Lin Jarvis: MotoGP 2023 Musim Terberat
Format baru balapan MotoGP 2023 dengan balapan sprint pada Sabtu dalam 21 seri akan menghadirkan tantangan sangat berat bagi seluruh tim. Format itu membuat akhir pekan balapan menjadi sangat padat dan penuh tekanan.
JAKARTA, KOMPAS –MotoGP musim 2023 akan menjadi balapan yang sangat berat karena menjadi musim terpanjang dengan 21 seri, serta format balapan sprint yang menjadikan total 42 balapan. Tantangan menjadi lebih besar karena ada 10 balapan di luar Eropa, tujuh di antaranya beruntun pada rentang September-November. Kondisi itu akan menambah beban fisik dan mental personel tim serta para pebalap.
Musim ini, MotoGP menerapkan format baru balapan sprint pada Sabtu di setiap seri. Format ini mengubah urutan sesi latihan hingga balapan, pada Jumat hingga Minggu. Para pebalap kini akan langsung tancap gas dalam dua sesi latihan pada Jumat, karena catatan waktu latihan menjadi dasar menentukan posisi lolos langsung ke kualifikasi kedua (Q2).
Pada Jumat itu, tim dan para pebalap harus mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk menentukan setelan motor semaksimal mungkin untuk sesi kualifikasi serta balapan sprint pada Sabtu. Setelah itu, termasuk pilihan ban, akan diuji oleh para pebalap pada sesi latihan bebas pada Sabtu pagi, yang mirip dengan sesi latihan empat (FP4) dalam format lama. Pebalap kemudian menjalani sesi kualifikasi, Q1 dan Q2, disusul dengan balapan sprint. Seusai balapan sprint, tim langsung bekerja untuk menentukan setelan motor untuk balapan utama pada Minggu.
Baca juga : Yamaha M1 2023 Nyalakan Asa Juara Quartararo
Para pebalap MotoGP masih memiliki waktu untuk pemanasan pada Minggu pagi selama 10 menit untuk mengonfirmasi setelan motor. Mereka kemudian wajib mengikuti program Rider Fan Show, yakni para pebalap berinteraksi dengan para penggemar MotoGP, selama 30 menit. Para pebalap kemudian memiliki waktu 3,5 jam untuk istirahat serta persiapan balapan utama.
Saya pikir tahun ini akan menjadi tahun terberat dan balapan terpanjang yang pernah ada di MotoGP. Kami memiliki 21 balapan, kami memiliki 10 balapan di luar Eropa, 11 balapan di Eropa, yang akan dimulai pada 26 Maret dan berakhir pada November.
”Saya pikir tahun ini akan menjadi tahun terberat dan balapan terpanjang yang pernah ada di MotoGP. Kami memiliki 21 balapan, kami memiliki 10 balapan di luar Eropa, 11 balapan di Eropa, yang akan dimulai pada 26 Maret dan berakhir pada November,” ungkap Managing Director Yamaha MotoGP Lin Jarvis dalam peluncuran livery baru YZR-M1 di Jakarta, Selasa (17/1/2023).
”Tetapi, tahun ini juga ada format baru akhir pekan, balapan sprint pada Sabtu. Balapan itu menempuh jarak setengah (balapan penuh) dengan poin separuhnya. Itu artinya, tim dan para pebalap kami akan menjalani 42 balapan tahun ini, dan itu akan sangat berat, tetapi kami akan berusaha sebaik mungkin,” lanjut Jarvis.
”Menurut saya itu akan sulit, khususnya bagi para pebalap, tetapi bagi para penggemar akan ada lebih banyak balapan untuk ditonton. Itu akan cukup berat bagi semua orang, tetapi apa pun itu, kami siap, kita jalani,” kata Jarvis.
