Pasangan Muda Indonesia Raih Emas Tim Campuran Senapan Angin Piala Asia 2023
Pasangan muda Indonesia, Audrey Zahra Dhiyaanisa/Afif Izzuddin, meraih emas tim campuran senapan angin 10 meter Piala Asia 2023 di Jakarta. Kemenangan itu menambah kepercayaan diri mereka untuk menatap ajang lainnya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pasangan muda Indonesia, Audrey Zahra Dhiyaanisa/Afif Izzuddin, menunjukkan mental luar biasa saat meraih emas tim campuran senapan angin 10 meter Piala Asia Senapan dan Pistol 2023 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, Minggu (5/3/2023). Walau sempat tertinggal jauh dan dibiarkan sendiri oleh pelatih yang tidak memanfaatkan timeout, Audrey/Afif bisa mengatasi tekanan, bangkit, dan menaklukkan tim Korea Selatan Hwa Gyeong Yang/Byounggil Choo dengan skor 17-9 di putaran ke-13.
Saya tidak memanfaatkan time out karena saya percaya dengan mereka. Selain itu, saya juga ingin melihat bagaimana cara mereka keluar dari tekanan setelah beberapa tembakan yang buruk di awal-awal laga. Kejuaraan ini adalah latihan mental untuk mereka.
”Saya tidak memanfaatkan time out karena saya percaya dengan mereka. Selain itu, saya juga ingin melihat bagaimana cara mereka keluar dari tekanan setelah beberapa tembakan yang buruk di awal-awal laga. Kejuaraan ini adalah latihan mental untuk mereka. Sebab, di kejuaraan lain yang lebih besar, seperti seri Piala Dunia dan Olimpiade, mereka akan menghadapi tekanan yang lebih besar. Kalau tidak bisa mengatasi tekanan itu, mereka akan sulit bersaing,” ujar Ali.
Audrey/Afif lolos ke final perebutan emas setelah menjadi yang terbaik dengan total skor 627,5 di kualifikasi. Dalam perebutan emas, mereka jumpa Yang/Choo yang menjadi runner-up dengan skor 625,9 di kualifikasi. Pada laga penentuan itu, pasangan yang membukukan total skor lebih baik di setiap putaran mendapatkan 2 poin, kalau imbang 1 poin, dan kalah 0 poin. Siapa yang mengumpulkan 16 poin lebih dahulu, mereka menjadi pemenang.
Suporter Indonesia sempat dibuat panik saat Audrey/Afif tertinggal 0-3 karena selalu kalah di tiga putaran awal. Namun, Ali tetap tenang. Dia tidak berniat mengambil satu-satunya jatah time out yang berdurasi 30 detik. Padahal, biasanya pelatih memanfaatkan time out untuk menanyakan permasalahan atau memberi semangat dan arahan baru ketika atlet atau timnya tertinggal jauh.
Ali hanya duduk di kursi yang berjarak sekitar tiga meter di belakang Audrey/Afif sembari sesekali memberikan isyarat mata, bibir, dan jemari kepada pasangan tersebut. Isyarat-isyarat itu direspons anggukan oleh Audrey ataupun Afif dengan wajah yang terus mencoba tenang.
Kepercayaan Ali terbayar dengan baik. Audrey/Afif bangkit dan menyamakan kedudukan 6-6 di tiga putaran berikutnya. Seusai mencetak skor imbang di putaran ketujuh, Audrey/Afif berhasil menyalip dengan skor 9-7 di putaran kedelapan.
Situasi yang berbalik itu membuat kubu Korea panik. Pelatih tim ”Negeri Ginseng” itu pun mengambil jatah time out sebelum putaran kesembilan. Uniknya, kendati bisa turut menghampiri timnya, Ali memilih tak beranjak dari kursinya.
Lagi-lagi, keputusan Ali tidak salah. Audrey/Afif bisa konsisten memimpin. Walau sempat kalah di putaran ke-10, mereka bisa menang di putaran kesembilan, ke-11, ke-12, dan ke-13. Mereka akhirnya menang 17-9 di putaran ke-13.
