Kekalahan Telak dari AC Milan Membuka Celah Kerapuhan Napoli
Secara mengejutkan, Napoli dihajar 0-4 oleh tim tamu AC Milan pada pekan ke-28 Serie A Liga Italia. Kekalahan itu membuka celah besar kelemahan Napoli yang bisa menjadi pil pahit di akhir musim kalau tidak diperbaiki.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
NAPOLI, SENIN – Napoli boleh saja tetap kokoh di puncak klasemen Serie A Liga Italia. Namun, kekalahan telak 0-4 dari juara bertahan Serie A AC Milan dalam laga pekan ke-28, Senin (3/4/2023) telah mencoreng kedigdayaan Napoli sepanjang musim ini. Bahkan, hasil itu cukup untuk membuka kotak pandora kerapuhan ”Si Keledai Kecil” yang bisa menjadi pil pahit di akhir musim.
”Milan memiliki performa yang luar biasa. Mereka memulai pertandingan dengan sangat kuat dan mampu memanfaatkan semua peluang yang kami berikan ketika kami lengah. Mereka menggunakan setiap ruang itu dengan cerdik,” terang pelatih Luciano Spalletti kepada DAZN dilansir Football-Italia usai laga tersebut.
Napoli benar-benar dipermalukan oleh Milan dalam laga tersebut. Meski bermain dengan dukungan penuh para penonton di kandang sendiri, Stadion Diego Armando Maradona dan mendominasi permainan, Napoli justru tidak mampu menembus ketat dan displinnya lini belakang, serta ketangguhan kiper Mike Maignan di bawah mistar gawang Milan. Sebaliknya, dari skema serangan balik, Milan seperti sangat mudah untuk menceploskan satu per satu bola ke jala gawang Napoli.
Keempat gol Milan itu dilesatkan oleh pemain sayap kiri Rafael Leao di menit ke-17 dan ke-59, pemain sayap kanan Brahim Diaz di menit ke-25, dan pemain sayap kanan pengganti, Alexis Saelemaekers di menit ke-67. Semua gol itu lahir dari skill individu pemain ”I Rossoneri” alias ”Si Merah-Hitam” yang bisa menari-nari melewati pengawalan ataupun menyelinap menembus benteng pertahanan Napoli yang musim ini dikenal sangat tangguh.
”Kami tahu ini adalah pertandingan penting menghadapi tim hebat yang menjalani musim ini dengan luar biasa. Kami mendengar beberapa hal yang dikatakan orang di luar Milan yang memberi kami dorongan energi ekstra untuk mendapatkan hasil positif,” ujar Rafael Leao.
Catatan negatif
Secara keseluruhan, dua catatan negatif Napoli terungkap dalam laga tersebut. Pertama, mereka tampak kesulitan membukukan gol karena absennya ujung tombak andalan, Victor Osimhen yang mengalami cedera robek otot abduktor. Gelandang serang Napoli yang disebut sebagai ”Maradona dari Georgia”, Khvicha Kvaratskhelia ternyata tidak bisa bekerja sendirian.
Osimhen dan Kvaratskhelia sudah terlanjur menjadi satu paket di lini depan Napoli. Keduanya adalah duet maut yang berkontribusi melahirkan sekitar 66 persen dari total 91 gol Gli Azzurri alias ”Si Biru” di semua kompetisi musim ini, dengan rincian Osimhen menyumbang 25 gol dan 5 asis dari 29 laga dan Kvaratskhelia 14 gol dan 16 asis dari 31 laga.
Kedua, Napoli yang buas seperti singa lapar ternyata bisa dijinakkan oleh tim yang jarang menguasai bola. Dari tiga kekalahan di Serie A musim ini, sering kali, transisi dari menyerang ke bertahan I Partenopei berantakkan sehingga gelandang bertahan dan bek mereka mudah diobok-obok, terutama oleh pemain lawan yang cepat dan punya kemampuan mengecoh.
Milan memiliki performa yang luar biasa. Mereka memulai pertandingan dengan sangat kuat dan mampu memanfaatkan semua peluang yang kami berikan ketika kami lengah.
Dalam laga menjamu Milan, Napoli kalah oleh tim tamu yang hanya menguasai bola 39 persen dengan jumlah umpan 376 dan tingkat akurasi 77 persen. Kendati demikian, Milan sangat efektif saat menguasai bola, yakni membuat 14 tendangan dengan delapan yang tepat sasaran ke gawang.
Sebelumnya, Napoli kalah 0-1 dari tim tamu Lazio pada pekan ke-25, Sabtu (4/3). Dalam laga itu, Lazio cuma menguasai bola 35 persen dengan jumlah umpan 402 dan tingkat akurasi 78 persen. Di sisi lain, ”Si Elang” hanya menciptakan lima tendangan dengan dua tepat sasaran ke gawang.
