Menanti Penyelenggaraan Liga yang Konsisten
Kualitas Liga Indonesia jalan di tempat akibat inkonsistensi penyelenggaraan. Di musim 2023-2024, PSSI akan menggagas format kompetisi baru demi meningkatkan kualitas kompetisi.
Di era kompetisi kasta tertinggi, Liga 1, yang diputar sejak 2017 hanya tiga pelatih asing yang bisa mengantarkan empat tim berbeda menjadi kampiun. Uniknya, ketiga juru taktik impor itu mengangkat trofi juara yang berbeda.
Simon McMenemy, pelatih asal Skotlandia, membawa Bhayangkara FC juara pada Liga 1 edisi perdana mendapat trofi berbentuk piring. Wujud trofi itu serupa dengan piala ajang Community Shield di Inggris.
Pada tiga edisi berikutnya, pelatih asal Brasil, Stefano “Teco” Cugurra, membawa Persija Jakarta mengangkat trofi juara pada 2018, lalu di musim 2019 dan 2021-2022 giliran Bali United mengakhiri kompetisi di posisi puncak. Pada tiga kesempatan itu, Teco mengoleksi trofi berwarna emas yang berbentuk bara api.
Kemudian, ketika Bernardo Tavares, juru taktik berpaspor Portugal, mengakhiri dahaga juara liga PSM Makassar selama 23 tahun, ia mengangkat versi trofi yang berbeda pula. Tavares dan skuad PSM melakukan parade juara dengan membawa trofi berwarna perak yang memiliki dua pegangan berbentuk kepala garuda di kedua sisi tubuh trofi.
Baca juga : Lautan Manusia di Pesta PSM Juara Liga, dari Parepare hingga Makassar
Tiga kali perubahan bentuk trofi juara pada lima edisi Liga 1 menjadi potret pelaksanaan kompetisi sepak bola profesional di Indonesia masih jauh dari konsisten. Jika lebih didalami lagi berbagai aspek kompetisi, makin banyak bisa ditemukan wujud inkonsistensi itu.
Sebagai contoh, sejak pandemi Covid-19 yang menerjang pada 2020, tiga kasta Liga Indonesia hanya benar-benar rampung pada edisi 2021-2022. Pada edisi 2020, Liga 1 hanya berjalan tiga pekan, lalu Liga 2 baru menjalani laga pembuka. Sedangkan, Liga 3 belum sempat dimulai.
Pada kompetisi musim 2022-2023 yang sempat dihentikan akibat Tragedi Kanjuruhan, Liga 1 bisa diselesaikan tetapi dengan “cacat” tanpa adanya degradasi. Adapun Liga 2 dihentikan perjalanannya hanya bisa dijalankan sampai pertengahan musim reguler. Lebih parahnya lagi, Liga 3 putaran nasional tidak berputar sama sekali.
Perjalanan kompetisi yang tidak menentu menjadi bahan evaluasi yang disampaikan dua pelatih asing debutan di Liga Indonesia. Mereka adalah Leonardo Medina yang menukangi Persis Solo serta eks Pelatih Tim Nasional Indonesia yang kini menangani Persib Bandung, Luis Milla.
Baca Juga: Kemenangan PSM, Tanda Cinta di Kota Cinta
Medina, yang sempat menjadi staf pelatih tim juara Malaysia, Johor Darul Ta’zim, menilai, Indonesia memiliki hasrat dan semangat tinggi terhadap sepak bola. Untuk itu, ia berharap liga bisa berjalan lebih baik di musim 2023-2024, salah satunya mengenai perencanaan kompetisi.
Sementara itu, Milla berharap tidak ada lagi perubahan jadwal kompetisi yang mendadak berubah beberapa hari jelang laga. “(Penundaan) itu mengganggu program yang telah direncanakan tim pelatih,” katanya.
Format baru
Di bawah kendali Ketua Umum periode 2023-2027 Erick Thohir, PSSI menggagas untuk memperkenalkan format baru di musim 2023-2024 untuk menggantikan kompetisi Liga 1. Berbeda dengan Liga 1 yang juara ditentukan dengan poin tertinggi dalam sistem kompetisi penuh dua putaran, pada Liga Indonesia musim mendatang, juara bakal disematkan kepada tim yang memenangi laga play-off.
