Jangan Terburu-Buru Membeli Pemain Setelah Piala Dunia
Penampilan spesial pemain di Piala Dunia mampu menjebak para klub, seperti Liverpool dan Chelsea, untuk berebut membeli mereka. Padahal, pembelian itu seringkali tak berbuah positif karena terlalu tergesa-gesa.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Jangan pernah membeli pemain berdasarkan performa semata di turnamen singkat, seperti Piala Dunia. Pengalaman itu pernah diajarkan oleh Sir Alex Ferguson, sosok yang dijuluki manajer tersukses dalam sejarah Liga Inggris. Dia kapok karena penampilan pemain bersama negaranya tidak tercermin di klub.
Ferguson, ketika menangani Manchester United, pernah tergiur membeli dua pemain sekaligus seusai Piala Eropa Inggris 1996, yaitu Jordi Cryuff (Belanda) dan Karel Poborsky (Republik Ceko). Hasilnya, mereka gagal memenuhi ekspektasi sang manajer dan dicap sebagai pembelian gagal.
“Saya selalu khawatir membeli pemain berdasarkan performa di turnamen (bersama timnas). Seperti Cruyff dan Poborsky, saya tidak mendapatkan nilai yang mereka berikan di timnas. Banyak pemain termotivasi lebih karena bermain di Piala Dunia atau Piala Eropa. Setelah itu, performanya menurun,” ujar Ferguson, seperti dikutip ESPN.
Pengalaman Ferguson menjadi relevan setelah dibukanya jendela transfer musim dingin Liga Inggris, pada Minggu (1/1/2023). Klub-klub Inggris mulai berebut para pemain di Piala Dunia Qatar 2022 yang baru saja unjuk gigi pada November – Desember 2022.
Liverpool memimpin perburuan. Mereka sudah mendatangkan penyerang Belanda, Cody Gakpo, pada dua hari sebelum jendela transfer dibuka. Gakpo dibeli dari klub Liga Belanda PSV Eindhoven dengan harga berkisar 42 juta euro (Rp 700 miliar).
Pembelian penyerang 23 tahun itu cukup banyak dipertanyakan, salah satunya oleh legenda hidup Liverpool, Michael Owen. Menurut dia, “Si Merah” semestinya membeli gelandang terlebih dulu, bukan penyerang. Krisis pemain tengah merupakan faktor terbesar inkosistensi permainan mereka pada fase pertama musim ini.
Pesona Gakpo
Namun, Liverpool tampaknya tidak mampu menolak pesona Gakpo yang menjadi pemain Belanda paling bersinar selama Piala Dunia Qatar, yaitu lewat sumbangan 3 gol. Harga penyerang serba bisa tersebut relatif murah dengan usia masih sangat muda.
Jebakan inkonsitensi sering menjadi faktor lain kegagalan para pemain dari turnamen singkat.
Apalagi, tim asuhan manajer Juergen Klopp itu punya jalur ekspres mendapatkan sang pemain dengan bantuan bek sekaligus kapten timnas Belanda, Virgil van Dijk. Mereka juga dipaksa mengambil keputusan secepat mungkin karena tim rival, MU, terus mendekati Gakpo.
Dalam banyak kasus kegagalan sebelumnya, ekspektasi klub terhadap pemain sering kali terlalu tinggi. Hal itu disebabkan faktor harga pemain yang meroket karena diperebutkan banyak klub. Pemain pun diharapkan tampil sesuai harganya. Padahal, sering kali kualitas mereka belum sepadan dengan harganya.
Contoh kegagalan paling populer adalah gelandang Kolombia, James Rodriguez. Dia didatangkan Real Madrid dari AS Monako dengan harga 75 juta euro setelah menjadi pencetak gol terbanyak (6 gol) di Piala Dunia Brasil 2014. Padahal, Monako baru membeli Rodriguez pada setahun sebelumnya dengan harga separuh lebih murah dari FC Porto.
Ketika itu, Rodriguez yang baru berusia 23 tahun masuk ke lima besar pembelian termahal Madrid, bersanding dengan nama hebat seperti Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale. Dia hanya bertahan tiga musim, sebelum dipinjamkan ke Bayern Muenchen. Adapun dua musim terakhir dia bermain di Liga Qatar dan Liga Yunani.
Rodriguez sebetulnya tidak seburuk dibayangkan. Dia mencatat 37 gol dan 42 asis dalam 125 penampilan bersama “El Real”. Namun, label harga tinggi itu selalu menjadi seperti langit yang tidak tergapai. Akhirnya, Rodriguez terkubur oleh ekspektasi besar banyak orang terhadap dirinya.
Enzo Fernandez
Kisah Rodriguez sangat mungkin terulang dalam jendela transfer kali ini, terutama kepada Chelsea yang begitu ngotot mendatangkan gelandang Argentina, Enzo Fernandez (21). Menurut jurnalis spesialis transfer Fabrizio Romano, Chelsea tetap tertarik, meskipun Fernandez dihargai 120 juta euro oleh Benfica.
Label harga Fernandez terbilang tidak masuk akal setelah mengantar Argentina juara di Qatar. Benfica baru saja mendatangkannya dari River Plate pada Juli 2022 dengan harga 12 juta euro atau sepersepuluh dari harga yang ditawarkan saat ini. Perubahan drastis itu terjadi hanya karena 7 penampilannya di Piala Dunia Qatar.
Jebakan inkonsitensi sering menjadi faktor lain kegagalan para pemain dari turnamen singkat. Mereka hanya bermain dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Tidak ada jaminan mereka bisa menampilkan performa serupa selama bertahun-tahun di klub. Belum lagi, memang ada pemain yang memang dijuluki sebagai spesialis turnamen, seperti kiper Meksiko, Guillermo Ochoa.
Wajar saja jika dikatakan membeli pemain setelah Piala Dunia bukanlah waktu terbaik. Terlalu banyak faktor yang bisa mengaburkan potensi sesungguhnya sang pemain. Meskipun begitu, ada juga beberapa pembelian yang sukses setelah penampilan cemerlang di Piala Dunia, seperti Mesut Oezil yang didatangkan Real Madrid pada 2010. (AP/REUTERS)