Hal yang sama terjadi ketika Napoli takluk 0-1 dari tuan rumah Inter Milan pada pekan ke-16, Kamis (5/1). Walau bermain di kandang, ”Si Ular Besar” cuma menguasai bola 36 persen dengan jumlah umpan 338 dan tingkat akurasi 79 persen. Mereka hanya melepaskan enam tendangan dengan satu tepat sasaran ke gawang.
”Penampilan kami berada di bawah level kami yang biasanya. Keinginan para pemain untuk membalikkan kedudukkan malah menimbulkan lebih banyak ruang yang bisa dimanfaatkan oleh Milan. Kami coba memaksakan umpan ke depan tanpa kualitas seperti biasanya dan kami terlalu sering kehilangan bola. Kami meninggalkan sejumlah ruang di antara lini,” kata Spalletti.
Tanpa ada perubahan berarti, dua catatan negatif itu bisa mengubah angan-angan Napoli bermimpi indah di akhir musim ini justru menjadi mimpi buruk. Dua catatan itu bisa menjadi kisi-kisi calon lawan mereka di Serie A maupun Liga Champions untuk kembali menumbangkan mereka.
Meski berpeluang besar menjuarai Serie A musim ini, segala sesuatu yang tidak diinginkan masih bisa melanda Napoli dalam 10 laga yang tersisa. Kini, Napoli tetap di puncak klasemen dengan 71 poin dari 28 laga. Napoli unggul cukup jauh atas Lazio di peringkat kedua, yakni 16 poin.
Akan tetapi, kalau kalah enam kali lagi, itu bisa menjadi celah para pesaing mengudeta posisi Napoli dan memupus angan merengkuh trofi Serie A ketiga di musim ini pasca musim 1986/87 dan 1989/90. Apalagi dalam 10 pekan ke depan, ”Gli Azzurri” akan menjamu tim underdog Hellas Verona pada pekan ke-30. Selang sepekan, mereka bakal melawan tuan rumah Juventus.
Kemudian, Napoli menghadapi tim underdog lainnya, Udinese pada pekan ke-33, menjamu kekuatan tradisional Italia, Fiorentina pada pekan ke-34, dan menjalani laga besar menjamu Inter pada pekan ke-36. Pada pekan ke-38 atau pekan pamungkas, mereka meladeni kekuatan tradisional Italia lainnya, Sampdoria.
Di kompetisi lainnya yang masih mereka mainkan, yaitu Liga Champions, Napoli akan mengarungi dua laga perempat final kontra Milan. Namun, kekalahan telak 0-4 dari Milan dalam laga pekan ke-28 itu menjadi alarm bahwa Napoli tidak bakal gampang untuk terus menjejakkan tinta emas pada lembaran buku sejarah mereka pada kompetisi terelite antar klub ”Benua Biru” tersebut.
”Kekalahan itu membuktikan bahwa kami tidak mendapatkan undian berhadiah saat dipastikan bertemu Milan di perempat final Liga Champions. Orang-orang tampaknya mengira Milan adalah lawan yang mudah disingkirkan. Namun, sekarang, mereka bisa melihat bahwa itu tidak benar,” tutur Spalletti.
Semakin percaya diri
Sebaliknya, kemenangan sensasional itu semakin menumbuhkan kepercayaan diri Milan untuk mewujudkan target realistis musim ini, yakni bertengger di empat besar klasemen akhir guna meraih tiket ke Liga Champions musim depan. Paling tidak, poin penuh atas Napoli membawa Il Diavolo alias ”Si Setan” merangkak dari urutan keempat menjadi peringkat ketiga dengan 51 poin dari 28 laga.
Milan berselisih empat poin di bawah Lazio dan unggul satu poin masing-masing atas Inter di urutan keempat dan AS Roma di peringkat kelima. Mereka terus menjaga asa bersaing menjadi salah satu tim empat besar yang diprediksi sengit hingga akhir musim.
"Ini baru langkah pertama. Masih banyak pertandingan lainnya yang tersisa dan kami harus memiliki sikap yang sama. Kami membuang banyak peluang (poin) di masa lalu (pekan-pekan yang lalu). Ini kemenangan yang bagus, tetapi ini hanya satu pertandingan,” ujar pelatih Milan Stefano Pioli.
Kemenangan mengejutkan itu pun membuat Milan lebih optimis menatap dua laga perempat final Liga Champions melawan Napoli. Boleh jadi, ini momentum yang tepat untuk I Rossoneri kembali mencapai semifinal Liga Champions sejak mereka menjadi juara Eropa pada musim 2006/07.
”Apa pun hasil malam ini, itu tidak akan memengaruhi hasil Liga Champions yang punya pengalaman, atmosfer, dan segalanya yang berbeda. Namun, hasil ini memungkinkan kami untuk mempelajari pertandingan dan melihat di mana kami bisa melakukannya dengan baik atau bisa melakukannya lebih baik lagi,” kata Pioli.