Hormat Presiden AS Biden untuk Capaian Bersejarah "Singa Atlas", Maroko
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Maroko Aziz Akhannouch ”nonton bareng” laga Maroko versus Perancis di semifinal Piala Dunia 2022. Biden mengapresiasi capaian bersejarah Maroko walau kalah.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Joe Biden bersama PM Maroko Aziz Akhannouch dan beberapa pemimpin negara lain menyempatkan diri menyaksikan siaran langsung laga Maroko dengan Perancis di depan layar televisi besar.
Biden sangat menghormati perjuangan Maroko dalam menghadapi Perancis, negara yang notabene sekutu terdekat AS.
Walaupun kalah, tim ”Singa Atlas” telah membuat warga Maroko dan umumnya Afrika bangga.
AL KHOR, KAMIS — Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberikan perhatian dan apresiasi khusus untuk perjuangan Maroko dalam Piala Dunia Qatar 2022. Maroko memang harus mengakhiri pertualangannya setelah kalah 0-2 dari juara bertahan, Perancis, dalam semifinal di Stadion Al Bayt, Al Khor, Kamis (15/12/2022). Namun, tim berjuluk ”Singa Atlas” itu telah melangkah melebihi ekspektasi dengan menahbiskan diri sebagai tim Afrika pertama yang menembus semifinal sepanjang sejarah pesta sepak bola terbesar sejagat tersebut.
”Suatu kehormatan besar untuk menonton pertandingan Piala Dunia hari ini bersama Perdana Menteri Maroko Aziz Akhannouch. Tidak peduli untuk siapa Anda mendukung, sungguh luar biasa melihat seberapa banyak yang telah dicapai tim ini (Maroko),” ujar Biden yang mengunggah tulisan dan foto nonton bareng laga Maroko dalam akun Twitter resminya, Kamis waktu setempat.
Biden, yang dikenal sering berbicara panjang lebar, menyadari ada jadwal laga antara Maroko dan Perancis itu saat dirinya menyampaikan pidato di hadapan hampir 50 kepala negara yang hadir untuk Konferensi Tingkat Tinggi Amerika Serikat (AS)-Afrika di Washington DC, Rabu (14/12). ”Saya tahu Anda berkata dalam hati, singkat saja Biden, ada pertandingan semifinal yang segera dimulai. Saya mengerti,” katanya yang disambut tawa dan tepuk tangan.
Biden menyindir bahwa dia melihat Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry yang dikenal sebagai penggemar sepak bola mengangguk setuju dengan pernyataan tersebut. Akan tetapi, presiden berusia 80 tahun itu tetap setia dengan kata-katanya dan menyelesaikannya tak lama setelah kick-off laga di Qatar itu.
Sesudah pidato, Biden bersama Akhannouch dan beberapa pemimpin negara lain yang menghadiri pertemuan puncak itu menyempatkan diri menyaksikan siaran langsung laga Maroko versus Perancis di depan layar televisi besar. Biden sangat menghormati perjuangan Maroko dalam menghadapi Perancis, negara yang notabene sekutu terdekat AS.
Padahal, laga Maroko melawan Perancis sangat sentimentil oleh nuansa politik yang kental. Hubungan diplomatik antara ibu kota Maroko, Rabat, dan ibu kota Perancis, Paris, tidak baik-baik saja akibat masalah Sahara Barat yang tak kunjung tuntas. Maroko juga dianggap mendukung Palestina untuk merdeka. Hal itu membuktikan sepak bola melampaui politik, bahkan agama.
Kebanggaan warga
Sementara mimpi Maroko melanjutkan dongeng dengan melaju ke final Piala Dunia 2022 boleh jadi pupus oleh dua gol Perancis di semifinal, yakni gol bek sayap kiri Theo Hernandez di menit ke-5 dan penyerang pengganti, Randal Kolo Muani, di menit ke-79. Namun, apa yang mereka ukir sudah jauh melebihi prediksi yang ada.
Timnas telah melakukan keajaiban sejak awal Piala Dunia. Tidak masalah apakah mereka menang atau kalah, mereka telah mendapatkan rasa hormat dan kagum dari semua orang Maroko dan itu tidak ternilai harganya.
Maka itu, warga Maroko tetap memuji perjalanan bersejarah tim kesayangan mereka tersebut. ”Mereka memainkan permainan yang hebat, tetapi keberuntungan tidak berpihak kepada kami. Melawan pemegang gelar juara dunia (Perancis) itu hebat. Di luar Piala Dunia, tim ini membuat kami bermimpi sampai akhir dan saya angkat topi untuk mereka,” tutur suporter Maroko, Oussama Abdouh, di Casablanca, kota terbesar di Maroko.
Hujan mengguyur Rabat ketika laga Maroko dan Perancis berlangsung. Ditambah kekalahan dari Perancis, euforia warga tidak seramai tatkala Maroko menang 1-0 atas Portugal pada perempat final dan memastikan diri sebagai tim Afrika pertama yang lolos ke semifinal Piala Dunia. Kali ini, tidak ada bunyi klason kendaraan dan penabuh genderang yang bersahut-sahutan.
Namun, di dalam hati, warga tidak sedikit pun kecewa dengan kegagalan Maroko menembus partai puncak Piala Dunia ini. ”Timnas telah melakukan keajaiban sejak awal Piala Dunia. Tidak masalah apakah mereka menang atau kalah, mereka telah mendapatkan rasa hormat dan kagum dari semua orang Maroko dan itu tidak ternilai harganya,” ucap Rachid Sabbiq, pedagang kaki lima di distrik kelas pekerja Derb Sultan Casablanca.
Di seluruh Maroko, toko-toko menjual jersi dan bendera timnas. ”Singa (Maroko) tidak hanya membuat kami bahagia, tetapi juga memungkinkan kami menjalankan bisnis lagi meskipun perekonomian sebagian besar warga sedang sulit,” ujar pedagang di Maroko, Khalid Alaoui.
Secara lebih luas, kesuksesan Maroko membuat bangga Afrika. ”Saya menyaksikan kemajuan mereka seolah-olah itu adalah negara saya sendiri,” kata Sidibey Zoumana, warga Pantai Gading yang tinggal di Maroko sejak 2018.
Bagi masyarakat Afrika, tim Maroko adalah lambang bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Mereka pun percaya tim-tim asal Benua Hitam lainnya bisa mengikuti jejak itu suatu hari kelak.
”Maroko membuktikan bahwa Afrika bisa maju dan benar-benar bisa bersaing (di Piala Dunia),” kata Said Mouhssine, warga Afrika, seusai laga Maroko versus Perancis. (AFP)