Pesta "Scudetto" Ketiga pada Pekan ke-33 yang Dinanti 33 Tahun oleh Napoli
Setelah tertunda pada pekan lalu, Napoli akhirnya meraih juara Serie A pada pekan ke-33. Itu adalah "scudetto" ketiga yang telah Napoli nanti sejak juara musim 1986/87 dan 1989/90 atau di era Diego Maradona.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
UDINE, JUMAT – Setelah tertunda karena ditahan imbang tim tamu Salernitana 1-1 dalam laga pekan ke-32, Minggu (30/4/2023), Napoli akhirnya meraih scudetto atau juara Serie A Liga Italia ketiganya saat bermain seri 1-1 dengan tuan rumah Udinese pada pekan ke-33, Jumat (5/5). Kesuksesan Napoli tak lepas dari strategi transfer yang jeli, pelatih yang mampu mengoptimalkan skuad, dukungan besar penggemar, dan aura sang legenda, Diego Maradona yang wafat tiga tahun silam. Performa ”Si Keledai Kecil” pun konsisten dan tak goyah dari puncak klasemen sejak pekan keenam.
Hari ini adalah puncak dari harapan yang sudah berlangsung selama 33 tahun. Ketika saya tiba (mengambil alih pada 2004), saya mengatakan butuh 10 tahun untuk kami masuk ke Eropa (2014) dan kami mewujudkannya lebih dini (ke Piala UEFA 2008/09 dan Liga Champions 2011/12). Lalu, saya mengatakan 10 tahun berikutnya untuk memenangi scudetto (2024) dan kami kembali merealisasikannya lebih cepat.
”Hari ini adalah puncak dari harapan yang sudah berlangsung selama 33 tahun. Ketika saya tiba (mengambil alih pada 2004), saya mengatakan butuh 10 tahun untuk kami masuk ke Eropa (2014) dan kami mewujudkannya lebih dini (ke Piala UEFA 2008/09 dan Liga Champions 2011/12). Lalu, saya mengatakan 10 tahun berikutnya untuk memenangi scudetto (2024) dan kami kembali merealisasikannya lebih cepat,” ujar Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis dilansir Football-Italia.
Usai wasit Rosario Abisso meniupkan pluit panjang tanda laga berakhir di menit ke-90+3, sontak para pemain pengganti, pelatih, dan ofisial Napoli di bangku cadangan berlari ke dalam lapangan. Mereka saling berpelukan dengan pemain-pemain yang berada di lapangan. Tak lama, menyusul para suporter dengan atribut biru langit yang menjadi warna kebanggaan Napoli berlari ke dalam lapangan.
Tak pelak, kandang Udinese, Stadion Friuli menjadi panggung pesta Napoli yang baru saja memastikan meraih scudetto ketiga sejak merebutnya pada musim 1986/87 dan 1989/90. Tambahan satu poin dari Udinese membuat Napoli mengumpulkan 80 poin dari 33 laga.
Napoli unggul 16 poin atas pesaing terdekatnya, Lazio di urutan kedua. Artinya, ”I Partenopei” tidak mungkin terkejar lagi dalam lima laga tersisa di musim ini. ”Ini perasaan yang luar biasa. Kami menunggu bertahun-tahun untuk momen yang tidak akan terlupakan ini,” kata ujung tombak Napoli Victor Osimhen yang membukukan gol ke gawang Udinese kepada DAZN dikutip Football-Italia.
Para pemain, pelatih, ofisial, dan penggemar Napoli larut dalam suka-cita. Mereka meneteskan air mata bahagia karena scudetto yang telah lama dinanti akhirnya balik ke Napoli, kota di selatan Italia. Pelatih Napoli Luciano Spalletti terlihat sangat emosional karena baru saja meraih trofi Serie A pertama sejak memulai karir pelatih pada 1994 dan merengkuhnya di kandang Udinese, mantan tim asuhan yang melambungkan namanya medio 2002-2005.
”Saya mendedikasikan ini untuk para pemain, untuk semua penggemar, untuk semua orang yang bekerja di sini, dan untuk keluarga ku,” ungkap Spalletti yang menjadi pelatih tertua yang memenangi Serie A pertamanya kepada DAZN.
