Laga melawan Everton di derbi Merseyside menjadi kesempatan Liverpool mencari ”nyala api” yang hilang di diri mereka sepanjang musim ini. Derbi itu selalu menghadirkan gairah dan emosi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LIVERPOOL, MINGGU — Pada setiap derbi Merseyside, Liverpool merasa superior dan Everton menjadi inferior. Dengan sejarah baik, laga itu adalah kesempatan terbaik Liverpool bangun dari tidur panjangnya musim ini. Namun, Everton asuhan manajer baru, Sean Dyche, tidak akan membiarkan tren itu berlanjut.
Skuad Liverpool dari masa ke masa selalu tersenyum lebar ketika menatap derbi itu. Wajar, laga itu nyaris selalu menjadi panggung ”Si Merah” untuk memperlihatkan siapa tim paling berprestasi di wilayah Merseyside. Liverpool selalu dominan. Sejak 2011, misalnya, mereka hanya kalah 1 kali dari 27 laga.
Namun, kondisi jelang derbi terbaru di di Stadion Anfield, Selasa (14/2/2023) dini hari WIB, agak berbeda. Liverpool tengah terjerat frustrasi akibat tren buruk sehingga mereka berada di peringkat ke-10. Pada laga terakhir, mereka pulang tanpa rasa hormat seusai dihancurkan Wolverhampton, 0-3.
”Tidak pernah seburuk ini. Bukan hanya hasil, penampilan mereka (Liverpool) juga kacau. Biasanya, mereka selalu bermain cepat dan berlari tanpa henti. Semua itu tidak terlihat, terutama setelah Piala Dunia. Mereka kekurangan gairah bertarung,” kata legenda hidup Liverpool, Jamie Carragher.
Derbi nanti, menurut Carragher, adalah kesempatan terbaik Liverpool untuk bangkit. Derbi selalu menghadirkan urgensi lebih, melibatkan pertaruhan gengsi, dan gairah ekstra pendukung. Sebagai pemain yang tampil di derbi itu pada kurun 1996-2013, dia paham besarnya arti kemenangan atas rival.
”Everton adalah bukti nyata. Bagaimana satu hasil penting bisa mengubah suasana hati seisi klub. Mereka menjanjikan bersama Dyche. Maka, Liverpool butuh kemenangan meyakinkan seperti yang Everton lakukan (atas Arsenal). Jika bisa melakukannya, mereka akan menemukan kembali jalan ke arah yang tepat,” ujar Carragher.
Everton, meskipun masih berada di zona degradasi, bertamu dengan kepercayaan diri ekstra tinggi bersama manajer barunya. Mereka baru saja mengalahkan pemuncak klasemen, Arsenal. Kemenangan itu menandai era baru Everton bersama Dyche yang menggantikan Frank Lampard.
Pragmatis
Dyche, yang dikenal bergaya pragmatis, merupakan musuh besar bagi tim ofensif, seperti Liverpool. Ketika masih menangani Burnley pada 2021, Dyche merusak rekor tidak terkalahkan Liverpool di Anfield selama 68 pertandingan.
Apakah saya melihat tanda positif di latihan (setelah libur)? Pastinya. Para pemain mengarah ke jalur yang tepat. Terlihat agresivitas, determinasi, dan konsentrasi mereka di sana. (Juergen Klopp)
Ketika itu, Burnley menang 1-0 dengan strategi ”parkir bus” dan penguasaan bola hanya 28 persen. Mereka menguras stamina lawan lewat duel fisik sepanjang laga. ”Laga nanti sangat sulit. Dyche sekarang di Everton dan langsung membuat pengaruh sangat nyata. Kami sudah siap,” ujar Klopp.
Ancaman nyata Everton membuat Klopp bersiap dengan cara berbeda. Dia meliburkan para pemainnya selama dua hari setelah dikalahkan Wolves. Kata Klopp, percuma latihan jika tidak ada hasilnya. Dia meminta pemainnya menganalisis kekalahan itu dan berrefleksi diri.
”Apakah saya melihat tanda positif di latihan (setelah libur)? Pastinya. Para pemain mengarah ke jalur yang tepat. Terlihat agresivitas, determinasi, dan konsentrasi mereka di sana. Ini akan menjadi pekan yang menarik. Saya sudah tidak sabar menanti atmosfer derbi,” tutur Klopp.
Namun, lini tengah menjadi tanda tanya terbesar Liverpool. Para gelandang veteran, seperti Thiago dan Jordan Henderson, tidak lagi bisa mendukung gaya agresif gegenpressing ala Klopp. Bantuan energi pemain 18 tahun, Stefan Bajcetic, pada beberapa pekan terakhir pun tidak cukup membantu.
Sebaliknya, trio gelandang energik Everton, yaitu Abdoulaye Doucore, Idrissa Gueye, dan Amadou Onana, akan menghantui tim tuan rumah. Ketiga pemain berdarah Afrika itu bertipe pekerja keras dan tangguh dalam duel fisik. Arsenal, tim yang punya barisan gelandang terbaik, pun dibuat kerepotan.
Mengkhawatirkan
Si Merah juga cukup mengkhawatirkan di lini belakang. Mereka masih belum bisa diperkuat bek andalannya, Virgil van Dijk. Terakhir kali ia absen dalam derbi itu, pada Februari 2021, Liverpool dibekap Everton, 0-2, di Stadion Anfield.
Di lini depan, striker bintang Liverpool, Mohamed Salah, diharapkan bisa kembali menemukan ketajamannya. Dia sudah tidak mencetak gol dalam lima laga terakhir di seluruh ajang. Akibatnya, Liverpool minim gol, hanya mencetak dua gol dari lima laga itu.
Dyche berharap, pada laga nanti, timnya bisa mereplikasi performa dengan intensitas tinggi seperti saat melawan Arsenal. Mereka mampu bertahan sangat rapat dengan kombinasi pertahanan medium dan rendah yang reaktif. Perubahan drastis itu membuat mereka tidak kemasukan gol untuk pertama kali dalam 10 laga terakhir.
Dyche mengatakan, tidak punya bayangan tentang atmosfer di derbi Merseyside. Namun, dia mengerti laga nanti akan sangat penting bagi klub dan para pendukung. ”Ini akan mejadi pengalaman baru untuk saya. Ini adalah derbi terbesar dari yang ada (di Inggris),” katanya. (AP/REUTERS)