Real Madrid masih kesulitan saat menghadapi pertahanan blok rendah, termasuk dalam ”el clasico”. Sisi kiri serangan mereka tidak bekerja saat menghadapi Barcelona di laga pertama semifinal Piala Raja Spanyol.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MADRID, JUMAT — Nyaris mustahil menaklukkan Real Madrid dengan bermain terbuka. Namun, dengan strategi bertahan total, ”El Real” justru menjadi sangat mungkin dikalahkan. Rumus untuk menangkal tim asuhan Pelatih Carlo Ancelotti itu terlihat jelas dalam sepekan terakhir.
Madrid baru saja berpesta gol dalam kemenangan atas Liverpool, 5-2, saat bertandang ke Stadion Anfield, pekan lalu. Dengan duo dinamis, Karim Benzema dan Vinicius Jr, mereka memorak-porandakan pertahanan tuan rumah yang bermain naif dengan garis pertahanan ekstra tinggi.
Namun, wajah sangar itu berubah drastis di rumah mereka sendiri, Stadion Santiago Bernabeu, Jumat (3/3/2023). Di leg pertama semifinal Piala Raja Spanyol, Real takluk 0-1 dari Barcelona, tim yang datang tanpa dua pemain kunci, Pedri dan Robert Lewandowski. Sabtu lalu, mereka juga ditahan Atletico Madrid yang bertarung dengan 10 pemain.
Dua laga teranyar Madrid di kandang memperlihatkan kesamaan, selain hasil tidak maksimal. Lawan-lawan mereka sukses membuat frustrasi dengan pertahanan blok rendah atau sering disebut ”parkir bus”. El Real tidak memiliki cukup kreativitas untuk membongkar barikade lawan.
Pada laga el clasico itu, Madrid mendominasi penguasaan bola, yaitu sampai 64,7 persen. Catatan itu adalah yang tertinggi dalam duel el clasico sejak musim 2013-2014. Barca dikurung di areanya sendiri. ”Kami ingin lebih menyerang, tetapi dipaksa bermain seperti itu,” kata Pelatih Barca Xavi Hernandez.
Meksipun begitu, dominasi penguasaan bola Benzema dan rekan-rekannya tidak berarti apa pun. Mereka gagal menciptakan satu pun tembakan tepat sasaran. Hal itu pertama kali terjadi dalam duel dengan Barca di kandang sejak 2010. Nyaris seluruh dari tembakan Madrid, yaitu 13 kali, bersifat spekulatif.
Ancelotti mengatakan, timnya menampilkan salah satu permainan terbaik sepanjang musim ini, terutama dalam bertahan dan intensitas. Namun, dia mengakui mereka tidak setajam biasanya di sepertiga akhir wilayah serangan. Adapun Barca unggul satu gol berkat gol bunuh diri bek Eder Militao. Gol pada paruh pertama itu membuat tim tamu hanya perlu bertahan.
”Barca seperti tidak ingin meladeni permainan kami. Kekalahan ini menyakitkan karena kami kurang baik di sepertiga akhir. Sulit mencari ruang ketika tim lawan sudah berkomitmen untuk bertahan total. Kami harus mencari solusi untuk laga kedua,” kata Ancelotti.
Saking frustrasinya, Madrid sampai melakukan serangan monoton dengan umpan silang. Mereka menciptakan 40 umpan silang meskipun kurang efektif. Hanya delapan kali umpan itu menemui sasaran. Kehadiran pemain bertipe ofensif, Rodrygo, pada paruh kedua tidak banyak membantu.
Menurut Xavi, hasil positif itu tidak lepas dari keberhasilan mereka mengantisipasi Vinicius Jr di sisi kanan pertahanan. Vinicius dikawal langsung oleh bek Ronald Araujo. ”Biasanya, Vinicius bisa menciptakan enam sampai tujuh peluang dalam satu laga, tetapi tidak di laga tadi. Kami berhasil menutupnya (ruang gerak). Semua pemain bertahan tampil hebat, tidak hanya Araujo,” ucapnya.
Wajar saja jika Vinicius tidak banyak berkutik. Dia tidak mendapat dukungan cukup dari bek sayap Nacho Fernandez. Adapun Nacho berposisi asli bek tengah. Dia menggantikan David Alaba yang tidak bisa tampil akibat cedera dalam dua laga terakhir. Tanpa dukungan lebih dari bek sayap, Madrid pun tidak bisa melakukan overload di sisi kiri serangan. Vinicius kesulitan dikepung tumpukan pemain lawan. Padahal, strategi overload merupakan salah satu cara paling jitu untuk meruntuhkan skema parkir bus.
Kehilangan senjata
El Real pun kehilangan senjata terbaiknya. Sepanjang musim ini di Liga Spanyol, serangan dari sisi kiri selalu menjadi tumpuan mereka. Sebanyak 44 persen serangan berasal dari sisi yang ditempati Vinicius, sementara hanya 30 persen yang berawal dari sisi sebaliknya.
Mereka bertahan dengan sangat baik, itu hasil yang pantas untuk mereka. Tugas kami adalah memenangi laga kedua.
Di sisi lain, sistem bermain Madrid memang tidak diciptakan untuk menghadapi blok rendah lawan. Ancelotti lebih mengandalkan transisi cepat untuk menciptakan peluang. Karena itu, mereka hanya bertumpu pada kemampuan individu pemain, seperti Vinicius dan Benzema, saat dihadapkan dengan parkir bus.
Walaupun demikian, El Real justru memiliki peluang menang lebih besar pada laga leg kedua semifinal di Stadion Camp Nou. Barca tidak mungkin mengkhianati lagi filosofi bermain terbuka di depan pendukung sendiri. Adapun Madrid selalu gagal lolos ke final Piala Raja sejak terakhir pada 2014.
”Ketika Anda tidak menang lawan Barca, itu menjadi sangat buruk. Tidak tahu apakah itu akan berpengaruh ketika kami memainkan laga selanjutnya. Mereka bertahan dengan sangat baik, itu hasil yang pantas untuk mereka. Tugas kami adalah memenangi laga kedua,” ucap kiper Madrid, Thibaut Courtois. (AP/REUTERS)