Persiapan Indonesia untuk Piala Dunia U-20 2023 terganggu dengan polemik keikutsertaan Israel. Sikap politik luar negeri negara perlu dihormati bersamaan dengan menjunjung tinggi ”fair play” di bidang olahraga.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara kawasan Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ) di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (23/3/2023). Sejak Oktober 2022, delegasi FIFA sudah empat kali meninjau stadion yang akan dijadikan salah satu tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tersebut. Inspeksi terakhir tersebut menentukan terpilihnya stadion ini menjadi salah satu tempat penyelenggaraan.
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang pembukaan Piala Dunia U-20 2023 pada 20 Mei mendatang, atau 57 hari lagi, beragam masalah masih menyelimuti persiapan Indonesia. Polemik terkait penolakan keikutsertaan Israel telah memenuhi ruang publik yang berpeluang memberikan citra buruk bagi Indonesia sebagai tuan rumah turnamen sepak bola kelas dunia itu.
Penolakan terhadap Israel itu juga telah disampaikan sejumlah pihak, salah satunya Gubernur Bali I Wayan Koster. Melalui surat bernomor T.00.426/11470/SEKRET yang ditandatangani Koster kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, Pemerintah Provinsi Bali menolak tim Israel U-20 berlaga di ”Pulau Dewata”, tepatnya Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, pada Piala Dunia U-20 2023.
Padahal, penunjukan Bali bersama Jakarta, Bandung (Jawa Barat), Surakarta (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), dan Palembang (Sumatera Selatan) telah ditentukan ketika Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengajukan diri sebagai tuan rumah pada 2019 lalu. Kepala daerah dari enam kota itu pun telah menandatangani perjanjian kota tuan rumah (host city agreement) yang menjadi salah satu dokumen wajib untuk dilampirkan pada pendaftaran sebagai tuan rumah turnamen FIFA.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani surat deklarasi pemerintah (government declaration) yang berisi jaminan bagi pemenuhan hak seluruh kontestan di turnamen Piala Dunia U-20. Surat itu ditujukan kepada Presiden FIFA.
Perwakilan FIFA inspeksi terakhir kesiapan Piala Dunia U-20 di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ), Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (23/3/2023). Sejak Oktober 2022, delegasi FIFA sudah empat kali meninjau stadion yang akan dijadikan salah satu tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tersebut. Inspeksi terakhir tersebut menentukan terpilihnya stadion ini menjadi salah satu tempat penyelenggaraan.
”(Negara tuan rumah) menggaransi lagu kebangsaan setiap tim yang berkompetisi bisa dimainkan sebelum sepak mula di setiap laga dan sebelum dan selama agenda atau upacara berkaitan kompetisi. Begitu pun, bendera nasional setiap tim bisa dipasang di dalam stadion tanpa ada diskriminasi,” bunyi surat deklarasi pemerintah yang tersedia di laman FIFA.
Israel pun lolos ke Piala Dunia U-20 2023 dengan predikat peringkat kedua Piala Eropa U-19 2022. Piala Dunia U-20 2023 adalah putaran final turnamen FIFA perdana yang diikuti Israel.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan, polemik terkait Israel telah menjadi ranah politik yang ditangani langsung pemerintah, terutama Kementerian Luar Negeri. Adapun PSSI, lanjutnya, bertanggung jawab untuk menyiapkan turnamen yang sukses dan tim nasional yang bisa bersaing di ajang internasional tersebut.
PSSI fokus pada penyelengaraan dan mempersiapkan timnas. Urusan politik menjadi tanggung jawab pemerintah.
”PSSI fokus pada penyelengaraan dan mempersiapkan timnas. Urusan politik menjadi tanggung jawab pemerintah,” kata Erick.
Stadion Manahan yang akan digunakan untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (20/3/2023). Hingga saat ini, fasilitas pendukung enam stadion, yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Jakabaring (Palembang), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), Stadion Manahan (Solo), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya), dan Stadion Kapten I Wayan Dipta (Gianyar, Bali), mulai disiapkan untuk gelaran sepak bola bertaraf internasional.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali menilai, penolakan itu adalah hal yang wajar dalam negara demokrasi. Apalagi ketidaksetujuan kehadiran Israel didasari Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 3 Tahun 2019 tentang Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah.
Namun, kata Akmal, keikutsertaan Israel di Piala Dunia U-20 berdasarkan babak kualifikasi yang telah disahkan oleh FIFA dan disetujui tahapannya oleh seluruh anggota FIFA. Alhasil, Israel berkontestasi di Indonesia bukan berdasarkan keputusan politik.
”Saat mengajukan diri sebagai tuan rumah risiko Israel bisa lolos juga sudah disepakati bersama,” kata Akmal di Jakarta, Kamis (23/3/2023).
Lebih lanjut, Akmal mengatakan, atlet Israel juga sudah beberapa kali hadir mengikuti turnamen internasional di Indonesia, seperti Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2015 dan Balap Sepeda UCI Track Nations 2023. Di sisi lain, ia mengingatkan, belum ada preseden penolakan tuan rumah turnamen FIFA terhadap salah satu kontestan, tetapi dampak penolakan itu bisa berkaca pada pencoretan Malaysia sebagai tuan rumah Kejuaraan Dunia Para Renang 2019.
Ketua Panitia Penyelenggara Piala Dunia FIFA U-20 2023 Erick Thohir saat memimpin pengecekan Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk Piala Dunia FIFA U-20 2023 di Jakarta, Senin (13/3/2023).
Kala itu, Malaysia menolak kehadiran perenang Israel sehingga Komite Internasional Paralimpik (IPC) mengganti Malaysia dengan Inggris sebagai tuan rumah. ”Jadi, perlu dipahami dalam-dalam agar kita bisa adil untuk membedakan kepentingan politik dan keputusan olahraga,” ucap Akmal.
Fajar Junaedi, pengamat budaya sepak bola, menilai, ada persoalan yang berkelindan dalam keikutsertaan Israel di Piala Dunia U-20. Mulai dari aturan FIFA hingga sikap Pemerintah Indonesia yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
”Jalan terbaik adalah PSSI bersama FIFA dan pemerintah harus duduk bersama mencari solusi persoalan ini. Pertimbangan konstitusi dan fair play dalam ranah politik, ekonomi, dan olahraga perlu menjadi pertimbangan utama,” ujar Fajar.
Inspeksi akhir
Terkait penyelenggaraan, PSSI bersama tim FIFA telah memulai inspeksi enam stadion dan kota tuan rumah, Rabu (22/3/2023) kemarin. Tim FIFA terdiri dari 18 orang yang terdiri dari sejumlah departemen, di antaranya kompetisi, keselamatan dan keamanan, serta media.
FIFA saat pengecekan kesiapan Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (25/2/2023), untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Surabaya termasuk dalam enam kota penyelenggara turnamen bersama Palembang, Jakarta, Bandung, Solo, dan Gianyar (Bali).
Inspeksi dimulai di Jakarta, Rabu (22/3/2023), lalu berakhir di Bali, Senin (27/3/2023). Kehadiran tim FIFA di Bali juga untuk mempersiapkan agenda pengundian grup babak penyisihan, 31 Maret mendatang, serta memulai sejumlah agenda promosi turnamen yang bakal dilaksanakan, 1-2 April.
”FIFA melakukan pengecekan terakhir semua lokasi turnamen dan memberikan masukan secara detail untuk melengkapi persiapan sebelum turnamen dimulai,” kata Kepala Operasi Komite Penyelenggara Lokal (LOC) Piala Dunia U-20 2023 Ronny Suhatril.