Komunitas Sepak Bola Palembang Tolak Kehadiran Israel
Komunitas sepak bola Palembang, salah satu kandidat kota tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, menolak kehadiran Israel ke ajang dua tahunan itu. Sebab, Israel adalah negara yang melakukan penjajahan kepada Palestina.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH, RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Jelang perhelatan Piala Dunia FIFA U-20 2023, komunitas sepak bola Palembang, Sumatera Selatan, yang menjadi salah satu kandidat kota tuan rumah ajang dua tahunan itu menolak kehadiran tim nasional Israel di ”Bumi Sriwijaya”. Penolakan itu didasari oleh aksi penjajahan yang dilakukan Israel kepada Palestina sebagaimana invasi Rusia terhadap Ukraina.
Penolakan ini adalah upaya menuntut keadilan ke FIFA agar konsisten memberikan sanksi kepada negara yang melakukan praktik penjajahan. Kemarin, FIFA mencoret Rusia dari Piala Dunia Qatar 2022 karena invasi mereka ke Ukraina. Maka dari itu, FIFA seharusnya turut mencoret Israel dari Piala Dunia U-20 karena penjajahan mereka kepada Palestina.
”Penolakan ini adalah upaya menuntut keadilan ke FIFA agar konsisten memberikan sanksi kepada negara yang melakukan praktik penjajahan. Kemarin, FIFA mencoret Rusia dari Piala Dunia Qatar 2022 karena invasi mereka ke Ukraina. Maka dari itu, FIFA seharusnya turut mencoret Israel dari Piala Dunia U-20 karena penjajahan mereka kepada Palestina,” tegas Ariyadi Eko Neori, mantan ketua umum kelompok suporter Sriwijaya FC, Singa Mania 2015-2020, saat ditemui di Palembang, Jumat (24/3/2023).
Ariyadi mengatakan, komunitas sepak bola Palembang, terutama yang tergabung dalam kelompok suporter Sriwijaya FC sudah sepakat menolak kehadiran Israel berpartisipasi pada Piala Dunia U-20. Minimal, mereka berharap Israel tidak bermain di Palembang kalau memang Palembang terpilih sebagai salah satu kota tuan rumah ajang tersebut.
Bagi mereka, isu Israel bukan soal agama, melainkan mengenai aksi penjajahan mereka terhadap Palestina. ”Kalau sampai Israel main di Palembang, kami siap untuk memboikot kehadiran mereka. Minimal, latihan dan pertandingan mereka akan mendapatkan tekanan hebat dari komunitas sepak bola di sini,” tegasnya.
Menurut Ariyadi, penolakan itu bukan mereka tujukan kepada pemerintah ataupun PSSI, melainkan kepada FIFA. Sebab, mereka menyadari segala kebijakan untuk Piala Dunia U-20 ada di tangan FIFA. ”Namun, kami berharap pemerintah ataupun PSSI mendengar keluhan masyarakat. Sebab, Indonesia adalah negara mayoritas Islam yang pasti memiliki rasa solidaritas kepada Palestina yang ditindas Israel. Kalau sampai keluhan itu tidak didengar, pasti para LSM Islam yang ada di Indonesia akan bergerak bersama untuk menyuarakan penolakan mereka,” katanya.
Terlepas dari itu, kata Ariyadi, mereka tidak ingin penolakan tersebut menggagalkan Palembang dan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Sebab, mereka sangat ingin menjadi bagian sejarah dari ajang itu, terutama bisa menyaksikan langsung aksi tim-tim dunia walau memang masih kelompok usia yunior. ”Sekali lagi, penolakan itu bukan untuk mencoreng citra Indonesia, melainkan kritik kepada FIFA agar lebih adil dalam bersikap kepada negara-negara penjajah,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menuturkan, pihaknya memilih menunggu arahan ataupun kebijakan dari pemerintah pusat. Sebab, isu Israel adalah ranah dari kebijakan negara. ”Kami di daerah tentu akan mengikuti kebijakan yang diperintahkan negara,” tuturnya.
Di sisi lain, Herman menyampaikan, pihaknya tidak bisa banyak berkomentar karena belum tentu terpilih sebagai salah satu kota tuan rumah Piala Dunia U-20. Apalagi ada info bahwa dua dari enam kandidat kota tuan rumah ajang itu akan dicoret. ”Jadi, kami tidak mau teriak-teriak karena belum tentu kita terpilih. Kami tidak mau menggaruk-garuk diri kalau tidak gatal. Intinya, kita jangan memperkeruh suasana kalau belum ditunjuk,” ujarnya.
Kendati demikian, kata Herman, pihaknya tetap optimis Palembang bisa terpilih sebagai salah satu kota tuan rumah Piala Dunia U-20. Sebab, secara keseluruhan, kesiapan fisik di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, dan empat lapangan latihan yang disiapkan sudah mencapai 99 persen.
Dari inspeksi terakhir oleh tim verifikasi FIFA di Palembang, Kamis (23/3/2023), catatan untuk daerah itu hanya menyisakan sejumlah kekurangan minor. ”Kekurangannya seperti pemotongan pagar penonton (untuk kenyamanan pandangan penonton) dan sedikit mengubah alur tangga tribune (untuk akses keluar-masuk penonton),” ujar Herman.
Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya seusia acara pelepasan pasukan TNI AD untuk bertugas ke Papua dan Papua Barat, Jumat, turut menegaskan, isu Israel masuk dalam ranah kebijakan pemerintah pusat. Untuk itu, daerah belum bisa berkomentar sebelum ada keputusan dari negara.
Adapun Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Brigadir Jenderal (Pol) M Zulkarnain menjelaskan, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia telah melakukan inspeksi di Stadion Gelora Sriwijaya untuk mengukur tingkat keamanan di dalam dan di luar stadion. Keamanan yang dimaksud terkait pintu masuk dan keluar serta kapasitas stadion. ”Ini untuk memastikan akses keluar-masuk stadion sudah sesuai dengan standar,” katanya.
Tidak hanya itu, Zulkarnain mengatakan, personel yang akan bertugas juga telah dilatih sesuai standar FIFA di mana mereka tidak menggunakan seragam kepolisian, tetapi menggunakan pakaian sipil dan memantau pergerakan penonton di tribune. ”Cara ini sudah digunakan di beberapa negara maju dan kita akan mulai terapkan di Palembang pada penyelenggaraan Piala Dunia,” katanya.