Menanti Sosok Monster ”King” James dan ”Chef” Curry
LeBron James dan Sephen Curry memang sempat menurunkan ego demi kemenangan tim. Meskipun begitu, versi dominan mereka sudah menanti di gim selanjutnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Seri semifinal Wilayah Barat antara Los Angeles Lakers versus Golden State Warriors sempat diperkirakan akan menjadi panggung adu dominasi antara LeBron James dan Stephen Curry. Namun, setelah nyaris setengah seri berlalu, dua wajah terbesar NBA dalam satu dekade terakhir itu justru menghindar dari lampu sorot utama.
”King” James, julukan sang megabintang Lakers, menunjukkan cara lainnya untuk mendominasi. Dia tidak menjadi pencetak poin terbanyak, tetapi mampu memperlihatkan penampilan terbaik sepanjang seri saat Lakers menang telak atas Warriors 127-97 dalam gim ketiga di Arena Crypto.com, Minggu (7/5/2023).
James tidak membuat satu tembakan pun selama 9 menit kuarter pertama. Hal itu baru pertama kali terjadi dalam kariernya, setelah 275 laga playoff sejak 2006. Tidak seperi dua gim awal, dia bermain sangat sabar dan tidak memaksakan untuk selalu menembak.
Pemain 38 tahun itu berprinsip mengumpan lebih dulu. Seringkali dia melakukan penetrasi hanya untuk menarik gravitasi pertahanan Warriors, lalu mengumpan ke rekannya di garis tiga angka. Gravitasi tersebut sukses memancing hujan tiga poin Lakers.
Lakers, salah satu tim terburuk dalam tembakan tiga angka, bisa mengungguli akurasi lemparan jauh Warriors yang punya para penembak jitu, seperti Curry dan Klay Thompson, 48,4 persen (15-31)-29,5 persen (13-44). Adapun rerata akurasi Lakers dalam dua laga sebelumnya tidak pernah lebih dari 30 persen.
Total, James menyumbang 21 poin, 8 rebound, dan 8 asis (terbanyak) selama bermain 32 menit. Dia tidak sekali pun kehilangan penguasaan atau membuat turnover. Hal paling menarik, dia bermain jauh lebih efektif untuk Lakers dengan raihan poin lebih sedikit dari gim 1 (22 poin) dan gim 2 (23 poin).
Curry meledak dengan raihan 40 poin atau 50 poin pada gim keempat. Dia hanya memedulikan kemenangan.
James hanya menembak 11 kali, terendah kedua sepanjang sejarah karier playoff. Namun, akurasi lemparan totalnya mencapai 54,5 persen, termasuk 50 persen dari garis tiga angka. Jumlah itu jauh lebih baik ketimbang rerata dua gim awal dengan akurasi keseluruhan 45,2 persen dan 25 persen dari tiga angka saat total menembak 21 kali per gim.
Hari terbaik
Pencetak angka terbanyak dalam sejarah NBA itu mengatakan, semua dilakukan demi kemenangan tim. Minggu tadi, tepat pada gim ketiga, merupakan hari spesial. Sebelum laga, anaknya, Bronny, baru dipastikan masuk ke Universitas California Selatan. Bronny turut menyaksikan langsung di Arena Crypto.com.
”Salah satu hari terbaik dalam hidup saya. Sangat bangga dengannya. Lebih spesial lagi karena dia adalah yang pertama dari keluarga kami untuk masuk universitas. Tidak peduli apa pun yang terjadi hari ini, saya tidak boleh kalah hari ini,” ujar James seusai membuat Lakers unggul 2-1 dalam seri ini.
James seakan belajar langsung dari kerendahan hati Curry. Pada gim 2, Jumat lalu, chef Curry terlebih dulu menurunkan egonya. Pemain yang dijuluki ”penembak terhebat di kolong langit” itu rela memerankan sosok pelayan untuk memfasilitasi rekan-rekannya. Dia menjadi pengumpan agar pertahanan Lakers terbuka.
Curry memang hanya menciptakan 20 poin dari 12 tembakan atau terendah sepanjang playoff musim ini. Namun, dia menciptakan 12 asis. Jumlah asis itu merupakan yang tertinggi sejak 2014. Berkat itu pula, Warriors menang mudah atas Lakers 127-100 pada gim 2.
Mirisnya, cara serupa tidak lagi bekerja di gim ketiga. Versi ”pelayan” Curry sudah dibaca oleh Lakers. Mereka mampu menutup ruang umpan dari Curry ke rekan-rekannya. Hasilnya, dia hanya berhasil menyumbang 3 asis selama bermain 32 menit.
Para pemain bertahan Lakers juga lebih waspada terhadap penembak lain yang menunggu di garis tiga angka. Thompson, misalnya, hanya mencetak 15 poin dengan akurasi tembakan tiga angka 33,3 persen (3-9). Dua hari lalu, dia menyumbang 30 poin dengan akurasi tiga angka hingga 72,7 persen (8-11).
Adapun versi ”pelayan” Curry tidak bisa selalu berhasil. Skema itu harus mengandalkan pemain lain untuk bisa mencetak angka. Artinya, penembak Warriors, antara lain Thompson dan Jordan Poole, harus bisa berada dalam kondisi terbaik agar usaha Curry tidak percuma.
Curry enggan mencari ”kambing hitam” kekalahan. Dia juga tidak mau menyalahkan wasit yang banyak memberikan tembakan bebas kepada Lakers. Pada laga tersebut, Lakers unggul jauh dalam percobaan tembakan bebas 37-17. Wasit sangat ringan meniup peluit ketika Warriors bertahan.
”Anda tidak bisa terganggu oleh hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan. Meskipun membuat frustrasi, ini adalah ujian yang harus dilalui setiap tim sepanjang seri. Kami tahu siapa kami dan apa yang mampu dilakukan. Kami selalu mengatakan hal ini setiap kalah,” ucap Curry.
Curry ”meledak”
Terlepas dari masalah ego, jangan kaget jika Curry meledak dengan raihan 40 poin atau 50 poin pada gim keempat. Dia hanya memedulikan kemenangan. Saat aksi individunya dibutuhkan, dia selalu siap mengeluarkan mode ”nuklir”. Seperti penampilan bersejarah di gim ketujuh versus Sacramento Kings (50 poin) pada seri sebelumnya dan gim keempat versus Boston Celtics (43 poin) di final musim lalu.
Hal sama berlaku untuk James. ”Sang Raja” telah mencium bau darah dengan keunggulan 2-1. Jika bisa menang lagi di kandang, dalam gim keempat, mereka hanya butuh satu laga untuk lolos ke final. Peraih empat cincin juara itu sangat paham, dirinya paling berpengalaman dalam momen kritis.
Seisi skuad Lakers akan sangat mengandalkannya. Seperti diketahui, James dikenal sebagai ahli gim eliminasi. Dia mencatat rerata 33,5 poin, 10,7 rebound, dan 7,5 asis dalam gim penentu kelolosan. Sosok monster itu sudah mengintai juara bertahan Warriors. (AP/REUTERS)