan ganda. Petenis berusia 28 tahun itu memiliki pengalaman tampil di ajang WTA 1000 dan Grand Slam. Bersama petenis Jepang, Miyu Kato, Aldila mencapai babak ketiga Grand Slam Australia Terbuka dan semifinal WTA 1000 Indian Wells pada tahun ini. Saat ini, Aldila menempati peringkat ke-31 dunia ganda.
Setelah bermain di SEA Games, Aldila akan kembali ke Eropa untuk mengikuti turnamen di Maroko dan Grand Slam Perancis Terbuka, 28 Mei-10 Juni.
Sementara, persaingan Indonesia dan Vietnam dalam semifinal harus dilanjutkan pada Selasa setelah terhenti beberapa kali karena hujan. Setelah cuaca panas hingga suhu 37 derajat Celsius membuat atlet kesulitan, Phnom Penh diguyur hujan menjelang sore hingga malam.
Indonesia melawan Vietnam pun diputuskan akan dilanjutkan Selasa pada partai ketiga, antara Christopher Rungkat/David Agung Susanto melawan Hoang Nam Ly/Van Phuong Nguyen. Skor di antara mereka adalah 2-2 saat pertandingan dihentikan.
Indonesia meraih poin pertama ketika Christopher mengalahkan Linh Giang Trinh 1-6, 7-5, 6-1. Petenis senior itu menang setelah menggagalkan match point lawan pada posisi 3-5 set kedua. Adapun pada partai kedua, Muhammad Rifqi Fitriadi kalah dari pemain terbaik Asia Tenggara, Hoang, 3-6, 5-7.
Dalam perebutan medali emas, Indonesia atau Vietnam akan berhadapan dengan Thailand yang mengalahkan Malaysia 2-0.