Pele memang tidak pernah bermain di klub Eropa, tetapi ia bisa menyebarkan sepak bola melalui tur dunia bersama Santos. Lima benua disambangi Pele untuk menghadirkan kebahagiaan di lapangan hijau.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Santos FC adalah klub sepak bola pertama yang menjalani tur dunia untuk laga ekshibisi dengan tujuan mendapatkan uang. Tim berjuluk ”Alvinegro” itu berkeliling ke lima benua pada 1959-1973 untuk memperluas ”pengaruh” Pele sekaligus mendidik negara-negara baru tentang sepak bola.
Perjalanan tur dunia Santos itu murni karena faktor Pele. Setelah tampil gemilang membantu Brasil meraih trofi Piala Dunia di Swedia 1958, keinginan pencinta sepak bola Eropa menyaksikan pemain berjuluk ”Sang Raja” itu meningkat pesat.
Hal itu membuat Santos mendapat banyak tawaran menjalani laga persahabatan di jeda kompetisi pada Mei-Juli 1959. Dalam perjalanan ”sirkus” perdana itu, Santos berkeliling sembilan negara Eropa untuk memainkan 22 pertandingan.
Negara yang dikunjungi Pele dan Santos adalah Bulgaria, Belgia, Belanda, Italia, Swiss, Spanyol, Portugal, Austria, dan Jerman Barat. Tim yang dihadapi Santos di antaranya Real Madrid, Barcelona, Feyenoord, Hamburg SV, dan Sporting Lisbon.
”Kami benar-benar mendapat banyak tawaran. Tujuan tur itu adalah mendapatkan uang untuk klub,” kenang Pele dalam buku Pele: The Autobiography (2007).
Untuk mendatangkan Pele, tim atau negara perlu membayar 20.000-80.000 dollar AS. Semakin tinggi dana yang dikeluarkan, pengundang bisa menentukan durasi bermain Pele pada laga uji coba.
Brian Trusdell dalam buku bertajuk Pele: Soccer Star & Ambassador (2014) menuturkan, Pele menyebut akibat menjalani tur dunia itu, dirinya memainkan 103 laga, baik bersama Santos dan timnas Brasil, selama tahun 1959.
Hasrat dunia menyaksikan Pele semakin membesar pada 1961-1963, masa keemasan Santos yang meraih tiga gelar mayor bergengsi pada musim 1962, yaitu Liga Brasil, Campeonato Paulista, dan Copa Libertadores. Prestasi itu dilengkapi Piala Interkontinental, Oktober 1962.
Di sela-sela raihan prestasi itu, Santos melakukan tur Eropa, salah satunya mendatangi Inggris untuk pertama kali pada 1962. Shefield Wednesday menjadi klub Inggris pertama yang dihadapi Santos dan Pele.
Setelah berkeliling Eropa dan Amerika Selatan, Pele dan Santos menginjak benua baru, yaitu Afrika, pada 1967. Pele menghentikan konflik di Zaire (kini Republik Demokratik Kongo) ketika tampil di Kinshasa. Pada laga itu, Santos tumbang 2-3 dari timnas Zaire.
Pada 1967 hingga 1969, Afrika selalu menjadi lokasi tujuan tur Santos. Pada Januari 1969, giliran perdamaian sementara hadir di tengah perang saudara di Nigeria. Selama 48 jam terjadi gencatan senjata agar rakyat Nigeria bisa menyaksikan Santos dan Pele menghadapi Stationery Stores FC di Stadion Lagos.
Indonesia
Santos dan Pele melengkapi perjalanan di lima benua pada musim panas 1972. Perjalanan ke Asia diawali dengan tur ke Asia Timur, seperti Jepang, Hong Kong, dan Thailand, lalu ke Australia.
Bermain bola itu untuk kesenangan, bukan untuk mencari uang.
Dari Australia, Santos menyambangi Jakarta, Indonesia. Ia menjalani laga uji coba menghadapi timnas Indonesia di Stadion Utama Senayan pada Hari Ulang Tahun Ke-445 DKI Jakarta, 21 Juni 1972.
Bermain di negara yang tidak memiliki budaya prestasi di dunia sepak bola, Pele lebih banyak memberikan masukan kepada pemain. Ketika tampil di Jakarta, Pele menyampaikan pesan kepada pemain sepak bola Tanah Air.
”Bermain bola itu untuk kesenangan, bukan untuk mencari uang,” ujar Pele dalam wawancara yang dimuat Kompas edisi 21 Juni 1972.
Setelah tampil di Asia Timur dan Australia, pada 1973, Santos bersama Pele menginjakkan kaki di Timur Tengah. Salah satu negara yang didatangi ialah Qatar, yang baru setahun memutar liga sepak bola profesional.
Pele tampil di Stadion Doha, satu-satunya lapangan berumput di Qatar saat itu, menghadapi Al Ahli. Santos membawa pulang kemenangan, 3-0, atas Al Ahli, juara Piala Emir 1972-1973.
Misi besar Pele menyebarkan sepak bola berlanjut ketika menerima pinangan New York Cosmos, tim Liga Amerika Serikat, pada 1975. Pele sepakat hijrah ke AS setelah kontraknya bersama Santos berakhir, akhir 1974.
Clive Roy Toye, Manajer Umum New York Cosmos, mengatakan, Pele bisa mengubah budaya sepak bola di salah satu negara terbesar dan terpenting di dunia, yang selama ini tidak terlalu menyukai sepak bola.
”Dengan bermain untuk Real Madrid, Anda mungkin memenangi kejuaraan. Namun, bermain untuk Cosmos, Anda akan memenangi sebuah negara,” ujar Toye dalam buku Pele: Why Soccer Matters (2014).
Menurut Pele, bergabung dengan New York Cosmos bukan hanya penting untuk sepak bola AS, melainkan untuk sepak bola dunia. Ia ingin memanfaatkan kehadiran penggemar olahraga kaya, pablik figur Hollywood, dan perusahaan multinasional terbesar di AS untuk menyebarkan kegemaran bermain sepak bola. Pele pun mengakhiri karier profesionalnya bersama Cosmos di akhir musim 1977.
Dalam 21 tahun kariernya di sepak bola, Pele telah “memeluk” dunia. Hanya Sang Raja yang rela menepikan tawaran klub Eropa demi menyebarkan cinta sepak bola di setiap sudut bumi. (AFP/AP)