Duel play-off itu melibatkan empat tim peringkat teratas di musim reguler. Format itu seperti membangunkan kembali romansa penentuan juara yang prestise dilangsungkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Baca Juga: Paceklik Gelar 23 Tahun, PSM Makassar Juara BRI Liga I
Selain itu, kompetisi Liga 2 dan Liga 3 pun akan diubah namanya menjadi Liga Nusantara. Format untuk dua kompetisi itu bakal ditentukan PSSI setelah membentuk operator kompetisi baru. Alhasil, Liga Nusantara akan memisahkan diri dari PT Liga Indonesia Baru yang menyelenggarakan kompetisi kasta tertinggi.
PSSI juga berencana membangkitkan kembali piala liga yang bertajuk Piala Presiden. Erick mengatakan, Piala Presiden itu akan menjadi kesempatan tim-tim di divisi bawah untuk bertarung dengan tim-tim terbaik di Tanah Air.
Direktur Utama Persib Bandung Teddy Tjahjono mengungkapkan, PSSI memberikan dua opsi format kompetisi untuk musim 2023-2024. Format kompetisi yang mengadakan babak play-off untuk menentukan kampiun lebih disukai dan disepakati oleh 18 klub kontestan. Lainnya, PSSI menawarkan gagasan kompetisi berjalan dengan tiga wilayah.
Terobosan pengurus baru PSSI dianggap menarik dan diapresiasi oleh perwakilan 18 klub. Kita bisa menyaksikan laga menarik di babak empat besar yang bisa meningkatkan nilai kompetisi.
“Terobosan pengurus baru PSSI dianggap menarik dan diapresiasi oleh perwakilan 18 klub. Kita bisa menyaksikan laga menarik di babak empat besar yang bisa meningkatkan nilai kompetisi,” ucap Teddy.
Baca juga Kompaspedia : Liga Indonesia : Sejarah, Penyelenggara, Tim Juara, dan Pemain Terbaik
Alih-alih mengotak-atik format kompetisi, Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali menekankan, pengurus baru PSSI untuk lebih mengutamakan perjalanan kompetisi yang penuh komitmen, terutama pelaksanaan jadwal dan regulasi kompetisi yang dijalankan secara konsisten. Ia menyebut setelah Tragedi Kanjuruhan sebanyak 10 laga Liga 1 mengalami penundaan yang disebabkan tidak mendapat izin keramaian dari kepolisian.
“Jangan lagi kompetisi sekedar jalan, sehingga perlu adanya kolaborasi bersama PSSI, PT LIB, pemerintah, dan kepolisian. Sepak bola Indonesia tidak akan maju apabila liga tidak dikelola dengan benar,” ujar Akmal.
CEO Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia M Hardika Aji menambahkan, konsistensi aturan amat dibutuhkan untuk pelaksanaan kompetisi yang berkualitas. Ia berharap pemain bisa dilibatkan pula dalam penentuan sejumlah kebijakan untuk kompetisi.
Bongkar pasang
Dengan rencana perubahan format baru, Liga Indonesia menjadi kompetisi di Asia Tenggara yang paling konsisten melakukan bongkar pasang format liga. Sejak penyatuan Liga Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia edisi 1994-1995 telah terjadi tiga kali perubahan tajuk kompetisi yang diikuti perombakan format.
Baca juga : Utopia Peningkatan Kualitas Liga 1
Berkaca kepada tiga pesaing utama di Asia Tenggara, yaitu Thailand, Vietnam, dan Malaysia, mereka sudah menjalani format kompetisi saat ini lebih dari 10 musim. Liga 1 Thailand sudah menggunakan format kompetisi penuh sejak 2009, lalu Liga Super Malaysia telah bergulir sejak 2004, serta Liga Vietnam menggunakan format saat ini sejak edisi 2012.
Konsistensi format kompetisi itu berimbas pula pada kualitas tim. Ketiga liga itu memiliki jatah langsung menembus fase grup Liga Champions Asia dalam beberapa musim terakhir, sedangkan Indonesia hanya menggenggam satu jatah ke babak kualifikasi kompetisi antarklub terelite di Asia itu. Padahal, pada durasi 2004 hingga 2011, Indonesia memiliki satu wakil di babak penyisihan Liga Champions Asia.
Semoga rancangan pembenahan kompetisi yang digagas pengurus PSSI saat ini bisa menghadirkan perjalanan kompetisi yang konsisten. Jika tidak, Liga Indonesia akan semakin tertinggal di Asia, bahkan Asia Tenggara.