Gagal Babak Kedua Kualifikasi, Renaldi Aqila Akui Kemampuan Lawan
Renaldi Aqila merupakan satu dari lima wakil Indonesia yang gagal lolos babak kedua kualifikasi turnamen tenis Medco Power International Tennis Championships M15 2023. Meski kalah, berbagai perlawanan telah dilakukannya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Duel petenis India dan Indonesia antara Rishi Reddy dan Renaldi Aqila Arifadli Salim dalam babak kedua kualifikasi turnamen tenis Medco Power International Tennis Championships M15 2023 di lapangan tenis Hotel Sultan, Jakarta, Senin (16/1/2023), berjalan timpang. Aqila kalah telak, 0-6, 1-6.
Pada set pertama, Aqila tampak kesulitan mengantongi poin kala beradu dengan Rishi. Hingga gim kedua, ia baru mendapat 15 poin.
Namun, upaya Aqila tampak membuahkan hasil. Pada gim ketiga, pemain berusia 17 tahun itu menyerang agresif hingga tak memberi kesempatan Rishi untuk menambah poin. Dalam gim ini, permainan berjalan panjang karena terjadi deuce.
Reli panjang tak terhindarkan yang berhasil direbut Aqila. Ia berlari ke kiri dan ke kanan di belakang garis dasar (baseline). Sesekali, Aqila harus maju mendekati net untuk menangkis bola.
Meski Aqila telah melakukan beragam perlawanan, gim ketiga dimenangkan Rishi. Ia melakukan pukulan dropshot, membiarkan bola melambung rendah agar lawannya kewalahan.
Rishi melakukan pukulan keras (smash) pada gim selanjutnya. Setelah itu, Aqila juga harus mengejar bola dari sisi kanan ke sisi sebaliknya yang membuatnya kebobolan. Gim terakhir pun berakhir dengan reli panjang yang direbut Rishi. Set pertama berakhir dengan skor 6-0 atas Rishi.
Set kedua berjalan makin alot karena sejak gim dimulai deuce pun tak terhindarkan. Rishi unggul pada gim pertama hingga 30 poin, kemudian Aqila mampu mengejar hingga berhasil mengantongi 40 poin berturut-turut. Walau demikian, gim pertama kembali dimenangkan pemain asal India itu.
Posisi berubah kala memasuki gim kedua. Aqila dengan mudahnya mampu mengalahkan lawan hingga merebut 40 poin berturut-turut. Ia menang telak pada gim kali ini setelah bola yang ditangkis Rishi mengenai net.
Dukungan penonton untuk Aqila mulai terdengar setelah serius mengikuti permainannya sejak awal. Mereka berharap pemain Indonesia ini dapat mengatasi ketertinggalannya.
Gim keempat, keenam, dan ketujuh berjalan panjang karena terjadi deuce. Dari ketiga deuce itu, Rishi meraih keuntungan (advantage) sehingga memudahkan dirinya mengalahkan Aqila. Beragam upaya telah dilakukannya untuk mengatasi ketertinggalan, mulai dari permainan dropshot hingga terjatuh mengejar bola, belum efektif guna melawan Rishi, pemain senior berusia 24 tahun.
Dominasi poin menggiring Rishi memenangkan set terakhir dengan 6-1. Hasil akhir ini tak membuat Aqila patah arang untuk terus berusaha.
”Menurut saya, permainan sudah lumayan (baik). Banyak mau break point 40-0, 40-15 sulit untuk gim. Jadi deuce, tetapi enggak jadi poin,” ujar Aqila seusai bertanding.
Perbedaan lawan dalam kancah nasional dan internasional itu membuat Aqila, pemain termuda pemusatan latihan nasional (pelatnas) tenis, kesulitan beradaptasi. Ia mengakui, pemain asing banyak melakukan pola permainan yang berbeda. Turnamen ini bukan kali pertama dirinya bermain dalam kancah internasional, melainkan hasilnya serupa, terhenti pada babak kedua kualifikasi.
Sementara Rishi mengakui reli panjang terjadi beberapa kali. ”Skor berbeda jauh, tetapi reli panjang membuatku harus berupaya lebih keras untuk menuntaskannya,” kata Rishi.
Rishi lawan yang tangguh bagi Aqila, pemain tenis yunior. Pemain India itu bertengger pada peringkat ke-308 sebagai pemain tunggal ITF per 9 Januari 2023. Dalam jangka waktu yang sama, Rishi berada di urutan 1.115 pemain tunggal putra Asosiasi Tenis Profesional (ATP).
Jam terbang
Meski tak ada yang lolos pada babak kedua, performa lima pemain Indonesia pada babak kedua kualifikasi dinilai cukup baik. Jam terbang jadi salah satu faktor utama para petenis nasional belum berhasil mengalahkan pemain asing.
”Permainan anak-anak cukup bagus semua, tetapi lawan, kan, mainnya juga luar biasa. Mereka turnya juga sudah ke mana-mana, jadi menurut saya sih jam terbangnya perlu ditingkatkan,” ujar pelatih pelatnas sekaligus mantan atlet tenis, Bonit Wiryawan.
Dalam hal teknik, anak-anak didiknya cukup bermain dengan apik pada babak kedua ini. Namun, konsistensi merupakan kunci keunggulan lawan-lawannya.
Bonit berharap Aqila dan petenis-petenis Indonesia ke depan dapat meningkatkan frekuensi bertanding guna mengumpulkan beragam pengalaman. Selain itu, strategi dan kecepatan perlu diasah lebih tajam.
Serupa dengan masukan pelatihnya, Aqila akan kembali berlatih untuk mempersiapkan diri menghadapi seri kedua pada 23-29 Januari 2023. Ia juga berencana mengikuti turnamen Federasi Tenis Internasional (ITF) tingkat yunior pada akhir bulan ini di Singapura.