Martinelli dan Saka memimpin Arsenal untuk menjauh dari kejaran City. Kedua pemain itu membuat skuad muda Arsenal tampak dewasa.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Ungkapan ”Anda tidak bisa memenangi apa pun dengan anak-anak” yang sempat ditujukan kepada skuad Arsenal mulai mereda. ”Si Meriam” telah menepis keraguan itu dengan memperkokoh posisi puncak klasemen lewat aksi heroik dua bintang muda, Gabriel Martinelli (21) dan Bukayo Saka (21).
Keraguan terhadap tim asuhan Manajer Mikel Arteta membesar pada medio Februari setelah gagal menang dalam tiga laga beruntun. Peringkat pertama mereka pun sempat dikudeta Manchester City. Arsenal, tim dengan rerata usia termuda di liga, diperkirakan sulit bangkit untuk juara pada akhir musim.
Skuad Arsenal menjawab dengan lantang saat menaklukkan Everton 4-0 di Stadion Emirates, Kota London, pada Kamis (2/3/2023) dini hari WIB. Kemenangan ketiga beruntun di liga itu dipersembahkan langsung oleh Martinelli (2 gol) dan Saka (1 gol, 1 asis).
Alhasil, Arsenal memimpin perburuan gelar juara dengan posisi lebih nyaman. Mereka memperlebar jarak jadi 5 poin dengan City yang berada di peringkat kedua. Adapun laga versus Everton menjadikan Arsenal tidak punya tabungan pertandingan lagi. Arsenal dan City sama-sama sudah memainkan 25 laga.
Saya sangat bahagia dengan kedewasaan dan kualitas yang diperlihatkan. Saat kami butuh momen magis, Bukayo menghasilkan itu (gol pembuka).
Arteta berkata, para pemain muda Arsenal telah belajar dari kesalahan sebelumnya saat kalah dari Everton di markas lawan 0-1 pada awal Februari. ”Saya sangat bahagia dengan kedewasaan dan kualitas yang diperlihatkan. Saat kami butuh momen magis, Bukayo menghasilkan itu (gol pembuka),” ucapnya.
Bagi Si Meriam, kemenangan atas Everton sangat berarti. Manajer Everton Sean Dyche yang punya pendekatan bermain pragmatis adalah ”kryptonyte” untuk Arteta. Arteta, bersama Arsenal, hanya mampu mencatat 1 menang dari 5 laga versus tim asuhan Dyche, termasuk pertemuan terakhir Februari lalu.
Kesulitan serupa dialami kubu Arsenal selama 40 menit awal laga dini hari tadi. Penguasaan bola dominan mereka tidak mampu menembus tumpukan pemain tim tamu yang bertahan rapat dengan blok medium. Everton memainkan formasi 4-5-1.
Ketika bertahan, enam pemain di depan para bek akan menumpuk di lini tengah. Mereka saling menutup celah dengan jarak antarpemain yang sangat rapat. Arsenal pun hanya berputar-putar saat menguasai bola. Tim tuan rumah hanya mencatat satu tembakan selama 40 menit.
Jawaban datang dari Saka terlebih dulu pada menit ke-40. Sang penyerang sayap dengan cerdik bertukar posisi dengan Martinelli. Saka yang tiba-tiba berada di posisi lebih sentral berhasil menemukan lubang pertahan Everton. Dia pun mencetak gol pembuka lewat umpan terobosan bek sayap Oleksandr Zinchenko.
Arsenal menggandakan keunggulan tepat sebelum turun minum, enam menit setelah gol pertama. Lagi-lagi inisiatif Saka menginspirasi gol tuan rumah. Saka berhasil merebut bola di garis akhir pertahanan lawan, lalu dimanfaatkan oleh Martinelli yang tinggal berhadapan dengan kiper Jordan Pickford.
Tertinggal dua gol dari tim pemuncak klasemen bukan sesuatu yang direncanakan Dyche. Nyaris mustahil Everton bisa keluar dari ketertinggalan. Mereka tidak bisa lagi mengandalkan serangan balik dari kenaifan Arsenal. Adapun mereka bertandang dengan status tim paling tidak produktif di liga (17 gol).
”Gol Arsenal pada paruh pertama mengubah segalanya. Anda tidak mengharapkan itu di tempat seperti ini. Ketika unggul 2-0, Anda bisa bermain lebih bebas. Tentu ini memperlihatkan etos kerja tinggi dari Arsenal. Mereka mampu belajar dan merespons kekalahan sebelumnya,” kata Dyche.
Arsenal bermain tanpa beban pada paruh kedua seperti dalam sesi latihan. Gelandang jangkar Thomas Partey masuk menggantikan Jorginho untuk membuat lini tengah lebih stabil. Si Meriam pun memainkan sepak bola mengalir yang berujung penguasaan bola 73,7 persen.
Tim asuhan Arteta mendominasi mutlak setelah turun minum karena Everton kurang agresif. Mereka mencatat 12 tembakan dan 375 umpan akurat, saat tim tamu hanya menghasilkan 4 tembakan dan 67 umpan akurat. Dominasi itu berujung gol tambahan dari Martinelli dan gelandang serang Martin Odegaard.
Saat ini, Saka telah mencatat 10 gol dan 9 asis di liga. Dia adalah pemain dengan kontribusi gol ketiga terbanyak, hanya kalah banyak dari penyerang City, Erling Haaland (27 gol, 4 asis), dan penyerang Tottenham, Hotspur Harry Kane (18 gol, 2 asis).
Saka, lewat sumbangan laga tadi, juga menjadi pemain termuda keenam dalam sejarah yang paling cepat berkontribusi 50 gol (27 gol, 24 asis) dalam karier di liga. Penyerang tim nasional Inggris itu bersanding dengan sosok pemain legendaris, seperti Wayne Rooney dan Michael Owen.
Martinelli, lewat sumbangan sepasang gol, kini sudah mengoleksi 11 gol di liga. Dia berada di peringkat ke-5 daftar pencetak gol terbanyak. Menariknya, konversi gol pemain asal Brasil itu mencapai 28 persen, lebih tinggi dibandingkan Kane (27 persen).
Adapun Saka dan Martinelli sama-sama menjadi pemain di bawah usia 22 tahun yang mencapai 10 gol pada musim ini. Tidak ada satu pun pemain dengan usia tersebut yang mampu mengoleksi lebih dari 5 gol sejauh ini. Hal itu memperlihatkan mereka bukan sekadar pemain muda, tetapi juga salah satu pemain terbaik di liga. (AP/REUTERS)