Pele membuat hidup para pesepak bola lebih mudah saat ini. Dia mengajarkan pemain juga harus punya kehidupan lain di luar lapangan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Ada sebuah ungkapan populer di dunia sepak bola, ”Pele melakukannya terlebih dahulu”. Pele, sebagai ikon pesepak bola terhebat abad ke-20, memang peletak batu pertama dalam segala hal. Tidak hanya soal segudang prestasi dan rekor di lapangan, tetapi juga ketenaran bak selebritas papan atas.
Sekitar 52 tahun silam, tersaji laga perempat final antara Brasil dan Peru di Piala Dunia Meksiko 1970. Pele yang sedang mengejar trofi juara dunia ketiga bersama Brasil tiba-tiba berbicara kepada wasit sebelum sepak mula. Dia meminta izin untuk mengikat tali sepatunya.
Waktu seolah berhenti. Semua mata di Stadion Jalisco, Guadalajara, tertuju kepadanya dan sepatu merek Puma yang dikenakan. Juru kamera langsung memperbesar gambarnya. Kala itu, Piala Dunia pertama kali disiarkan langsung di televisi dengan gambar berwarna.
Sepatu hitam bercorak putih tersebut tampak berkilau di televisi. Begitu cocok dengan seragam kuning dan biru tim nasional Brasil. Seusai laga yang berakhir dengan kemenangan Brasil, 4-2, baru diketahui aksi Pele sebelum sepak mula adalah bagian dari rencana promosi Puma.
Menurut buku Three Stripes Versus Puma karangan Barbara Smit, Pele dibayar seharga 120.000 dollar AS untuk menjadi papan iklan berjalan selama beberapa detik. Jumlah itu setara dengan sekitar 920.000 dollar AS (Rp 14,2 miliar) pada masa kini setelah dihitung dengan faktor inflasi.
Puma menyadari, Pele adalah pesepak bola terhebat. Semua yang menempel di tubuh sang bintang diinginkan setiap orang. Promosi di ajang terbesar selevel Piala Dunia dengan sosok terhebat itu dinilai akan sangat efektif. Adapun medium untuk promosi sepatu sepak bola kala itu tidak sebanyak saat ini.
Demi menggaet Pele, Puma sampai rela berkhianat terhadap perjanjian dengan Adidas. Kedua pabrikan tersebut sempat bersepakat untuk tidak mengontrak Pele pada Piala Dunia Meksiko. Namun, Puma justru mengirim perwakilan ke skuad Brasil dan menyepakati kerja sama dengan Pele.
Pada akhirnya Puma naik daun meskipun harus memantik api persaingan dengan Adidas. Menurut Hans Henningsen, jurnalis Jerman yang dikirim sebagai representatif Puma untuk bertemu Pele, strategi itu yang menjadikan Puma sebagai salah satu merek sepatu paling berpengaruh sampai sekarang.
Kisah tersebut sekaligus menjadi awal mula limpahan uang pemain di luar gaji klub. Saat ini, pabrikan sepatu berebut tanda tangan para pesepak bola untuk menciptakan edisi khusus. Puncaknya adalah kontrak seumur hidup sebesar 1 miliar dollar AS atau Rp 15,4 triliun dari Nike untuk Cristiano Ronaldo dan dari Adidas untuk Lionel Messi.
Ketenaran Pele
Pele pensiun dalam usia 37 tahun pada 1977. Dia gantung sepatu dengan berbagai rekor istimewa. Pemain yang menghabiskan mayoritas kariernya untuk klub Brasil, Santos, itu merupakan pemegang Guinness World Record sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa, 1.283 gol dari 1.363 laga.
Saya bisa berkata bahwa sepak bola hanyalah olahraga biasa sebelum ada Pele. Pele mengubah segalanya.
”Sang Raja”, julukannya, juga masih menjadi satu-satunya pemain yang mampu meraih tiga trofi Piala Dunia. Berbagai prestasi tersebut menjadikannya sosok atlet paling populer pada abad ke-20. Hanya petinju legendaris sekaligus sahabatnya, Muhammad Ali, yang bisa menyaingi.
Wajar saja jika Pele dianggap sebagai medium iklan paling efektif, bahkan setelah pensiun. Dia menjadi wajah kartu kredit Visa di Hong Kong, kartu kredit Master Card di Jerman, makanan cepat saji Subway di Amerika Serikat, dan minuman kaleng Coca-Cola di seluruh dunia.
Jauh sebelum pesepak bola tampan asal Inggris, David Beckham, terjun ke dunia akting, Pele juga sudah melakukannya lebih dulu. Pele tidak butuh wajah tampan, dia sudah punya ketenaran untuk membuat filmnya ditonton banyak orang.
Legenda yang meninggal dunia pada usia 82 tahun di Sao Paulo, Brasil, Kamis (29/12/2022) atau Jumat (30/12/2022) dini hari WIB, itu pernah bermain film berjudul Escapte to Victory pada 1981. Dia beradu akting dengan aktor kawakan, seperti pemeran Rambo, Sylvester Stallone. Film tentang sepak bola di tengah Perang Dunia II itu meraup keuntungan hingga 27,5 juta dollar AS.
Jiwa seniman memang mengalir deras dalam darah Pele, di dalam dan di luar lapangan. Dia tidak pernah jauh dari gitar, selalu merekam lagu-lagunya sejak 1960. Sampai akhirnya, dia merilis album kolaborasi dengan penyanyi Brasil ternama, Gilberto Gil, pada 2006.
Pele ternyata juga telah menciptakan banyak lagu untuk bintang pop Brasil, tanpa mencantumkan namanya. ”Saya tidak mau publik membandingkan Pele sang pencipta lagu dan Pele pesepak bola. Itu tidak adil. Di sepak bola, talenta saya adalah hadiah dari Tuhan. Musik hanya untuk senang-senang,” katanya kepada The Guardian pada 2006.
Di luar dunia seni, Pele juga menggunakan ketenarannya untuk tujuan kemanusiaan. Salah satunya dia pernah menjadi Duta Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Ekologi dan Lingkungan pada 1992. Menurut Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama, kepedulian tentang dunia membuat Pele sebagai tokoh dunia yang lebih dari sekadar legenda sepak bola.
Pengaruh Pele di dalam dan di luar lapangan sekarang tinggal dinikmati oleh para penerusnya. Saking besarnya pengaruh itu, jasa-jasa Pele masih diingat oleh seisi dunia meskipun masa kejayaannya sudah berlalu lebih dari setengah abad.
Kata kapten timnas Brasil penerus Pele, Neymar Jr, warisan sang legenda yang punya ciri khas nomor punggung 10 itu tidak akan pernah lekang oleh waktu. ”Saya bisa berkata bahwa sepak bola hanyalah olahraga biasa sebelum ada Pele. Pele mengubah segalanya,” ujarnya. (AP/REUTERS)