Baca juga: Menantikan Aura Juara YZR-M1
Terkait dengan manajemen 42 balapan, Jarvis menilai, tidak perlu tambahan alokasi mesin dalam semusim. Namun, tim-tim akan perlu menyediakan lebih banyak onderdil dan komponen cadangan untuk mengantisipasi kerusakan motor karena kecelakaan. Dua balapan di setiap akhir pekan akan meningkatkan risiko kecelakaan, yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada motor.
”Itu sesuatu yang baru bagi semua pihak, jadi itu kurang diketahui (bagaimana menyiasatinya). Saya tidak berpikir kami perlu tambahan mesin, karena jumlah sesi yang harus dijalani sama, tetapi saya pikir, kami perlu lebih banyak onderdil untuk kecelakaan, karena balapan jauh lebih tidak terduga dibandingkan kualifikasi. Tentu saja Anda bisa kecelakaan kapan saja jika tancap gas melebihi limit, tetapi pada kenyataannya dalam balapan banyak hal aneh terjadi,” ujar Jarvis, yang sangat berpengalaman mengelola tim MotoGP.
”Masalah lainnya adalah kemungkinan pebalap cedera karena risiko dalam balapan lebih besar, dalam hal akhir pekan balapan juga akan lebih banyak tekanan bagi tim karena harus menyiapkan balapan untuk balapan Sabtu dan kemudian memodifikasi motor untuk balapan pada Minggu,” lanjut Jarvis.
”Bagi pebalap, kami mendiskusikan pagi ini tentang kondisi fisik yang diperlukan untuk memacu motor MotoGP hingga ke level tertinggi. Itu berarti tuntutan yang sangat besar bagi pebalap dan itu bukan hal yang sederhana memacu motor MotoGP dalam tekanan seperti itu. Kami juga memiliki musim yang panjang, ditambah dua balapan (di setiap seri), ditambah risiko cedera, jadi kami akan mengelola itu karena semua orang akan beradaptasi. Kemungkinan kejuaraan akan dimenangi oleh tim yang beradaptasi terbaik,” ungkap Jarvis.
Lihat juga: Peluncuran Perdana Monster Energy Yamaha MotoGP Team
Format baru MotoGP itu membuat semua tim bersiap sebaik mungkin dengan merancang pola kerja seefektif dan efisien mungkin. Pekerjaan yang sebelumnya terdistribusi secara berimbang dalam tiga hari, kini akan menumpuk sejak hari pertama. Pengumpulan dan analisis data harus dilakukan dengan detail dan cepat sejak Jumat. Adaptasi pola kerja yang cepat, akan sangat menentukan pencapaian tim dan pebalap.
”Jika Anda ingin menang di MotoGP, Anda harus memiliki pola pikir yang tepat. Anda perlu menjadi kuat, positif, berpikiran terbuka, siap untuk segalanya, karena di MotoGP apa saja bisa terjadi. Anda perlu siap untuk bereaksi dengan apa yang terjadi. Setelah jeda yang panjang, kami bisa menyegarkan dan memulihkan diri, dan siap untuk mengawali musim baru. Segar dan bagus,” ungkap Direktur Tim Monster Energy Yamaha Massimo Meregalli.
Sosok yang akrab disapa Maio itu pun berharap tim Monster Energy Yamaha mampu beradaptasi dengan cepat, sehingga tidak banyak melakukan kesalahan. Adaptasi akan memengaruhi konsisten tim untuk meraih poin maksimal di setiap balapan.
”Secara teknis saya menyimpulkan musim ini dengan kata cepat, dan secara strategi saya akan mengatakan menghindari kesalahan, siap untuk menyediakan yang terbaik bagi pebalap, khususnya menghindari kesalahan, tidak taken for granted karena cepat atau lambat Anda akan melakukan kesalahan, dan khususnya tahun ini dengan format baru, dengan 42 balapan, dan bisa menjadi konsisten akan menjadi kunci untuk meraih gelar juara,” ujar Maio.
