Prastawa tengah berada dalam laju performa terbaik setelah 10 musim berkarier di liga profesional. Dia menjadi calon terkuat peraih MVP IBL 2023.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Point guard Pelita Jaya Bakrie Jakarta Andakara Prastawa Dhyaksa (30) menjalani pekan cemerlang pada Liga Bola Basket Indonesia atau IBLS seri Surakarta, 25 Februari-4 Maret. Hasil pekan itu cukup untuk mencerminkan dirinya adalah pemain lokal terbaik di liga hingga separuh musim berlalu. Konsistensinya mencapai level tertinggi.
Berakhirnya seri 4 di Sritex Arena menandai separuh musim reguler IBL 2023. Perubahan di puncak klasemen terjadi dalam seri ini. Pelita Jaya (13 kali menang, 2 kali kalah) sukses mengudeta Satria Muda Pertamina Jakarta (13-1) setelah menyapu bersih 4 pertandingan di Surakarta.
Pelita Jaya berjaya berkat penampilan memukau Prastawa. Sang kapten tim tampil impresif sepanjang seri dengan menyumbang rerata 20,7 poin, 5 rebound, 4,2 asis, dan 2,2 steal tiap gim. Dia terlalu berbahaya dari area luar, memasukkan 3,7 kali lemparan tiga angka per laga dengan akurasi hingga 38 persen.
Pekan cemerlang Prastawa disempurnakan dengan pemecahan rekor 2.000 poin di IBL. Akumulasi poin tercatat sejak IBL kembali menjadi operator liga, pada 2016. Momen bersejarah itu terjadi saat dia menyumbang 29 poin dalam kemenangan Pelita Jaya atas Bali United 86-76, Selasa (28/2/2023).
Pemain berjuluk ”Stephen Curry Indonesia” itu dipuji selangit oleh Pelatih Bali United Anthony Garbelotto. Katanya, Pelita Jaya sangat beruntung memiliki pemain yang mampu menjadi pembeda di lapangan. ”Kami bisa menang di gim itu, jika bukan karena Prastawa,” tutur mantan pelatih tim nasional Inggris itu.
Prastawa, guard andalan timnas Indonesia, tidak hanya cemerlang dalam statistik. Dia benar-benar memimpin tim dalam momen krusial. Seperti di laga terakhir pada seri Surakarta, Sabtu. Dia mencetak 9 poin beruntun pada awal kuarter keempat, saat skor 55-50, untuk membuat Pelita Jaya berlari dari kejaran Evos Thunder Bogor.
Penampilan Prastawa di Solo adalah puncak dari konsistensinya sepanjang musim ini. Peraih emas SEA Games 2022 bersama tim nasional Indonesia itu itu adalah pemain lokal paling produktif sampai saat ini dengan total 254 poin. Dia juga yang terbaik dalam catatan rerata asis (4,87) dan steal (2,75).
Prastawa pun berpotensi besar meraih gelar individu Most Valuable Player (MVP) IBL untuk pertama kali dalam kariernya. Pada musim-musim sebelumnya, dia hanya berhasil menjadi nominasi MVP. Gelar prestisius itu akan melengkapi portofolio sang ”bocah ajaib”.
Menurut Prastawa, pencapaian 2.000 poin sangat berkesan dan layak dikenang. Namun, dia tidak punya banyak waktu untuk fokus terhadap prestasi individu, termasuk mengincar MVP. ”Saya masih ingin mengejar pencapaian tim. Masih banyak yang harus diperbaiki,” ujarnya.
”Konsistensi (tim) jelas hal utama. Kami harus bisa lebih konsisten terutama saat unggul. Biasanya setelah unggul pertahanan mulai kendor. Pilihan saat menembak juga harus lebih bijak lagi. Saya berharap, kami bisa unggul dari awal sampai akhir. Tidak dikejar terus seperti yang terjadi belakangan ini,” lanjutnya.
Wajar saja jika kacamata Prastawa hanya tertuju ke trofi juara. Dia belum pernah meraih juara bersama Pelita Jaya sejak pindah dari Stapac Jakarta pada 2018. Dia menjadi kapten tim ketika Pelita Jaya kalah beruntun dari Satria Muda dalam dua final IBL terakhir.
Di sisi lain, sinar Prastawa tidak terlepas dari kepercayaan sang pelatih asing asal Serbia, Djordje Jovicic. Peraih tiga gelar beruntun kontes tiga angka itu (2017-2019) itu menjadi pusat sistem Pelita Jaya. Dia menjadi eksekutor sekaligus fasilitator dalam tim. Terlihat dalam sumbangan poin dan asis yang merupakan terbanyak di Pelita Jaya.
Putra pelatih legendaris Rasfafari Horongbala itu diberi kebebasan menembak. Dia mencatat rerata 15 kali percobaan tembakan, terbanyak di tim. Tidak ada satu pemain lokal pun yang melebihi itu. Hanya forward Dewa United Banten, Kaleb Ramot Gemilang, yang mendekati dengan 13,3 kali tembakan.
Kami bisa menang di gim itu, jika bukan karena Prastawa.
Tugas berat tersebut sepadan dengan pengalaman dan kemampuan Prastawa. Dia masih menjadi penembak jitu terhebat di liga setelah 10 musim bermain. Sementara itu, dia sudah membuktikan diri mampu menjadi pengatur serangan utama bersama timnas di level internasional.
Bisa dikatakan, Prastawa sedang berada dalam fase terbaik dalam kariernya pada usia 30 tahun. Jovicic berharap, momentum penampilan anak asuhnya itu berlanjut pada sisa musim. ”Semoga kami bisa membawa momentum itu untuk menjadi modal di seri selanjutnya di Semarang,” ucap Jovicic.
Adaptasi asing
Di sisi lain, beberapa tim masih beradaptasi karena ketidakhadiran dan pergantian pemain asing. Juara bertahan Satria Muda menjadi tim paling terdampak. Mereka harus merasakan kekalahan pertama musim ini dari Dewa United, 74-88, setelah menang 11 kali beruntun.
Satria Muda kewalahan karena memulai seri tanpa center asal Amerika Serikat, Allen West. Pemain asing ini mengundurkan diri dari tim karena kepentingan keluarga mendesak. West kembali ke Amerika Serikat dan tidak akan bergabung lagi dengan tim asuhan pelatih Youbel Sondakh pada sisa musim.
Rony Gunawan, Wakil Presiden bidang bola basket Satria Muda, menjelaskan, pihaknya tidak akan terburu-buru mencari pengganti West. ”Lagi pula dengan kekuatan yang ada saat ini, kami masih percaya tetap mampu bersaing dengan kontestan lain di liga,” tuturnya.
Alhasil, Satria Muda hanya mengandalkan satu pemain asing selama seri Surakarta, yaitu Ellijah Foster. Adapun Foster sempat tidak bisa tampil karena cedera pada laga terakhir versus Tangerang Hawks. Beruntung, para pemain lokal mereka yang mayoritas pemain timnas masih bisa mengatasi Hawks 72-67.
Adapun Rans PIK mengganti pemain asing di pertengahan seri. Mereka merekrut pemain yang sempat tampil beberapa kali di NBA Summer League, Roscoe Smith, untuk mengisi posisi Duom Dawam. Pergantian itu berjalan kurang mulus.
Bersama Smith, Rans justru mengalami kekalahan di dua laga terakhir. Salah satunya dari Amartha Hangtuah, 76-87 ketika Smith menyumbang 15 poin dan 9 rebound. Adapun Rans mengawali seri dengan dua kemenangan beruntun ketika masih menggunakan Dawam.