Napoli berhasil memutus mata rantai scudetto yang dikuasai oleh tim-tim dari utara Italia dalam 22 tahun terakhir. Tidak ada wakil selatan Italia yang bisa juara sejak AS Roma merebutnya pada 2000/01. Terlepas dari adanya skandal calciopoli pada 2004/05 dan 2005/06, gelar itu direngkuh bergantian oleh tiga raksasa dari utara Italia, yakni Juventus, Inter Milan, dan AC Milan.
Kesuksesan Napoli cukup mengejutkan. Di awal musim, tidak ada yang memperkirakan ”Gli Azzurri” alias ”Si Biru” bisa meraih scudetto. Mereka berada di bawah hegemoni Milan yang berupaya mempertahankan status juara, Inter yang ingin balas dendam disalip Milan musim lalu, dan Juventus yang coba kembali menjadi penguasa Italia, mengulangi juara berturut-turut selama sembilan musim dari 2011/12 hingga 2019/20.
Bahkan, Napoli tidak lebih diunggulkan dibanding Roma yang bermodal pelatih kawakan Jose Mourinho dan baru mendatangkan sederet pemain bintang, antara lain penyerang Argentina Paulo Dybala, gelandang Belanda Georginio Wijnaldum, dan gelandang Serbia Nemanja Matic. Lagi pula, ”I Ciucciarelli” alias ”Si Keledai Kecil” hanya bertengger di urutan ketiga klasemen akhir musim lalu.
Akan tetapi, Napoli mampu mematahkan prediksi dari hitung-hitungan statistik oleh superkomputer tersebut. ”Kami adalah underdog di awal musim, tidak banyak yang percaya pada kami. Tetapi, tim tetap bersatu. Kami percaya kami memiliki skuad hebat yang bisa mempersembahkan scudetto. Semua mulai nyata sejak kami menang di Roma (1-0 atas tuan rumah Roma pada pekan ke-11). Itu kemenangan penting yang menambah kepercayaan diri karena Roma punya skuad hebat,” ucap Osimhen.
Ada hal-hal yang tidak terjangkau perhitungan teknologi yang menjadi kunci sukses ”I Partenopei”. Pertama adalah strategi transfer yang tidak biasa pada musim panas lalu. Mereka berani melepas pemain-pemain penting berusia senja, yaitu pemain sayap sekaligus kapten Lorenzo Insigne (31) dan penyerang Dries Mertens (35) yang sama-sama tidak diperpanjang kontrak.
Napoli pun menjual pemain-pemain bintang untuk penyegaran tim, seperti gelandang Fabian Ruiz (27) dilepas dengan mahar 23 juta Euro (Rp 372 miliar) ke Paris Saint-Germain dan bek Kalidou Koulibaly (31) dilego 38 juta Euro (Rp 615 miliar) ke Chelsea. Dari dana segar itu, ”Si Biru” membeli pemain yang masih hijau dengan sepak bola Italia, tetapi memiliki motivasi besar untuk membuktikan diri.
Para pemain baru itu, antara lain gelandang Khvicha Kvaratskhelia dengan mahar 11,5 juta Euro (Rp 186 miliar) dari Dinamo Batumi, gelandang Andre-Frank Zambo Anguissa 16 juta Euro (Rp 259 miliar) dari Fulham, dan bek Kim Min-jae 18 juta Euro (Rp 291 miliar) dari Fenerbahce. Selain itu, mereka bisa mempertahankan Osimhen dari godaan tim-tim besar Eropa.
Keberadaan Spalletti sebagai juru taktik yang menukangi Napoli sejak 29 Mei 2021 juga tidak bisa dinafikan. Pelatih berusia 64 tahun itu dikenal mampu mengoptimalkan skuad yang ada menjadi tim yang atraktif. Setidaknya, kejelian dia membawa Roma mengakhiri paceklik juara dengan merebut Piala Italia 2006/07 dan 2007/08, serta Piala Super Italia 2007 sehingga dirinya dinobatkan menjadi pelatih terbaik Serie A 2006/07. Padahal, waktu itu, Roma cuma berbekal pemain-pemain bebas transfer.
