Hari Kedua Piala Asia Riffle dan Pistol, Indonesia Gagal Raih Medali
Pada hari kedua Piala Asia Menembak 2023, Indonesia kalah di penyisihan final. Para putri petembak gagal meraih kemenangan di nomor 10 meter senapan angin. Emas diraih oleh Singapura, adapun perak didapat Korea Selatan.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim petembak putri yang mewakili Indonesia dalam Piala Asia Menembak Pistol dan Riffle 2023 gagal meraih medali dalam perlombaan nomor 10 meter senapan angin. Meski salah satu petembak Indonesia berhasil masuk ke babak final, namun usahanya gagal akibat mengalami kendala.
Maka, medali emas direbut petembak Singapura, perak diraih petembak Korea Selatan, dan medali perunggu disabet wakil Vietnam. Perlombaan itu diadakan di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/3/2023).
Nomor itu diikuti para petembak dari berbagai negara Asia, seperti Jepang, Malaysia, Kuwait, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, dan Indonesia. Lomba itu diadakan dalam dua babak, yakni kualifikasi dan final.
Selain pelatih dan anggota tim perwakilan negara-negara tersebut, hadir pula para juri yang berasal dari berbagai negara. Mereka memantau dan bersiap menghitung hasil tembakan para peserta. Ketika diberi aba-aba mulai, para peserta satu per satu mulai melepaskan tembakannya untuk berusaha sebisa mungkin mengenai target yang berjarak 10 meter tersebut.
Jika tepat mengenai titik tengah target, petembak akan mendapatkan skor 10,9. Jika tembakan menyasar di dekat target, petembak akan mendapatkan nilai sekitar 7.0 hingga 10.0 ke atas, tergantung seberapa dekat dari titik tengah. Peserta diberi kesempatan 60 kali tembakan untuk mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya. Skor delapan tertinggi akan melaju ke babak final.
Pada babak kualifikasi, petembak Korea Selatan, Jepang, Vietnam, dan Singapura, bergantian mengambil posisi pertama. Persaingan ketat ketiga negara tersebut membuat petembak dari negara-negara lain hanya berputar di posisi ketiga dan ke bawah. Indonesia paling tinggi mencapai posisi kelima. Beberapa atlet Indonesia kesulitan untuk menembus peringkat 10 ke atas.
Usai babak kualifikasi, delapan petembak dinyatakan lolos ke babak final. Di posisi satu ada petembak Korea Selatan, Hahyanggi Park, dengan skor 629.5. Posisi kedua ditempati petembak Vietnam, Le T (627,5). Lalu, posisi ketiga ada petembak Jepang, Shiori Hirata (627,0). Selanjutnya, posisi keempat ada petembak Singapura, Ho Xiu Yi (626,0). Petembak Indonesia ,Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba (614,0), berada di posisi ketujuh.
Tujuh petembak, termasuk Vidya, kemudian pindah ke ruang final, tempat mereka memperebutkan tiga medali perlombaan tersebut. Dalam babak final ini, setiap peserta diberikan kesempatan 60 kali melakukan tembakan. Namun, 15 tembakan pertama diikuti oleh tiap lima tembakan selanjutnya untuk menentukan petembak yang gugur apabila meraih skor paling sedikit.
Sayangnya, di tembakkan ke 15 itu, Vidya dinyatakan gugur karena berada di posisi paling bawah dengan nilai 152,7. "Tadi, ada sedikit kendala waktu menembak. Pipi saya tidak nyaman saat diletakan di senapan sehingga mengganggu konsentrasi dan bidikan saya. Tapi, enggak apa-apa. Saya jadikan itu sebagai pelajaran. Lagi pula, ini adalah pengalaman yang berharga. Selanjutnya, saya akan mencoba lebih baik lagi," ujar Vidya.
Perunggu dibawa pulang oleh Phi Tanh Thao (Vietnam) saat meraih skor terendah pada tembakan ke 30. Beralih ke dua finalis, yakni Hahyanggi Park dan Ho Xiu Yi, sistem skor menjadi berbeda. Petembak yang berhasil mengenai target dengan nilai (besaran 7-10,9) tertinggi akan mendapatkan dua poin.
Sedangkan petembak yang mendapat skor di bawahnya tidak mendapatkan poin. Jika besaran skor sama, maka masing-masing mendapatkan satu poin. Babak ini dijadwalkan berlangsung selama 11 ronde.
Pada ronde ertama, Ho meraih skor 10,5, adapun Park 10,1. Poin berganti 2-0 untuk Ho. Lantas, pendukung masing-masing petembak langsung bersorak memberi dukungan kepada mereka. Ronde kedua, kedua petembak memiliki skor yang beda tipis, Ho mencetak 10,0 dan Park mencetak 10,1. Poin pun berganti 2-2. Ketegangan mulai dirasakan di tempat duduk penonton yang banyak beranggotakan para petembak yang sebelumnya bertanding.
Pada ronde ketiga, Ho kembali mencetak dua poin (4-2) setelah mengamankan bidikan dengan skor 10,6 - 10,3. Ronde keempat, Park tak mampu mengejar ketika mencetak skor 10.5-10,6, sehingga Ho semakin memimpin dengan poin 6-2. Ronde kelima, Ho semakin memperlebar jarak ketika kembali mencetak skor yang sama 10,6-10,5 yang mengakibatkan poin menjadi 8-2. Ho mencetak skor nyaris sempurna pada ronde keenam, yakni 10,8-10,3, sehingga menambah poinnya menjadi 10-2.
Di ronde ketujuh dan kedelapan, kedua skor imbang (10,3-10,3) dicetak oleh kedua petembak sehingga poin menjadi 12-4. Park berusaha mengejar pada ronde kesembilan ketika ia mendapat skor 10,7 dan Ho mendapat skor 9,9 (12-6). Ho memastikan kemenangan dengan mencetak skor akhir yakni 10,5-10,3. Poin terakhir adalah 16 untuk Ho dan 6 untuk Park.
Hasilnya, medali emas dibawa pulang oleh Ho Xiu Yi. Ketua Komite Kepelatihan dan Pendidikan PB Perbakin bakin Glenn Clifton Apfel mengatakan, pihaknya memang berharap besar pada Vidya karena cuma dia satu-satunya perwakilan Indonesia yang lolos sampai final. Meski gagal meraih emas, ia tetap mengapresiasi petembak putri tersebut.
Adapun pelatih nasional spesialis senapan, Ebrahim Inanlou atau Ali Reza, berpendapat, para petembak lain dalam final adalah lawan yang tangguh. Ia mengatakan, para petembaknya termasuk Vidya, sudah memberikan performa terbaik mereka. Maka itu, ia senang dan bangga kepada mereka karena dapat berkompetisi dengan baik.
Namun, harapan merai medali belum pupus. Ia mengingatkan bahwa Minggu (5/3/2023) masih ada perlombaan nomor senapan angin campuran.
"Hari ini memang belum maksimal. Tapi saya cukup senang dengan hasilnya. Para petembak yunior telah mengeluarkan hasil yang di luar dugaan saya. Masih ada pertandingan besok. Kami akan mencoba semaksimal mungkin," tuturnya.