Itu prestasi cukup sensasional untuk Audrey/Afif karena baru pertama kali dipasangkan dalam suatu kejuaraan. Di sisi lain, keduanya relatif masih sangat muda, yakni Audrey berusia 18 tahun dan Afif berusia 22 tahun. ”Saya percaya dengan mereka karena mereka bagus saat latihan. Sejak awal, saya bilang kepada mereka untuk keluarkan kemampuan terbaik mereka,” ungkap Ali.
Makin percaya diri
Audrey mengatakan, di tiga putaran awal, dia mengalami grogi. Walau berpengalaman ikut kejuaraan internasional dan beberapa kali naik podium, perasaan grogi itu tetap ada. ”Sebab, suasana setiap pertandingan berbeda-beda dan ada tekanannya masing-masing,” kata atlet asal Bandung, Jawa Barat, tersebut.
Menurut Audrey, dia bisa mengatasi tekanan itu tak lepas dari kepercayaan pelatih. Saat pelatih tidak memanfaatkan time out, Audrey justru menganggap dirinya sangat dipercaya sehingga dirinya lebih percaya diri. ”Sebelum laga, coach Ali minta kami menikmati setiap tembakan dengan teknik yang baik. Waktu coach Ali tidak ambil time out, kami malah semakin percaya diri karena tahu dia sangat percaya dengan kami,” tutur Audrey.
Selain kepercayaan pelatih, Afif menuturkan, faktor yang membuatnya bisa bangkit adalah ingat dengan orangtua. Atlet asal Solo, Jawa Tengah, itu ingin membanggakan orangtua dengan prestasi terbaik. Apalagi, itu merupakan final pertamanya di kejuaraan internasional. ”Saya juga ingin membuktikan bahwa saya pantas berada di posisi ini,” ucapnya.
Bagi Audrey dan Afif, prestasi itu kian memupuk kepercayaan diri untuk menatap kejuaraan-kejuaraan lain yang lebih besar, antara lain seri Piala Dunia 2023 di Bhopal, India, 20-27 Maret. Audrey dan Afif sama-sama ingin menembus skor 630 yang menjadi rata-rata skor untuk lolos final perorangan senapan angin 10 meter seri Piala Dunia.
Sejauh ini, skor terbaik Audrey 629,5 dalam seri Piala Dunia 2022 di Changwon, Korea. Skor terbaik Afif 622-623 dalam seri Piala Dunia 2023 di Jakarta kalau tidak kena penalti satu tembakan. ”Yang pasti, saya tidak boleh puas diri. Saya harus berlatih lebih baik supaya bisa kejar skor 630 dan bisa mengejar mimpi lolos ke Olimpiade,” ujar Afif.
Prestasi Audrey/Afif menjadi emas kedua Indonesia dalam hari ketiga Piala Asia 2023. Sebelumnya, petembak andalan Indonesia Fathur Gustafian merebut emas perorangan senapan angin 10 meter setelah mengalahkan Choo dengan skor 17-15 di putaran ke-16 final.
Ketua Komisi Pendidikan dan Penataran PB Perbakin Sarozawato Zai mengatakan, pihaknya berharap para petembak senapan angin tidak puas diri dengan prestasi di Piala Asia 2023. Sebab, kejuaraan itu tak lebih sebagai pemanasan untuk level yang lebih tinggi, terutama seri Piala Dunia. Untuk mencapai tingkat lebih tinggi itu, para petembak minimal harus menembus skor 630 per individu.
”Kejuaraan ini sebagai uji coba untuk ikut kejuaraan lebih tinggi. Kami ingin atlet kita bisa menembus skor 630 agar bisa lolos final seri Piala Dunia di India nanti. Di Piala Asia ini, hanya dua atlet yang mendekati skor 630, yakni Fathur dengan 627,8 (kualifikasi) dan Massayyu Putri Fadillah dengan 627,0 (kualifikasi perorangan putri yunior),” kata Saro.