”Beberapa pihak memprotes tim musim panas lalu (karena kebijakan transfer) dan saya tidak suka itu. Saat saya mengatakan kami akan mengejar scudetto, orang-orang merasa saya sudah melewati batas (berlebihan). Tetapi, saya katakan akan mengeluarkan kemampuan maksimal dari para pemain dan membangun mentalitas untuk berjuang,” terang Spalletti.
Di sisi lain, ada pemain ke-12 alias suporter yang musim ini begitu antusias mendukung Napoli di dalam maupun luar lapangan. Penggemar Napoli yang dikenal dengan sebutan ”Napolitano” nyaris selalu memenuhi stadion ketika tim kesayangannya bermain kandang ataupun tandang. Napolitano tidak pernah mengkhianati timnya walau sempat terdegradasi ke Serie C karena bangkrut pada 2004.
Terakhir, pemain, pelatih, ofisial, dan para pendukung Napoli membaur menjadi satu oleh dekapan aura Maradona. Legenda asal Argentina itu sangat berarti untuk Napoli karena dia menjadi aktor utama tatkala ”Si Keledai Kecil” scudetto pada 1986/87 dan 1989/90.
Wafatnya Maradona pada 25 November 2020 memberikan energi yang tak kasat mata untuk Napoli meraih trofi Serie A musim ini, yang dirasakan pula oleh timnas Argentina dalam merengkuh juara Piala Dunia Qatar 2022. ”Para penggemar melihat permainan Maradona dan mungkin ada perlindungan (dari Maradona) yang terasa dalam kesuksesan ini,” tutur Spalletti.
Jalan laga
Dalam laga di Stadion Friuli itu, Napoli bermain lebih hati-hati. Mereka tidak terburu-buru untuk mencuri gol. Napoli sadar bahwa secara psikologi Udinese yang aman berada di papan tengah punya ambisi dan tanpa beban untuk menunda perayaan juara mereka.
Apa yang dikhawatirkan Napoli pun terjadi pada menit ke-13, saat gelandang Udinese Sandi Lovric berhasil membobol gawang mereka. Berawal dari permainan dari kaki ke kaki di depan kotak penalti Napoli, gelandang Udinese Lazar Samardzic melepas umpan terobosan lambung kepada pemain sayap kiri Destiny Udogie.
Sebelum berlari menembus kotak penalti, Udogie memberikan umpan matang kepada Lovric. Tanpa pengawalan berarti di kotak penalti, Lovric melesatkan tendangan keras ke sudut kanan atas gawang yang tidak bisa dijangkau kiper Napoli Alex Meret.
Usai gol itu, Napoli tetap belum bisa bermain lebih terbuka. ”I Partenopei” seolah demam panggung oleh bayang-bayang gelar juara yang ada di depan mata. Ditambah lagi, Udinese tidak menggendurkan tekanannya. ”Le Zebrette” alias ”Si Zebra Kecil” justru semakin bersemangat untuk menggandakan keunggulan.
Wajah Napoli yang selama ini dikenal beringas dengan permainan agresif, cepat, dan tidak kenal lelah nyaris tidak tampak sama sekali. ”Si Biru” bak tim semenjana yang berhadapan dengan tim raksasa. Mereka lebih banyak mengurung diri dengan menumpuk pemain di dalam kotak penalti dan sesekali coba membangun serangan balik yang tidak seberapa mematikan.
Beruntung pada menit ke-52, Osimhen bisa menyarangkan gol. Bermula dari sepak pojok pemain sayap Elif Elmas, bola liar dikontrol Anguissa dan melepaskan umpan tarik ke arah Kvaratskhelia yang berdiri bebas tak jauh dari kotak penalti
Tanpa pengawalan, Kvaratskhelia melesatkan tendangan terukuran persis dari garis kotak penalti. Kiper Udinese Marco Silvestri sejatinya bisa melakukan penyelamatan tetapi bola muntah jatuh di kaki Osimhen yang dengan tenang langsung menendang bola ke gawang yang kosong.
Pasca gol itu, barulah Napoli menemukan kembali kepercayaan diri yang sepenuhnya. ”Si Keledai Kecil” mengendalikan permainan dengan menciptakan sejumlah peluang berbahaya. Namun, ketangguhan bek dan penjaga gawang Udinese membuat kedudukan 1-1 tidak berubah. (AFP)