Beragam rekor terburuk Liverpool di era Juergen Klopp tercipta di awal 2023. Bangkit bukan perkara mudah bagi ”Si Merah” karena dijangkiti masalah yang kompleks.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
WOLVERHAMPTON, MINGGU — Liverpool telah terjerumus ke dalam krisis terburuk di era Juergen Klopp. Kekalahan dalam tiga laga tandang beruntun di Liga Inggris menegaskan ”Si Merah” mengalami masa bencana nan sempurna. Performa menyerang dan bertahan mereka amat buruk, kemudian kesalahan individu yang mendasar selalu terulang di setiap pertandingan.
Kekalahan dari Wolverhampton Wanderers, 0-3, pada laga pekan ke-22, Sabtu (4/2/2023) malam WIB, di Stadion Molineux, semakin membuat Manajer Juergen Klopp memahami kompleksnya masalah yang menyebabkan penurunan performa anak asuhannya. Klopp, yang selalu bersemangat berdiri di sisi lapangan, memilih lebih banyak duduk di kursi bangku cadangan timnya.
Liverpool pun mencatatkan rekor kekalahan terburuk pada laga tandang di era Klopp. Mereka belum pernah tumbang dalam tiga duel tandang beruntun sejak Klopp datang ke Stadion Anfield pada 2015. Kekalahan itu kian terasa memalukan bagi juru taktik asal Jerman itu karena Liverpool kemasukan tiga gol ketika menjalani lawatan ke markas Brentford, Brighton & Hove Albion, dan Wolves.
Menyusul hasil negatif dari kandang Wolves, Liverpool telah menelan tujuh kekalahan dari 20 laga. Mereka hanya berjarak dua kekalahan lagi dari catatan kekalahan terburuk di masa Klopp dengan sembilan laga tanpa meraup poin di musim 2020-2023.
Hasil itu menjadi penurunan drastis dari performa ”Si Merah” setelah menjalani 63 pertandingan pada empat kompetisi musim 2021-2022. Liverpool pun meraih dua trofi dari empat gelar juara yang mereka perjuangkan hingga periode penutupan musim.
Saya tidak kehilangan kepercayaan kepada anak-anak, tetapi kami harus meningkatkan permainan dan itu yang segera kami lakukan setelah kekalahan (dari Wolves) ini.
”Saya tidak kehilangan kepercayaan kepada anak-anak, tetapi kami harus meningkatkan permainan dan itu yang segera kami lakukan setelah kekalahan (dari Wolves) ini,” ujar Klopp dilansir BBC seusai laga.
Kondisi Liverpool membuat setiap lawan di Liga Inggris musim ini tidak lagi memiliki rasa takut ketika menghadapi mereka. Sebaliknya, skuad Liverpool juga telah kehilangan mentalitas ”monster” yang menjadi ciri khas mereka bisa mengatasi tantangan dan situasi sulit di pertandingan.
Tujuh kekalahan musim ini tercipta setelah Liverpool terlebih dahulu kebobolan. Secara keseluruhan, di Liga Inggris musim ini Liverpool telah 12 kali kemasukan lebih dulu dengan hasil akhir menelan tujuh kekalahan, tiga seri, dan hanya dua kali bisa bangkit untuk mengemas tiga poin.
Padahal, di musim lalu, Liverpool adalah tim yang paling sukses bangkit setelah tertinggal skor dari lawan. Mereka meraup 20 poin dari situasi tertinggal berkat raihan lima kemenangan, lima seri, dan cuma dua laga gagal membalikkan ketertinggalan.
”Ini adalah performa yang sangat buruk dari Liverpool. Tim lawan 100 persen sudah tidak lagi ketakutan menghadapi mereka. Semua tim percaya bisa mengalahkan mereka,” kata Paul Merson, pakar Liga Inggris, di Sky Sports.
Gol bunuh diri
Rekor kekalahan yang tercipta di musim ini tidak lepas dari buruknya performa lini belakang Liverpool. Mereka telah kemasukan 28 gol dari 20 laga. Jumlah itu telah melampaui total kebobolan 26 gol yang tercipta di musim 2021-2022.
Dari jumlah kemasukan itu, empat gol tercipta akibat bunuh diri pemain Liverpool. Dua gol bunuh diri itu bahkan tercipta di awal 2023. Ibrahima Konate menghasilkan bunuh diri yang mengawali kekalahan, 1-3, dari Brentford. Kemudian, Joel Matip membantu Wolves membuka keran gol.
Itu adalah jumlah gol bunuh diri terbanyak Liverpool di era Klopp. Sebelumnya, catatan bunuh diri tertinggi Liverpool bersama Klopp hanya tiga gol yang tercatat pada musim 2018-2019 dan 2020-2021.
”Kesalahan seperti itu tidak bisa terjadi,” kata Klopp terkait blunder yang tidak henti dilakukan pemain belakangnya.
Tak hanya masalah di lini belakang, barisan penyerang Liverpool juga tampil melempem setelah pergantian tahun. Tim ini baru mencetak satu gol di empat pertandingan Liga Inggris pada 2023.
Padahal, jika dilihat dari permainan, Liverpool sejatinya tidak kehilangan identitas permainan menyerang dan mendominasi lawan. Mereka mencatatkan rerata 59,8 persen penguasaan bola per laga yang hanya kalah dari catatan 65,2 persen milik Manchester City.
Selain itu, Liverpool juga menjadi tim yang paling banyak menghasilkan tembakan di Liga Inggris. Mereka melepaskan 336 tembakan atau mencapai 16,8 tembakan per laga.
Hanya saja, efektivitas tembakan itu amat buruk karena hanya mencapai 9 persen yang berbuah gol. Dari sisi efektivitas memanfaatkan peluang, Liverpool ada di peringkat ke-13 dari 20 kontestan Liga Inggris.
”Masalah utama kami dalam beberapa laga terakhir ialah gagal menampilkan performa yang konsisten selama 90 menit. Kami bermain buruk di 15 menit awal melawan Wolves. Meski sempat memperbaiki permainan, kami sulit menang dengan performa seperti itu,” kata kiper Liverpool Allison Becker, dilansir laman klub.
Performa buruk di awal paruh kedua musim ini membuat Becker enggan membicarakan peluang timnya mengejar tiket Liga Champions. Menurut dia, tujuan utama skuad ”Si Merah” adalah membenahi penampilan individu dan kolektif di laga-laga selanjutnya.
”Kami harus memikirkan bagaimana bermain lebih baik di laga selanjutnya, bukan memikirkan di mana kami berada pada akhir musim,” ucap pemain tim nasional Brasil itu.
Setelah tenggelam di Molineux, Liverpool tertahan di posisi ke-10 dengan koleksi 29 poin. Mereka berjarak 11 poin dari Newcastle yang duduk di peringkat keempat.
Di sisi lain, Liverpool juga hanya berjarak 11 poin dari Everton, rival sekota, yang menempati peringkat ke-18 yang merupakan batas akhir zona degradasi. Pada laga berikutnya, Liverpool akan menjamu Everton pada derbi Merseyside di Anfield, 14 Februari.