Baca juga: Rins Bersiap Menjinakkan RC213V
Pebalap andalan Monster Energy Yamaha Fabio Quartararo yang hadir dalam peluncuran livery M1 2023 di Jakarta, juga menilai akan ada tekanan fisik dan mental yang besar bagi pebalap. Oleh karena itu, kerja sama dan komunikasi tim menjadi cara jitu untuk menghadapi tantangan itu dengan baik.
”Kami perlu membiasakan diri dengan format baru. Ini akan lebih menuntut kerja keras bagi tim dan juga bagi para pebalap, karena Sabtu setelah balapan sprint kami harus melihat seluruh data untuk meningkatkan apa pun yang bisa kami tingkatkan untuk balapan utama pada Minggu. Dan, itu sudah pasti akan menantang. Kami mencari sesuatu yang baru. Dengan format baru ini akan lebih menyenangkan bagi para penggemar, tetapi sedikit lebih besar tekanannya bagi tim dan pebalap,” ujar Quartararo.
”Menurut saya, itu akan menjadi tantangan besar bagi para pebalap, khususnya kami perlu lebih konsisten. Saya pikir itu penting, khususnya dalam hal cedera. Jika cedera, Anda tidak hanya akan kehilangan satu balapan, tetapi akan terhitung seperti satu setengah balapan, jadi perlu sangat konsisten dan meraih hasil sebaik mungkin, tetapi secara mental dan fisik akan berada di level berbeda dibandingkan musim lalu,” ujar juara MotoGP 2021 itu.
”Ini akan berubah cukup banyak bagi saya, khususnya pada Minggu, karena biasanya pada Sabtu sore kami memiliki sesi latihan di mana kami menyiapkan balapan Minggu, yaitu FP4. Tetapi, sekarang kami memiliki balapan, dan akan sangat sulit menyiapkan dengan sangat baik untuk balapan sesungguhnya pada Minggu. Dan, pada Jumat sore, kami akan menjalani sesi untuk langsung ke Q2, sekaligus memikirkan balapan, dan itu akan menjadi akhir pekan yang sangat padat, tetapi tugas kami adalah untuk tampil dan melakukan dengan baik,” ujar Quartararo.
Baca juga: Bagnaia Bersiap Menjadi Target
Rekan setim Quartararo, Franco Morbidelli, pun menilai akan ada tantangan besar dengan dua kali balapan di setiap seri. Namun, dia optimistis bisa menemukan cara untuk beradaptasi dengan tantangan baru itu. Jika dia mampu beradaptasi dengan lebih baik, musim ini membuka peluang dirinya untuk kembali bangkit.
”Secara fisik akan berbeda, secara mental akan berbeda. Tetapi, ini tantangan yang saya sukai. Yang pasti ini akan menarik bagi penggemar, satu balapan lebih di akhir pekan. Saat ini saya merasa perlu menjalani dua balapan akhir pekan untuk bisa menjawab (bagaimana menyiasati format baru). Tambahan satu balapan akan terasa seperti sesuatu yang besar, tetapi kita jalani saja,” ungkap Morbidelli, yang bertekad menjadikan musim ini sebagai musim penebusan setelah musim yang sangat sulit pada 2022.
Pebalap asal Italia itu merasa dirinya sudah mulai menemukan celah untuk memaksimalkan potensi M1. Dia mendapatkan rasa pengendalian yang membaik dalam beberapa balapan terakhir musim 2022, khususnya di Sepang, Malaysia. Feeling pengendalian itu menjadi modal penting untuk beradaptasi lebih cepat dengan M1 2023 yang mengalami pengembangan besar-besaran. Dia berharap bisa keluar dari bayang-bayang Quartararo yang jauh lebih cepat di sepanjang musim lalu.
”Jika rekan setim Anda lebih cepat dari Anda, jelas itu akan jadi tekanan lebih besar bagi Anda untuk menjadi lebih baik dan lebih cepat,” ungkap Morbidelli, yang berharap 2023 menjadi tahun yang baik bagi dirinya.